Agresif yang saya maksud di sini adalah memberi pernyataan yang konkret dan berlawanan dengan pemerintah. AHY seperti diketahui mengusulkan adanya lockdown bagi wilayah-wilayah yang dinilai sudah parah diwabahi corona. Seperti yang saya kutip dari cnnindonesia, AHY mengatakan bahwa lockdown membuat tak ada arus keluar masuk di daerah yang dilockdown tersebut. Tapi, arus keluar masuk bahan pokok tetap dibolehkan.
Penyataan AHY itu berlawanan dengan pemerintah yang tak akan melakukan lockdown. Sebab, lockdown akan berdampak buruk pada ekonomi. Pernyataan agresif AHY melanjutkan pernyataan agresif dari Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Sebelumnya, SBY melakukan kritik dengan diksi yang tajam, yang jarang diungkapkan SBY selama ini.
Seperti dikutip dari kompas.com, ada beberapa kata atau frasa SBY yang agresif pada pemerintah terkait corona. Kata atau frasa itu adalah "(tidak) kredibel", "terlalu percaya diri", dan "menganggap enteng". Saya pikir banyak yang paham bahwa arah SBY adalah agresif mengkritisi pemerintah dalam hal penanganan corona.
Nah, menarik ditelaah kenapa Partai Demokrat mulai agresif. Dalam 10 tahun di pemerintahan yakni 2004 sampai 2014, Demokrat jelas tidak agresif pada pemerintah karena mereka bagian dari pemerintahan. Di masa kepemimpinan pertama Jokowi, silang pendapat antara Jokowi dengan SBY atau Partai Demokrat pernah terjadi. Namun seingat saya, SBY tak pernah memberi pernyataan yang agresif dengan kata-kata yang cenderung menyudutkan.
Salah satu silang pendapatnya adalah Jokowi pernah menyentil soal utang Indonesia ke IMF yang belum tuntas. Kemudian, SBY merespons. Seingat saya hanya satu kata yang agak keras yang diungkapkan SBY, yakni "keliru". SBY mengatakan "keliru" jika Indonesia masih punya utang dengan IMF karena utang itu sudah diselesaikan.