Mohon tunggu...
KOMENTAR
Ramadan Pilihan

Berjamaah Yes, Prokes Yes!

14 April 2021   15:24 Diperbarui: 14 April 2021   15:46 719 3
Senja belum lama berlalu. Cahaya jingga kemerahan masih membayang di cakrawala. Mentari hari terakhir bulan Syaban tenggelam di ufuk timur. Hari baru, bulan baru pun bergulir. Hari pertama bulan suci Ramadhan.

Pelantang suara mesjid di sekitar permukiman kami ramai "bernyanyi". Mesjid-mesjid seolah berlomba mengabarkan kedatangan bulan suci. Suara berat bapak Ketua Dewan Keluarga Mesjid terdengar jernih. Beliau mengajak masyarakat untuk menyambut bulan yang penuh berkah. Memakmurkan mesjid, beribadah, menyongsong keutamaan bulan mulia ini.

Dikatakan beliau, kegiatan Ramadhan akan dilaksanakan di mesjid dengan berbagai adaptasi. Ramadhan tahun lalu kita melaksanakan shalat Tarawih di rumah, saat ini kita melaksanakannya secara berjemaah di mesjid. Meski demikian, shalat Tarawih kali ini tidak disertai ceramah tentang keutamaan dan hikmah Ramadhan. Hal ini berkaitan dengan protokol kesehatan pencegahan dan penanggulangan wabah Covid-19. Demikian ungkapan beliau.

Ditiadakannya kegiatan ceramah merupakan upaya untuk mempersingkat waktu shalat. Dengan begitu, kesempatan jemaah berkerumun pun akan berkurang. Selain itu, para jemaah dihimbau untuk berwudhu di rumah masing masing, memakai masker, dan membawa alas atau tikar sembahyang.

Tahun ini, kita menjalani ibadah Ramadhan masih dalam suasana pandemi Covid-19. Pengalaman setahun yang lalu, saat menjalani ibadah puasa di masa Pembatasan Sosial Berskala Besar atau PSBB, memunculkan rasa syukur kita. Saat ini kita tak lagi "terkurung" di rumah. Sebagai gantinya, kita beribadah berjemaah di mesjid-mesjid seputar tempat tinggal.

Kita bersyukur bahwa pandemi yang melanda dunia telah mereda. Statistik jumlah penderita wabah yang terus menurun memunculkan rasa optimis. Bahwa wabah telah dapat teratasi dan kehidupan secara normal akan bergulir kembali. Diizinkannya warga untuk beribadah di mesjid adalah satu hal yang menumbuhkan rasa optimis itu.

Walau pintu mesjid telah dibuka lebar-lebar, kita tetap dituntut untuk waspada. Anjuran pemerintah dalam menerapkan perilaku 3 M, semestinya kita laksanakan dengan ketat. Lengkapi kain sarung dan baju koko yang kita kenakan dengan masker yang menutupi hidung dan mulut. Awali basuhan air wudhu kita dengan mencuci tangan memakai sabun. Dan sisipkan diantara tegur sapa penuh keakraban kita dengan saling mengingatkan untuk menjaga jarak. Merenggangkan shaf shalat yang didirikan.

Pengalaman adalah guru yang paling baik. Hal ini mengingatkan kita pada kejadian tahun lalu. Saat itu, kita sedikit mengabaikan protokol kesehatan, dalam menjalankan ibadah. Pemerintah melarang kita untuk melakukan peribadatan secara berjemaah. Namun yang terjadi, warga hampir di setiap tempat banyak yang melanggar larangan ini. Kegiatan peribadatan bersama tetap berlangsung, dengan sembunyi-sembunyi.

Kejadian yang sama terjadi saat libur hari raya. Masih segar dalam ingatan kita, pemerintah melarang warga untuk mudik saat Hari Lebaran. Namun, pemerintah membolehkan warga pulang kampung. Demikian tipis perbedaan dua kata itu. Ditengah kebingungan, warga seakan mendapatkan "restu terselubung" untuk pergi menuju kampung halaman. Berkumpul bersama sanak saudara.

Kita ketahui bersama kedua hal itu, ngototnya warga berkerumun saat beribadah dan larangan setengah hati pemerintah dalam hal mudik, membuat angka penderita wabah melonjak. Banyak daerah mengalami peningkatan angka penderita. Ribuan warga terjangkit virus mahkota, Rumah Sakit dan tempat penampungan kelebihan penghuni. Para kepala daerah mengumumkan status zona merah di wilayahnya.

Berkaca dari pengalaman setahun yang lalu, sudah seharusnya kita menyegarkan kembali pemahaman akan wabah atau pandemi ini. Kita menata diri masing-masing untuk senantiasa mengikuti arahan dan anjuran pemerintah. Betul bila kurva paparan wabah ini tengah melandai. Namun hal ini tidak berarti kita sudah boleh menjalani kehidupan seperti di masa sebelum pandemi.

Ramadhan tahun ini kita jalani dengan penuh rasa syukur. Ragam keutamaan yang terkandung di dalamnya menambah semangat kita dalam beribadah. Lengkapi kedua hal itu dengan kesadaran diri untuk menjalankan protokol kesehatan. Shalat Tarawih berjemaah, yess. Menerapkan protokol kesehatan 3M, juga yess. Begitu semestinya sikap setiap muslim.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun