Mohon tunggu...
KOMENTAR
Diary Pilihan

Pergi dan Tak Kembali

12 Maret 2021   11:52 Diperbarui: 12 Maret 2021   12:06 291 7
Pergi dan Tak Kembali

Edi, rekan kerjaku, datang membawa berita. Ia menyampaikan kabar tentang kakakku.
"Telah dua hari ia menderita demam".
"Batuk-batuk menyertai demam itu".
Rumah Edi berhadap-hadapan dengan tempat tinggal kakak. Itu sebabnya ia kerap menjadi penyampai kabar, atau menjadi tempatku bertanya perihal keadaan kakak.

Demam yang berlanjut mendorong kakak memeriksakan diri ke rumah sakit. Dan langkah ini membuat kakak tertahan di kamar perawatan. Ia tidak diizinkan pulang oleh dokter dan perawat. Di tempat ini, kakak diketahui menderita sakit yang disebabkan virus korona. Covid-19, begitu nama penyakit yang diidap kakak.

Tak lama setelah masuk ruang perawatan, kakak dipindahkan ke ruang perawatan intensif. Di kamar yang disebut ICU -Intensif Care Unit - itu, keadaan kakak demikian lemah. Hidungnya dipasangi selang oksigen. Jarum infus menembus kulit lengannya, dan sebuah alat yang disebut ventilator terpasang. Alat ini membantu kakak bernafas, yang terlihat sesak.

Hari demi hari dilewati kakak. Keadaan kakak belum banyak berubah dari keadaannya saat masuk. Ia terbaring di atas ranjang berseprai putih. Tertidur dan tak terlihat bergerak. Hanya bunyi lembut alat-alat medis yang terpasang di tubuh, yang bercerita tentang keadaan kakak. Walau kami tidak mengerti  arti bebunyian itu.

Kami tak diperkenankan menjenguk. Sekadar melihat dari luar kamar pun tak diperbolehkan. Hanya seorang anak kakak yang diberi izin mendampingi. Dari kaca jendela, ia memantau keadaan ayahnya. Dan kepadanya kami menumpahkan segala keingintahuan kami tentang keadaan ayahnya.

Ruang perawatan itu tak lama didiami kakak. Pada hari ketujuh, kakak menghembuskan nafas yang terakhir. Kakak meninggal dunia petang itu. Ia menggenapi statistik 37 ribuan pasien yang meninggal karena serangan virus mematikan, Corona.

Kepergian kakak didahului oleh istrinya. Empat hari sebelumnya ia pergi menghadap Sang Khalik. Penyebab meninggalnya istri kakak juga karena Covid-19. Entah siapa yang lebih dahulu terjangkit, kakak dan istrinya masuk ruang perawatan rumah sakit pada hari dan jam yang sama.

Meninggalnya kakak menghentak perasaan kami. Duka kami begitu dalam. Sepasang suami istri yang kami hormati pergi untuk tidak kembali. Mereka mendahulu kamii menghadap kepada penciptanya. Duka yang sama dirasakan oleh segenap handai tolan, kerabat kerja, dan siapa pun yang mengenal kakak.

Ungkapan duka datang seperti air bah. Karangan bunga pun berdatangan ke pekarangan dan tersusun di tepi jalan. Sederet nama terpampang sebagai pengirim bunga. Ada keluarga mantan orang nomor satu negeri ini, pemimpin parpol dan tokoh nasional. Banyak pula diantaranya nama lembaga dan perorangan yang mengenal baik kakak.

Media massa cetak menulis berita meninggalnya kakak. Nama kakak tercetak sebagai susunan huruf dengan narasi yang indah. Media sosial lebih awal menyiarkan berita duka itu. Nama kakak segera menjadi topik yang banyak diperbincangkan.

Untaian peristiwa yang menyertai kepergian kakak, memberiku gambaran bila kakak memang orang hebat. Aku bangga pada kakakku.

Selamat jalan, kakakku.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun