Mohon tunggu...
KOMENTAR
Analisis

Sudah PMII- kah Aku?

6 November 2020   02:22 Diperbarui: 6 November 2020   02:28 151 0
berkembang secara tidak sehat, soal perebutan posisi jabatan.

Masalah diaspora kader masih menjadi pelakat ketika jenjang kontestasi, maka secara pimikiran kader pmii unsuri khusunya tidak lain, merupakan budaya hegemoni dalam setting perang lokal, dan masalah dialektika itu sudah pasti mempuni bagi kader kader Pmii.

Tantangan ke depan, Refleksi terkait diaspora senior terhadap kader belum siknfikan, dan belum terarah terobosannya ke jenjang berikutnya.

Dilihat dari segi ketaqwaan, hanya sekitar 30 persen kuotanya dalam setiap pribadi kader. Padahal, organisasi ini sangat menekankan keislaman dan kebangsaan sebagai poros gerakannya, sedangkan ketaqwaan adalah tujuan pertama dari adanya organisasi ini.

PMII merupakan organisasi pengkaderan. Artinya PMII susah jelas kemana aras pengurus yang akan meramutnya ke jenjang mapaba PKD.

Pertama Alumni yang sudah tidak berperan dalam struktural PMII harus melakukan upaya-upaya untuk menyiapkan kader
penggerak yang dapat mewarnai kehidupan bangsa dan
Negara dalam berbagai lini dan sektor
kehidupan, yang mana harus bermodalkan jejaring intelektualitas baik secara skill dan nilai tawar setiap kader sehingga
menjadi akademisi, ulama, entrepreneur, politisi, advokat,
guru, dosen, aktivis, tokoh masyarakat, pejabat, wartawan,
dan sebagainya.

Yang kedua masalah internal terkait intelektualitas setiap anggota maupun kader yang ada, memang sejauh ini budaya konsumtif masih sulit dihilangkan dan terus-terusan dibiarkan berkembang di tubuh PMII.
Maka konsekuensi yang didapat ialah Pseudo-aktivisme dan
wabah anti-intelektual, serta ke anggotaan maupun kader sudah merasa menjadi aktivis yang luar biasa dan bisa ikut berkontribusi ke pada pmii, padahal hanya dengan berswafoto menggunakan embel-embel almamater PMII yang kemudian diunggah ke sosial media.

Selain itu ada juga yang merasa aktif meskipun hanya dengan menambahkan kata-kata "kekiri-kirian" dalam setiap eksisitasnya di Sosial media, biar kelihatan idealis banget hehehe.
Mirisnya lagi, rata-rata anggota maupun kader merasa puas hanya dengan ngopi semalaman dan mebangun persahabatan sepanjang komis hanya untuk kelihatan banyak relasi tanpa diikuti kegiatan didalam internal tersebut, contoh kegiatan rutinitas kegiatan formal dan kegiatan intelektualitas seperti diskusi, membaca, menulis dan lain lain sebagainya.

Padahal, Cangkruk dan ngopi memiliki substansi lebih daripada hanya sekedar bersenda gurau, hura-hura dan hedonis. Ngopi harusnya bisa memunculkan ide-ide kreatif untuk setidak-tidaknya memecahkan 1 masalah sosial, tidak perlu jauh-jauh, cukup memberi solusi pada permasalahan kampus saja sudah patut dikata sebagai aktifis PMII.

Jadi... Itulah ngopi yang sesungguhnya.
Bagaimana menurutmu sahabat?

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun