Mohon tunggu...
KOMENTAR
Healthy

Berhati Hatilah, Memakai Kacamata Tebal Terlalu Lama

2 April 2012   10:54 Diperbarui: 4 April 2017   18:07 18254 5
Bagi penderita mata minus tebal (5 keatas), kacamata tampaknya memang sudah menjadi kebutuhan sehari hari yang tidak bisa dipisahkan dari pribadi pemakainya. Bangun tidur, mesti yang dicari kacamata duluan. Kemana mana, kacamata harus tetap dipakai, hampir 24 jam sehari. Bagaimana tidak, tanpa kacamata, dalam jarak 2 meter saja benda di depan sudah gak gitu keliatan. Samar samar banget. Bahkan orang aja gak bisa dikenalin lagi dalam jarak segitu.

Aku juga dulu penderita mata minus. Pake kacamata sudah sejak kelas 4 SD. Dan minusnya naik terus, sampai stabil di angka 6 - 7. Jadinya kacamata emang sudha menjadi bagian hidup yang tidak terpisahkan. Tadinya sama sekali tidak menganggap sebagai suatu masalah. Paling kalau sudah mulai merasa pusing, kacamata tinggal diganti. Diperiksa di optik (males ke dokter mata), terus nanti diganti sesuia dengan perubahan minus ataupun silindrisnya.

Setelah itu, rasa pusing biasanya hilang dengan sendirinya. Tetapi tetap, yang namanya kacamata, syaraf kornea mata 'dipaksa' untuk tegang. Mata cenderung kering. Dan kacamata yang sudah sesuai dengan sudut jatuh pandangan, bisa berubah karena bisa jadi gagangnya kepencet, atau kitanya terlalu aktif lari lari/bergerak sambil pake kacamata.

Dulu untuk menghilangkan ketegangan mata tersebut, biasanya saya selalu memercikkan air dingin ke mata. Terasa mata kembali segar dan relaks. Selain itu, kacamata dibuka, sambil memandang jauh ke yang hijau hijau. Dan ada olahraga matanya juga, untuk menyeimbangkan syaraf pandangan mata ke depan, samping kiri dan kanan.

Sampe setahun lalu, pusing pusing karena kacamata ini gak mau hilang. Setelah ganti kacamata dua kali tetap pusing. Akhirnya ke dokter mata di RS Mata di Kramat Jati. Analisa dokter matanya bikin aku kaget setengah mati. Beliau bilang, kalau pemakai kacamata tebal itu terlalu lama, syaraf matanya akan terus menegang. Mataku pas diperiksa ternyata juga kering banget. Ketegangan syaraf itu akan menipiskan jaringannya. Hingga kalau kita terkena guncangan, syaraf itu bisa jadi putus. Dan jadi buta.

Parahnya lagi, dokter tersbeut bilang, kalau  mau punya bayi, gak bisa ngeden pas lahirannya. Karena kalo ngeden, syaraf mata itu juga bisa putus, alias buta!

Pas pulang dari dokter mata itu, aku jadi kepikiran banget soal kesehatan mata gini. Akhirnya diputuskan untuk lasik saja. Dan alhamdulillah, biaya dicover kantor. Tadinya takut banget mo operasi gini.  Tetapi suami selalu mendorong untuk lasik saja, ya sudah, akhirnya aku beraniin diri untuk operasi.

Setelah dites tekanan kornea, dan kelembaban mata, ada treatmen dulu untuk mengembalikan tekanan dan kelembaban mata tersebut. Kemudian, mata juga tidak dalam keadaan memakai contact lens (minimal selama 3 bulan). Ya untungnya aku emang gak bisa pake contact lens, karena terasa pedih banget di mata kalo pake.

Ketika hari H lasik, mata ditetesi obat anestesi lokal. Ini perih banget. Setelah itu operasi gak sampe 15 menit dan alhamdulillah, gak sakit sama seklai. Kita juga bisa tahu proses operasinya, karena cuma bius lokal saja. Setelah selesai operasi, ada obat tetes untuk melembabkan mata, dan harus pakai kacamata hitam dulu selama sebulan penuh, untuk melindungi mata dari gangguan cahaya, angin dan debu. Setelah itu, mataku dites, dan alhamdulillah, ternyata dah normal.

Ya, sekarang tinggal merawat karunia ilahi ini sebaik baiknya. Kudu rajin minum jus wortel, tetap memercik mercikkan air dingin ke mata untuk merelakskan mata, dan juga liat yang jauh jauh dan yang hijau hijau, untuk menyeimbangkan syaraf jauhnya.

Semoga sharingnya berguna. Kebetulan kemaren temen temen emang nanyain di FB kenapa aku gak pake kacamata lagi.

Ya sudah. Salam Kompasiana!

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun