Mohon tunggu...
KOMENTAR
Kurma

Diary Ramadhan | Day 27

20 Mei 2020   23:49 Diperbarui: 20 Mei 2020   23:50 348 0
Diary #Day27

"Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir seratus biji. Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang dia kehendaki. Dan Allah maha luas (karunia-Nya) lagi maha mengetahui." (Al-Baqarah; 261)

Yana selalu menjadikan orang tuanya sebagai teladan dalam hidupnya. Terutama papa nya. Papa Yana yang di mata Yana miliki kharisma yang bagus. Bijaksana dalam menyikapi berbagai hal yang terjadi dalam hidupnya dan kehidupan keluarganya. Jika ada orang yang marah kepada Papa Yana maka tidak akan dibalas dengan kemarahan lagi. Melainkan akan dibalas dengan senyuman tulus bahwa dia telah memaafkan dengan caranya. Dan tidak akan memperpanjang masalah apapun yang ditaruh oleh orang lain di hidupnya. Papa Yana juga paling cerdas dalam membuat kehidupan orang yang ada di hidupnya menjadi bahagaoa. Yana paing salut sama papa nya yang selalu berbagi.

Setiap tahun dihari raya idul fitri saja misalnya. Semua orang yang bekerja dengan papa. Tetangga papa. Teman-temannya yang kurang baik sebaik kehidupan papa. Dan yang lainnya. Papa berbagi sedikit apa yang dimilikinya untuk mereka. Papa pernah bilang pada Yana bahwa berbagi menjadikannya bahagia dan lebih merasakan makna hidup sesungguhnya. Sebenarnya tidak hanya dihari raya. Kapanpun saat papa merasa rejekinya lebih dia akan melakukannya.

Kali ini cerita Yana seluruhnya tentang papanya. Dia sedang bercengkerama bersama papa nya di ruang tv keluarga. Saat mamahnya masih belum pulang dari arisan ibu-ibu komplek perumahannya.

"Yan, kamu bahagia sama hidupmu?" tiba-tiba pertanyaan tidak terduga seperti itu keluar dari mulut papa memecah keheningan diantara mereka berdua yang hanya diramaikan oleh suara tv.

"Bisa dibilang iya pa." jawab Yana tanggung.

"Kenapa jawabannya gitu?"

"Gimana ya pa? Yana belum yakin tentang apa arti bahagia."

"Saat hidup kamu terasa ringan apapun yang kamu lakukan meski berat kamu melaluinya dengan senyuman Yan."

"Kalo emang itu maknanya. Sepertinya aku belum bahagia pa."

"Kenapa tuh?"

"Papa ah ko tiba-tiba banget nanya gitu?"

"Jawab aja Yan. Masa papa nya mau tahu tentang itu gak mau jawab."

"Kalo aku yang nanya papa dulu boleh gak?"

"Silahkan saja. Siapa takut."

"Papa bahagia saat apa?"

"Yang pasti papa bahagia saat dulu mamah mu berkata bahagia hidup dengan papa. Papa juga bahagia saat kamu menjadi sumber bahagia papa dan papa pastikan kamu juga bahagia. Terus satu lagi, papa bahagia saat papa berbagi kepada sesama."

"Berbagi uang?"

"Ya gak hanya uang Yan. Apapun yang mampu kita berikan dan apapun yang bermanfaat untuk orang."

"Papa ikhlas melakukannya?"

Papa mengangguk seakan ragu tapi ada keyakinan. "Ikhlas tidaknya papa tidak bisa menilai sendiri. Yang pasti papa bahagia saat melihat yang papa beri tersenyum bahagia Yan."

"Berarti papa ikhlas tuh. Papa gak takut uang papa atau apa yang papa punya habis?"

"Kamu pernah merasa kekurangan gak? Selama jadi anak papa?"

"Nggak lah malahan papa ngasih banyak banget buat Yana."

"Itulah. Gak akan ada yang namanya merugi saat kita berbagi. Tidak terasa semua terasa cukup bahkan terasa bertambah meski kita gak tahu dari mana arah itu berasal."

Papa tersenyum begitu tulus kepada Yana. Seakan mengajak Yana mengikuti jejaknya. Meski suruhannya tersebut tidak tersirat dengan jelas. Tapi Yana menimpali senyuman tulus papa setuju bahwa suatu saat Yana ingin melanjutkan apa yang papa nya lakukan.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun