Mohon tunggu...
KOMENTAR
Otomotif

Jika Saya Punya Mobil Mewah, Ikut Konvoi atau Tidak

28 Januari 2022   20:16 Diperbarui: 28 Januari 2022   20:22 187 9

Selamat malam, Kompasianer tercinta. Mari kita nikmati udara malam yang berbisik lirih. Desau daun di pekarangan, hantarkan aroma sunyi senyap. Di dapur terdengar riuh suara wajan beradu dengan serokan. Rupanya Si Sulung sedang sibuk memasak mie kuah pedas dengan beberapa biji cabai rawit dan sekepal sosin tanpa dicincang, kesukaan bapaknya.

Saya, malam ini hanya ingin menghayal saja. Bagaimana jika saya memiliki mobil mewah? Itu adalah hayalan saya yang pertama. Kedua, apakah jika saya memiliki mobil mewah dan memiliki grup sosialita terkait kepemilikan mobil mewah tersebut, apakah saya juga akan ikut konvoi?


Nah, mari kita mulai petualangan imaji tersebut.


Pada tahun 2045, saya memasuki masa pensiun. Kebijakan pemerintah terkait dana pensiun yang menyebutkan bahwa pensiunan PNS akan mendapat tunjangan satu miliar kini terealisasi dengan baik dan lancar. 

Padahal, saat kemunculannya pertama kali, pada tahun 2021, kebijakan tentang skema dana pensiun ini menjadi polemik yang berkelindan rumit. Pro dan kontra tidak menemui jalan penyelesaian. Hal itu terjadi karena, PNS merasa takut akan masa depan di hari tuanya, jika dana pensiun dibayarkan sekaligus.

 Namun, saat saya pensiun. Semua setuju dan aman-aman saja kok. Bahkan hari ini saya sedang menulis rencana-rencana terkait penggunaan dana 1 milliar tersebut.


Si sulung yang hobi sepak bola mengatakan, "Ma, mending kita gunakan uang itu sebagian untuk jalan-jalan ke luar negeri, sambil nonton piala dunia di Uruguay. Kan, Argentina-Uruguay sebagai tuan rumah bersama piala dunia 2045. Nanti, mama di sana bisa beli makanan khas Uruguay yaitu Aaroz con Ieche."  Saya memandang si sulung dengan heran, sambil bertanya, "Makanan apaan tuh?" si sulung terkekeh, "Itu lho, Ma ... kalo di Indonesia sama dengan bubur ayam." Ish, kamu ada saja lelucon-nya. Saya menggeplak punggungnya dengan lembut.


Semua anggota keluarga, termasuk 2 cucu dari anak pertama, 3 cucu dari anak kedua, dan 2 cucu dari si bungsu ikut menyumbangkan ide. Giliran suami tercinta yang mengutarakan pendapatnya, "Kita beli tanah saja, Ma. Posisinya di pinggir jalan desa, biar harganya agak miring, tapi posisinya harus strategis. Lalu kita bangun tuh rumah toko. Lima atau enam pintu saja untuk tahap promosi. Menurut Papa, sih gak bakal habis 500 juta. Masih ada sisa tuh, 500 juta lagi." Saya hanya mengangguk. Bagus dan visioner juga idenya.


Tapi, entah mengapa saya tergoda untuk membeli 'mobil mewah'. Tidak apa-apa lah yang paling murah pun, asal masuk kategori mobil mewah. Saya sudah bahagia. Mungkin Mercedes Benz GLC-Class 2021, menurut kabar harganya Rp. 1,02 milyar. Semua keluarga hanya terdiam membisu, ketika saya utarakan hal tersebut. tidak ada satu orang pun yang mampu menghalangi. Termasuk suami. Padahal, di hari-hari sebelumnya, dia itu getol banget menghalangi semua cita-cita dan keinginan saya. Namun, hari itu. Dia hanya mengangguk lemah, "Iya deh, terserah Mama saja, yang penting Mama bahagia." Ucapnya.


Fiks, keesokan harinya mobil mewah tersebut sudah terparkir dengan elegan di depan rumah. Semua tetangga berdecak kagum, mereka bertanya, "Mobil mewah punya siapa, Bu?" Saya jawab dengan lugas dan penuh kebanggaan. "Mobil saya, dong."  Jawaban saya tersebut membuat mulut mereka diam seribu bahasa. Hanya lirikan matanya saja yang berbicara penuh sejuta makna. Lalu tiba-tiba sebuah kalimat tak enak masuk tanpa ijin ke telinga saya, "Sudah tua, bukannya insyaf, malah gaya-gayaan beli mobil mewah."


Masuk grup sosialita


Setelah memiliki mobil mewah, cakupan sosial saya berubah. Perlahan sih, namun terasa sekali. Mula-mula ada grup whatssapp Sumedang Gazeless. Admin grupnya adalah istri bos perusahaan 'Tahu Sumedang'. Ada 15 anggota yang tergabung dalam grup supercars khusus wanita ini. 

Mereka adalah wanita-wanita kaya dari berbagai latar belakang kehidupan, seperti eksekutif muda, bos sebuah perusahaan, dan para ibu rumah tangga dari suami kaya raya. Saya adalah satu-satunya anggota yang berasal dari pensiunan guru. Hihi. Guru juga bisa, ya memiliki mobil mewah. Dilarang overthinking.


Pertama kali bergabung sebagai anggota Sumedang Gazeless. Masyarakat memberi label buruk pada komunitas kami. Mereka menganggap grup sosialita supercars ini membawa pengaruh buruk kepada orang lain. 

Namun, akhirnya sedikit demi sedikit karena melihat kegiatan sosial yang kami adakan seperti reboisasi hutan gundul, santunan terhadap anak yatim dan fakir miskin, menggalang dana untuk korban bencana alam, dan gotong royong membersihkan drainase yang mampet. 

Perlahan tapi pasti, Sumedang Gazeless mendapatkan simpati masyarakat. Saat itu, kami belum berani melakukan konvoi. Ketua grup yang juga istri bos perusahaan tahu Sumedang mengatakan, "Kita harus banyak berempati, saudara kita di kampung Ciherang baru saja terkena musibah. Apa kata dunia, kalau kita terlihat konvoi menggunakan mobil mewah."


Konvoi mobil mewah dilarang

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun