Mohon tunggu...
KOMENTAR
Puisi Artikel Utama

Puisi: Mengunyah Kepedihan

3 Desember 2022   15:14 Diperbarui: 25 Desember 2022   22:33 309 47
MENGUNYAH KEPEDIHAN

Gerimis turun di mata perempuan itu
Seorang lelaki pulang tanpa uang saku
Sedang tungku belumlah menyala
Perut mereka tak henti bersuara

Seorang lelaki menjadi begitu kecemasan
Dipeluknya perempuan membekukan deraian
"Kita panaskan lagi kenangan." Lelaki berkata.
Perempuan beranjak sambil menggenggam doa

Semangkuk duka dilahap berbarengan
Keduanya khusyuk mengunyah kepedihan
Sesekali, perempuan menengok ke arah luar jendela
"Siapa tahu ada yang menjajakan bahagia," ucapnya.

Sumedang, 3 Desember 2022

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun