Belum lama resign dari pekerjaannya di Surabaya, Galih mendapat panggilan kerja lagi di sebuah perusahaan multinasional yang berkantor pusat di Boston, Amerika. Namun, Galih paham betul bagaimana sifat ayahnya, yang tidak mau anaknya bekerja jauh di luar negeri. Galih meminta izin untuk menangguhkan waktu penandatanganan perjanjian kerja di perusahaan tersebut. Sementara Galih melamar pekerjaan lain di sebuah BUMN. Qodarullah ia pun diterima di perusahaan produsen pupuk terbesar di Indonesia itu.
Dan benar adanya, ayahnya lebih setuju Galih bekerja di BUMN dengan dalih mengabdikan ilmunya untuk negeri tercinta. Alasan yang sangat klise. Walaupun berat hati, Galih akhirnya memilih untuk menuruti keinginam ayahnya dan memenuhi panggilan kerja di perusahaan milik negara itu. Hingga saat ini, Galih masih setia bekerja di perusahaan tersebut.
Galih, anak yang terdeteksi mengalami gangguan buta warna parsial akhirnya dapat sukses meraih masa depan yang dipupuknya dengan semangat juang. Sejak menyadari sebagai penyadang buta warna, ia berusaha untuk tetap tegar. Menerima kelemahan diri untuk dijadikan motivasi agar lebih kuat. Fokus pada kekuatan, menggali potensi diri yang bisa dikembangkan dan berusaha keras untuk melakukan yang terbaik. Sembari melangitkan doa, memohon kekuatan dan rida Allah. Man jadda wajada, barang siapa yang bersungguh-sungguh, akan mendapatkan.
Dengan menjadikan diri kita kuat, maka kelemahan tidak akan mampu menghalangi langkah kita. Termasuk penyandang buta warna, insya Allah selalu ada jalan yang terbaik untuk meraih impian. Bahkan yang mustahil sekalipun. Jika Allah berkehendak, maka semua akan menjadi mudah. Allah Mahabaik, akan memberi hasil sesuai dengan ikhtiar yang kita lakukan.