Mohon tunggu...
KOMENTAR
Kurma

Diary Ramadhan | Day 24

17 Mei 2020   22:07 Diperbarui: 17 Mei 2020   22:18 236 0
Diary #Day24

"Dan Tuhanmu telah memerintahkan agar kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah berbuat baik kepada ibu bapak. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berusia lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah engkau mengatakan kepada keduanya perkataan "ah" dan janganlah engkau membentak keduanya, dan ucapkanlah kepada keduanya perkataan yang baik." (Al-Isra`: 23).

Hari ini Yana sudah janjian dengan Euis akan pergi ke suatu kafe di sekitar alun-alun kota. Sekalian menghabiskan waktu bersama. Untuk mengobrol tentang kehidupan masing-masing mereka. Ingin mengobrol tentang hal yang sama-sama mereka lewati tanpa bersama. Seperti biasa Yana mengajak Euis menuju Kafe naik angkot saja. Padahal jika mau Yana bisa minta antar ke mamah dan papa nya. Atau menggunakan motor padahal dia bisa. Atau bisa saja naik taksi online, ojek online yang merupakan moda transportasi yang lebih praktis dibandingkan angkot. Tapi angkot tetap primadona di mata Yana.

"Assalamualaikum, Euis." Yana mengucap salam saat sampai di depan pintu rumah Euis.

"Waalaikumsalam. Yana ya? Euis ada di dalam tunggu dulu yuk di dalam." ucap kakak Yana yang tadi juga membuka pintu.

"Iya kak makasih."

"Sama-sama. Tunggu dulu ya. Euisnya lagi ngerjain dulu apa tuh di belakang."

"Ohya kak gak papa saya tunggu di sini."

Yana menunggu Euis yang entah sedang apa. Kakaknya saja tidak bilang. Yana hanya duduk di ruang tamu yang juga menyatu dengan ruang tv yang nampaknya juga ini adalah ruang keluarga. Dalam ruangan itu juga ada dua dua pintu berjejeran yang itu adalah kamar kakak Euis dan kamar Euis. Lalu ada satu pintu menuju ke belakang. Yang di sana ada sebuah ruangan makan juga satu kamar lagi. Lalu masih di ruangan yang sama juga menyatu dengan kamar mandi dan dapur. Begitulah rumah Euis rumah yang setiap jengkalnya Yana hafal jelas. Sedari kecil Yana sudah sering bermain bersama Euis di sini. Begitupun Euis yang sering bermain di rumah Yana.

"Yan maaf ya nunggu lama." pungkas Euis saat menghampiri Yana yang masih duduk dan terus pikirannya berkelana.

"Nggak papa Is. Gimana udah siap?" tanya Yana melihat Euis yang nampak sudah seperti siap untuk berangkat.

"Udah yuk Yan. Ohya bentar aku ambil tas dulu. Eh iya mau minum dulu? Kasian nunggu lama gak aku kasih apa-apa."

"Nggak usah. Nanti kan minumnya di kafe sama kamu."

"Oke deh hayu Yan."

"Aku pamit ibu kamu dulu?"

"Hmm gak usah. Ibu lagi tidur. Tadi abis minum obat. Terus ibu tidur."

"Kakak kamu?"

"Kak aku sama Yana berangkat ya?"

"Iya Is. Hati-hati ya Euis Yana." ucap kakak Euis sembari berdiri di depan pintu kamarnya.

Yana dan Euis berjalan terus hingga keluar jalan kecil di depan rumah Euis. Menuju jalan utama untuk menyetop angkot yang akan mengantar mereka. Hingga akhirnya mereka sampai di jalan utama dan tak lama angkot yang akan mengantarkan mereka datang. Siap mengantarkan Yana dan Euis ke kafe dekat alun-alun kota. Dan beberapa waktu setelahnya mereka sampai di kafe yang dituju.

"Kamu mau pesen apa Is?"

"Aku mau pizza mini sama thai tea aja."

"Oke. Kalo gitu aku mah mau salad aja sama jus tom jerry (tomat jeruk dan strawberry) aja ya mas."

"Oke mbak ditunggu ya pesanannya."

"Oke."

"Eh Is kabar ibu kamu baik-baik aja kan?"

"Ya gitu Yan harus terus minum obat setiap hari. Terus dia juga harus kontrol setiap sebulan sekali."

"Kelian berdua kamu sama kakak kamu yang urus ibu?"

"Iyalah Yan. Mau siapa lagi. Aku sama kakak gantian jagain ibu. Gantian juga rawat ibu. Bahkan aku pilih kerjaan yang sebisa mungkin gantian sama kakak. Kayak shiftnya disesuain sama kakak aku."

"Keren deh kamu Is. Kamu sama kakak dan ibu kamu keren."

"Itu udah kewajiban anak Yan. Kewajiban anak buat urusin orang tuanya. Orang tua yang aku punya cuma ibu. Dulu pas bapak tiba-tiba kabur terus ilang ninggalin kami ibu banting tulang sendirian Yan. Aku benci bapak aku. Tapi sebagai anak gak boleh sedikit saja benci. Ibu aku baik banget malah nyuruh kami berdua buat selalu buka pintu maaf buat bapak.  Jadi saatnya aku sama kakak berbakti balas semua yang ibu udah perjuangin buat kita Yan." ucap Euis panjang lebar tanpa ada henti sedikitpun. Dan Yana mendengarkan begitu sesksama.

"Yan maaf aku malah curhat gak jelas." lanjut Euis lagi.

"Ih nggak papa. Kan emang niat kita ke sini buat curhat-curhat. Aku banyak belajar dari kamu."

"Belajar apa?"

"Bahagiain orang tua. Apalagi kedua orang tuaku lengkap. Tugasku dobel Is."

"Kamu nih ada-ada aja." tawa Euis lepas.

Begitulah kehidupan Euis. Seorang teman sedari kecil yang dengan hebatnya berjuang tiada henti untuk kehidupannya. Dia selalu bilang kepada Yana untuk jangan lupa bahagia dan terus berbagi kebahagiaan. Yana yakin bahwa Euis hidupnya baik-baik saja. Bahwa Euis bahagia. Dan menikmati hidupnya. Meski keras.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun