Mohon tunggu...
KOMENTAR
Politik Pilihan

Mahathir, Gus Dur, Amien Tersingkir dari Partai yang Didirikannya

29 Mei 2020   11:38 Diperbarui: 29 Mei 2020   11:55 1432 15
Politik memang kejam, maka memang jangan baperan jika masuk politik. Sebab, pendiri partai pun bisa tersingkir dari partai yang dia dirikan.

Terbaru, saya membaca berita soal Mahathir Mohamad yang sudah bertebaran di dunia maya. Mahathir telah didepak dari Partai Pribumi Bersatu Malaysia (Partai Bersatu), partai yang dia ikut mendirikannya.

Mahathir setelah meletakkan jabatannya sebagai Perdana Menteri Malaysia mulai oleng posisinya. Politikus berusia lebih dari 90 tahun itu akhirnya didepak oleh Muhyiddin Yassin, Perdana Menteri Malaysia sekaligus Presiden Partai Bersatu.

Padahal, Muhyiddin adalah orang yang bekerja sama dengan Mahathir untuk mendirikan Partai Bersatu. Memang Mahathir akan melakukan perlawanan bersama empat orang pentolan Partai Bersatu yang didepak oleh Muhyiddin. Perlawanan itu diungkapkan pada Kamis (28/5/2020).

Dalam politik, tersingkir dari partainya sendiri bukan hal yang baru. Di Indonesia pun begitu, walaupun dengan dinamika yang tak persis sama dengan Mahathir. Kita semua tahu bahwa Abdurrahman Wahid atau Gus Dur sebagai salah satu tokoh pendiri Partai Kebangkitan Bangsa (PKB).

Bahkan, mantan Ketua Umum PBNU itu mampu memenangi kontestasi Pilpres di MPR pada 1999. Namun, belakangan diketahui PKB pecah menjadi kubu Gus Dur dan Muhaimin pada 2008-an.

Kita pun ketahui PKB Muhaimin lah yang ikut Pemilu 2009. Sementara PKB Gus Dur absen. Sampai saat ini, PKB Muhaimin lah yang bertahan. Gus Dur yang ikut mendirikan PKB, bahkan sebagai tokoh sentral akhirnya tersingkir.

Amien Rais juga memiliki cerita yang mirip, sekalipun dia sampai saat ini tak didepak Partai Amanat Nasional (PAN) yang dia ikut mendirikannya. Diketahui, Amien yang merupakan tokoh sentral PAN di masa Reformasi, kini tak lagi masuk kepengurusan PAN.

PAN memang retak menjadi dua kubu paska pemilihan ketua umum beberapa waktu lalu. Ada kubu Amien dan kubu Zulkifli Hasan. Ketika Zulkifli Hasan terpilih menjadi ketua umum belum lama ini, Amien pun tak masuk struktur organisasi PAN.

Memang secara fakta, Amien tak pernah didepak dari PAN, namun secara politis Amien sudah disingkirkan dari PAN. Maka,  santer dikabarkan Amien akan buat partai baru. Namun, sampai saat ini belum direalisasikan.

Fenomena seperti di atas masih banyak lagi dengan intensitas pemberitaan yang berbeda. Persaingan di partai politik adalah persaingan yang mengerikan. Mereka yang berteman bisa bermusuhan dan sebaliknya.

Namun sebenarnya, cerita politik seperti itu tak hanya ada di partai politik. Jika ada yang membesar-besarkan bahwa fenomena menikam itu hanya ada di parpol, maka tak benar.

Politik sejatinya adalah siapa mendapatkan apa, kapan, dan bagaimana, mengutip dari definisi yang diungkapkan Harold J Laswell. Maka, politik tak hanya terjadi di politik praktis saja. Di dunia bisnis, dunia olahraga, dunia lainnya juga ada cara cara untuk menumbangkan kawan dan lawan.

Di dunia bisnis, pemilik pun bisa terjungkal karena dijungkalkan oleh anak buahnya sendiri. Di dunia olahraga, seorang pelatih bisa dapat mosi tak percaya dari para pemainnya.

Maka, politik praktis di dunia partai hanya cermin saja. Cermin bahwa manusia memang getol berkompetisi bahkan menggunakan berbagai cara untuk menang. Tak peduli cara itu kadang keluar dari aturan dan kewajaran.

Kompetisi membuat manusia berani melawan siapapun  yang mengadang. Tak peduli tua, muda, bahkan sedarah pun diterjang juga. Karena hasrat kompetisi dan ingin menjadi pemenang dan penguasa. Karena itu, saya sangsi di zaman seperti ini masih ada yang memakai konsep "sama rata, sama rasa", kecuali hanya sebagai lipstik belaka. (*)

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun