Mohon tunggu...
KOMENTAR
Cerpen

[Menyapa Aksara] Masihkah Kata-katamu Berarti?

15 Maret 2019   07:37 Diperbarui: 15 Maret 2019   07:52 95 3

Ada sebuah hal yang lebih penting untuk dikejar. Perihal mimpi besar tentang kehidupan. Tidakkah kamu sadari dunia ini semakin suram. Oh! Bukan dunianya tapi orang-orangnya. Ya, mereka melempar senyum tapi mencibir. Membicarakan yang tidak sebenarnya dan cenderung menggunjing. Walaupun tidak semua tapi aku yakin ada diantara kita. Kamu tidak kemakan itu semua kan Brain.

Maaf mengganti namamu. Eh, bukan aku hanya merubah posisi hurufnya saja. Aku pikir dengan itu kamu mampu memaksimalkan akal dan pikiran. Mengeluarkan karya masterpiece yang luar biasa. Buktikanlah bahwa soal rasa bukan sekedar ungkapan kata manis. Tidak hanya sapaan yang romantis. Lebih dari itu adalah kosa kata yang mengejowantah dalam bentuk-bentuk populer. Menjadi deretan aksara bermakna yang tidak sia-sia.

Brain! Aku tidak perduli, lebih-lebih sudah keras kepala untuk sebuah mimpi. Mereka yang berbicara naif biarlah begitu adanya dan aku juga tetap apa adanya. Ramah bukanlah sikap yang kubuat-buat tapi bukan berarti aku tidak bisa marah. Justru kemarahanku yang sangat ramah adalah mewujudkan mimpi yang mereka anggap itu bullshit.

Belajarlah untuk menulis dan menulislah untuk bisa dipelajarkan. Menjadilah star di kemudian hari, di saat muara itu mempertemukan kita semua dalam senyum dan tertawa. Bungkamlah mulut-mulut kosong yang tidak bertangungjawab. Karena apalagi yang harus diperjuangkan selain menyatakan mimpi.

Tidak usah merasa bersalah. Tiada yang salah untuk hal baik. Janganlah kamu lembekkan kata yang telah diukir. Jangan juga kamu mudah menghapus aksara yang terucap. Buatlah mereka sadar bukan justru kamu yang hengkang. Memulai untuk diakhiri bukan dengan bunuh diri tapi menjadi berarti.

Brain yang jauh entah di mana. Kisah itu sebuah cerita mau kau novel-kan atau hanya menjadi cerita pendek bahkan cerita mini. Kalau bisa panjang kenapa kamu pangkas? Kalau bisa menjadi sekuel kenapa di-endingkan? Sebelum fajar di bungkam matahari! Bersinarlah karyamu!

Brain, secuil harapan masih bisa untuk berjalan hingga kamu lelah sendiri. Kalau hanya sebatas untaian kata tanpa arti. Lalu buat apa dunia ini mengartikan kata-kata. Tulislah cerita dan kirimkan ke kotaku. Ku tunggu karya itu! Sampai esok aku belum ditelan bumi.

Apakah kamu sanggup? Jangan gugup! Aku harap kamu mau menerima tawaran pagi dengan kopi dan karya di meja belajar. Salam pena yang tidak pernah berkhianat pada kata.


KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun