Mohon tunggu...
KOMENTAR
Kebijakan

Jangan Bubarkan Terminal Khusus TKI!

27 Oktober 2012   07:08 Diperbarui: 24 Juni 2015   22:20 318 0
Perbaiki pelayanan itu yang terpenting!

Keputusan Menakertrans mengenai bolehnya TKI Penata Laksana Rumah Tangga (PLRT) untuk pulang langsung tanpa lewat Terminal 4 (terminal khusus kedatangan TKI) tampak sekali diambil tanpa mempelajari kejadian-kejadian mengenaskan di masa silam yang menimpa TKI sebelum terminal khusus ini dibentuk.

Saya yakin, kejadian di masa silam (TKI PLRT dibawa ke hutan lalu diperas habis-habisan) bakal terulang. Bahkan pernah ada berita setelah diperas oleh supir travel gelap, sang TKI PLRT ditinggal begitu saja di hutan. Itu tak sekali-dua kali terjadi. Belum lagi yang dihipnotis.

Memang di Terminal khusus sekarang ini, kejadian peras-memeras, masih terdengar. Namun dalam jumlah yang jauh lebih kecil. Dan relatif lebih gampang diawasi.

Kalau pembaca tahu pasti bagaimana perekrutan TKI berawal, pasti setuju dengan pendapat saya. Bagi yang belum tahu, ada baiknya saya uraikan: sponsor/calo/petugas lapangan (PL) menjemput calon TKI dari rumah mereka masing, masing untuk diantar ke kantor cabang. Sebelumnya sponsor/calo/PL telah mengurus dan membayar tetek bengek dokumen yang diperlukan. Sesampai di kantor cabang, calon TKI menginap sembari diuruskan rekomendasinya di Disnakertrans. Lalu calon TKI dengan didampingi petugas dari kantor cabang PJTKI/PPTKIS dibawa ke kantor pusat dimana proses akhir diselesaikan.

Begitu proses akhir selesai, calon TKI siap diterbangkan dan didampingi oleh staf PJTKI/PPTKIS hingga check in di bandara.

Jadi mulai dari rumah hingga detik-detik akhir penerbangan, semua mobilisasi dan transportasi diurus oleh staf PJTKI/PPTKIS.

Bisa dibayangkan, sementara TKI PLRT itu di luar negeri bekerja di wilayah domestik, rumah orang, yang segala macam transportasi diurus/disediakan oleh majikan atau bahkan banyak yang tak pernah keluar rumah selama bekerja sepanjang minimal dua tahun!

Lalu saat pulang, majikan yang antar sang TKI hingga ke bandara dan setiba di Indonesia dilepas begitu saja! Sementara mereka tak punya pengalaman sama sekali untuk membeli tiket pesawat, pergi ke terminal bus, ke stasiun kereta api, ke travel dan sebagainya. Entah berapa puluh ribu setiap tahunnya TKI kita yang berangkat dan mengalami hal-hal yang serba pertama dalam hidup mereka. Pertama kali ke kota besar, pertama kali tinggal jauh dari rumah, pertama kali ke kantor pemerintahan, pertama kali naik pesawat dan sebagainya.

Dan perlu diingat sebagian besar TKI PLRT kita adalah orang desa yang sebagian besar juga hanya berpendidikan SD, SMP atau bahkan tak tamat SD!

Kecuali TKI PLRT yang berangkat re-entry (cuti), apalagi yang berkali-kali, bolehlah dilepas untuk pulang sendiri.

Makanya keberadaan Terminal Khusus TKI sangat penting. Pelayanan selama ini memang harus diakui buruk. Tapi berdasarkan pengalaman sebelumnya, TKI yang pulang tak ada pelayanan sama sekali sehingga banyak yang ditipu, diperas, didaur ulang oleh PJTKI nakal, ditelantarkan supir di hutan karena tak beri uang, dihipnotis dan berbagai kejahatan lainnya.

Keberadaan Terminal khusus kedatangan TKI terbukti meminimalisir hal-hal jahat tersebut.

Dengan melepas TKI PLRT melenggang begitu saja, sama dengan menjadikan terminal kedatangan sebagai ajang perburuan potensial bagi penjahat, dan TKI PLRT yang sebagian besar perempuan desa itu yang menjadi mangsanya.

Karenanya pihak pemerintah dalam hal ini Menakertrans Muhaimin Iskandar hendaknya meninjau ulang keputusannya. Sebab kebijakan ini penuh resiko buat TKI PLRT. Yang diperlukan adalah perbaikan pelayanan terminal khusus TKI; biaya dibuat masuk akal, waktu tunggu dipersingkat, libas manusia-manusia tukang catut.

Bahkan pekerja migas dengan level insinyur yang pernah saya tempatkan ke Dammam Arab Saudi, suatu kali menjadi korban hipnotis dan dibuang di pinggir tol. Hanya kejadian ini tak masuk berita. Namun sang korban bercerita di depan mata saya.

Ini insinyur. Bagaimana dengan TKI PLRT?

Tulisan saya lainnya berkaitan dengan TKI & PJTKI silakan klik kalimat ini

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun