Mohon tunggu...
KOMENTAR
Puisi Pilihan

Napak Tilas Gua Hira

29 Maret 2019   10:30 Diperbarui: 29 Maret 2019   11:42 21 5
Ba'da maghrib setelah shalat di masjid terdekat di lereng bukit kami bersiap untuk mendaki
Begitu beratnya hamba mendaki menuju puncak bukit ini, jalan petang tanpa penerangan
Kakiku lelah dan diriku takut ketinggian
Tak terbayang bagaimana waktu itu engkau mendaki bukit yang pasti lebih terjal daripada saat ini karena kini anak tangga sudah terpahat sampai ke atas
Berapa kali engkau harus naik turun untuk beruz'la dan ikhtila di Gua Hira
*
Aku bertakzim pada Jabal Nur yang agung
Pada gunung yang jadi saksi turunnya Jibril membawa wahyu suci kepada nabi yang amanah, penuh kasih dan teladan
Seorang rasul yang jadi pelita di gelapnya kehidupan masyarakat jahiliyah
Mampu berjuang dengan ketulusan, keberanian, dedikasi dan bijaksana
Dan kini aku menyusuri jejak kakimu di bukit ini
*
Di peradaban yang modern ini hamba melihat dari puncak bukit lampu-lampu telah menghias kota Mekkah Al-mukarramah, padang tandus telah terbangun jalan raya dan bangunan-bangunan kokoh berdiri dengan megah
Daku sempat mendengar latunan adzhan Isya dari Masjidil Haram
*
Jika bukit ini bernyawa pasti dia tersenyum dan bangga
Bagaimana umatmu kini berbondong-bondong datang dari segala penjuru dunia bertafakur ke tanah suci dan menziarahi tempat-tempat yang pernah engkau diami
Umat islam yang semakin luas, tumbuh dan berkembang di berbagai negeri
*
Jabal Nur akan selalu tetap menjadi bukit cahaya
Ia penerang bagi orang-orang yang ingin mencari dan mentelusuri jejak kenabianmu
Menambah keimanan dan semangat hidup bagi umat muslim yang mencintai rasulnya
Menjadi monumen sejarah munculnya agama islam
Bukit tempat turunnya lima ayat pertama Alqur'an
Bukit yang kurindukan sesampai tiba di tanah air, yang ingin kudaki lagi nanti karena daku belum berkesempatan memasuki Gua Hira


KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun