Hal ini diungkapkan Castex pada Sabtu, 7 November 2020.
Sebelumnya, seorang pria Tunisia meneriakkan "Allahu akbar" (Tuhan Yang Maha Besar) lalu memenggal kepala seorang wanita dan membunuh dua orang lainnya di sebuah gereja di kota pantai pada 29 Oktober sebelum ditembak dan dibawa pergi oleh polisi.
"Kami tahu musuhnya. Tidak hanya diidentifikasi, tapi memiliki nama Islam radikal, ideologi politik yang menodai agama Muslim," kata Castex dalam pidatonya di acara tersebut, dikutip dari Reuters.
"Musuh yang diperangi pemerintah tanpa henti dengan menyediakan sumber daya yang diperlukan dan memobilisasi semua pasukannya setiap hari," tambahnya.
Serangan di Kota Nice terjadi setelah pemenggalan kepala seorang guru sekolah di pinggiran kota Paris pada 16 Oktober oleh seorang pria kelahiran Chechnya yang tampaknya marah oleh gurunya yang menunjukkan kartun Nabi Muhammad di kelas.
Serangan di Nice terjadi di tengah kemarahan Muslim di seluruh dunia atas pembelaan Prancis atas hak menerbitkan kartun yang menggambarkan nabi.
Seorang pria berusia 21 tahun baru-baru ini tiba dari Tunisia, diduga sebagai penyerang Nice. Kondisinya saat ini masih dalam kondisi kritis setelah ditembak oleh polisi kota dan dipindahkan ke rumah sakit Paris pada hari Jumat.