Mohon tunggu...
KOMENTAR
Kebijakan

Trump Minta Tempat Ibadah Dibuka, Berefek ke Indonesia?

23 Mei 2020   17:24 Diperbarui: 23 Mei 2020   17:25 82 8
Presiden Amerika Serikat Donald Trump meminta para gubernur membuka tempat ibadah di masa Covid-19. Ada alasan yang dibeberkan Trump.

Seperti diberitakan New York Times, Trump mengatakan beberapa gubernur tetap membuka toko munuman keras dan klinik aborsi, tapi menutup tempat ibadah di masa Covid-19. Trump mengatakan bahwa itu langkah yang salah. Dia juga mengatajan, doa menjadi senjata untuk melawan Covid-19.

Tapi, menurut saya apapun alasan Trump, ini bisa dimaknai sebagai cara mendapatkan simpati dari kelompok agamis. Apalagi, Trump tentu menginginkan dia kembali terpilih dalam Pilpres Amerika Serikat.

Mendapatkan simpati dari kelompok agamis cukup penting bagi Trump. Apalagi, kebijakan Trump ini lintas agama, jadi semua orang agamis lintas agama berpotensi memilih Trump di pilpres AS selanjutnya.

Keputusan Trump untuk membuka tempat ibadah saya pikir juga bentuk kebingungan Trump melawan Covid-19. Per hari ini saja, sudah lebih dari 1 juta kasus Covid-19 di Amerika Serikat. Amerika menjadi negara nomor satu yang paling banyak memiliki kasus Covid-19.

Dalam beberapa pekan, Amerika Serikat terbukti tak mampu melawan Covid-19. Mungkin, daripada tak ada dukungan di masa Covid-19, Trump memilih untuk membuka tempat ibadah di masa Covid-19.

Indonesia Bagaimana?

Kini, kebijakan Trump menarik dicermati terkait efeknya pada negara lain, termasuk Indonesia. Menarik kita lihat bersama, apakah kebijakan Trump akan membuat kelompok di Indonesia mendorong hal serupa.

Dalam beberapa kesempatan, tokoh atau warga mengungkapkan pendapatnya. Mereka mempersoalkan bandara dan pasar dibuka tapi tempat ibadah dibuka. Saat ada gesekan antara Habib Umar dan petugas PSBB di lapangan, muncul juga pernyataan serupa.

Intinya kenapa masjid ditutup sementara tempat keramaian lain dibuka. Kita lihat apakah fenomena di Amerika akan mendorong kelompok di Indonesia untuk meminta dibukanya tempat ibadah?

Jika ada desakan makin kuat soal pembukaan tempat ibadah seperti di Amerika, tentu menjadi dilema bagi pemerintah. Dilema yang luar biasa sulitnya. Sebab, seperti buah simalakama.

Jika tidak membuka tempat ibadah, maka ada tudingan pemerintah tak agamis. Tentu efek ini bisa panjang. Nanti akan dikaitkan dengan kedekatan Indonesia-Cina. Ruwet lah pastinya.

Namun, di sisi lain, jika membuka tempat ibadah, ada potensi makin mewabahnya Covid-19. Apalagi jika mengacu pada pengalaman sebelumnya, kerumunan di Indonesia memang susah diatur dalam protokol kesehatan.

Sekali jika desakan pembukaan tempat ibadah memguat di Indonesia karena efek samping kebijakan Trump, tentu akan makin merepotkan pemerintah. Karena berada dalam situasi buah simalakama.

Bahkan, saya jadi teringat imbauan dari mantan Panglima TNI Jenderal Purn Gatot Nurmantyo beberapa waktu lalu. Saat itu dia mengimbau agar masyarakat meramaikan masjid dan tak takut Covid-19. Bisa jadi dorongan itu akan muncul lagi.

Susah memang di masa Covid-19 ini. Saya sebagai orang biasa berharap dan berdoa semoga penyakit ini segera lenyap. Efek samping yang ditimbulkan memang luar biasa. Selain efek kesehatan, juga efek sosial, ekonomi, bahkan ritual agama. (*)

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun