Mohon tunggu...
KOMENTAR
Sosbud

Post-Truth vs Paradigma Kuwalik Prof Wir, Mana yang Lebih Tepat?

17 April 2021   17:23 Diperbarui: 24 April 2021   09:57 549 2
Dipersembahkan untuk: Prof. Dr. Apt. Wiryanto, M.S., Kompasianer.

Latar Belakang
Dalam artikel saya, Timur Itu Luhur, Berbanggalah, saya menyinggung tentang perampasan keluhuran Timur oleh Barat dan artikel ini akan mengupas lebih jauh tentang itu.

Sebenarnya saya sudah menulis sebuah artikel berjudul "Mari Buka Mata Melihat Perkembangan Signifikan Dunia Beserta Kebohongan Barat di Dalamnya" tapi saya gabungkan saja ke dalam artikel ini.

Saya mulai dulu dengan kejahatan yang menurut saya sudah termasuk kejahatan kemanusiaan, karena walaupun tidak membunuh orang, atau membunuh orang dengan pelan-pelan, namun yang mereka bunuh juga adalah pikiran banyak orang. Sekarang dunia sudah terbuka lebar-lebar dan becik ketitik ala ketara itu dengan cepat dan mudah kita telusuri, kalau kita mau membuka mata kita. Salah sebuah bentuk nyata dari kejahatan ini adalah kebohongan, dan di sini hanya saya sampaikan yang bisa saya sampaikan:
1. Albert Einstein memang kita akui jenius, tapi menurut fisikawan Jerman tertentu, dia adalah pembohong besar! Ini kritik terhadap teori relativitas Einstein, dan ada sebuah buku berbahasa Jerman yang diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris menjadi One Hundred Authors against Einstein (Seratus Penulis Menentang Einstein).

Tidak penting bagi kita untuk membahas terlalu jauh tentang buku ini, ini hanya 1 di antara sekian banyak kebohongan Barat.

Di era persaingan senjata nuklir pada Perang Dunia II, Amerika merasa terancam dengan pesatnya perkembangan ilmu fisika di Jerman. Kebetulan ada Einstein yang hendak melarikan diri dari Jerman, dan karena dia seorang Yahudi sekaligus seorang jenius, cepat-cepat Amerika menampung dia di Universitas Princeton untuk kepentingan pengembangan senjata nuklir itu, dan populerlah teori relativitas itu, dengan rumus ekivalensi massa-energi:
E = mc²
Selanjutnya, rumus pamungkas ini pun menjadi topik "must know" bagi siswa sekolah menengah maupun perguruan tinggi.

Einstein sendiri, yang menerbitkan teori relativitas khusus pada 1905, mendasarkan teorinya pada hasil-hasil teoretis dan temuan empiris yang diperoleh oleh Albert A. Michelson, Hendrik Lorentz, Henri Poincaré dan lain-lain.

Singkat cerita, selanjutnya lahirlah bom atom dari hasil kolaborasi para fisikawan nuklir yang hebat-hebat, antara lain Otto Hahn, sang bapak kimia nuklir yang menemukan fisi nuklir, dan J. Robert Oppenheimer, fisikawan teoretis dan profesor fisika di Universitas California, Berkeley, yang mengepalai Laboratorium Los Alamos di New Mexico* pada 1943-1945, yang juga dikenal sebagai  Projek Y, sebuah laboratorium rahasia yang dikembangkan oleh Projek Manhattan dan dioperasikan oleh Universitas California selama Perang Dunia II. Misinya adalah mendesain dan membangun bom atom pertama. Dan kita semua tahu bagaimana ceritanya setelah bom ini berhasil dibuat.

*Tempat mereka bergladiresik dengan "mainan" mereka, BOM ATOM!

Tidak diperlukan seorang saintis roket untuk bisa melihat dengan jelas ada apa di balik semua ini, cukup dengan nalar!

Ada kaidah yang tak terbantahkan dalam fisika (Hukum Newton II), bahwa segala sesuatu di alam semesta ini (yang memiliki massa) selalu mengalami akselerasi karena pengaruh gaya tertentu. Bagaimana mungkin Einstein membatasi kecepatan cahaya itu menjadi "hanya" sebesar c (299.792.458 m/det)? Bukankah rumus E = mc² itu harus bisa diaplikasikan kepada cahaya itu sendiri, dengan mempertimbangkan bahwa cahaya itu berisi foton, dan foton itu memiliki massa? Hanya karena belum terungkapnya gaya yang bisa mengakselerasi foton melampaui c itulah maka Einstein (PBUH) aman-aman saja (membohongi orang sedunia). Hayo.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun