Mohon tunggu...
KOMENTAR
Sosbud

Laskar Jihad Anti Wayang?

17 Oktober 2010   07:28 Diperbarui: 26 Juni 2015   12:22 550 0
[caption id="attachment_292474" align="alignleft" width="300" caption="Foto: http://explore-id.blogspot.com/2010/07/wayang-kulit-classic-art-from-jawa.html"][/caption]

Apakah benar, Laskar Jihad anti pertunjukan wayang? Kalau iya, apa alasan mereka?

Sehari setelah Mahkamah Konstitusi membuat putusan bersejarah yang melegakan penulis dan penerbit buku, Rabu (13/10), saya membincangkan putusan itu dengan beberapa teman di dunia maya. Di antaranya dengan Bambang Haryanto. Dia adalah kolumnis spesialis humor. Kepakarannya di bidang humor, menurut saya, luar biasa. Bahkan di layar kaca, beberapa kali Effendy Ghazali menyebut-sebut namanya.

Kali ini Mas BH—demikian saya menyapanya—bukannya mengajak saya berbincang soal humor—soal haha-hihi. Usai membahas sepintas putusan MK itu, dia mengirimiku sebuah kabar buruk. Dibimbingnya saya untuk menengok sebuah tulisan yang dipublikasikan situs The Jakarta Globe. Judulnya: Muslim Hard-Liners in Central Java Attack Shadow Puppet Show.

Di berita itu disebutkan bahwa sekelompok pemuda yang menamakan dirinya Laskar Jihad telah membubarkan secara paksa pagelaran wayang di Desa Sembung Wetan, Sukoharjo, Jawa Tengah, pada Sabtu malam (10/10).

Peristiwa itu terjadi di rumah Anto Ripto Mulyono, seorang pembuat alat musik gamelan. Malam itu, dia mengadakan perayaan keluarga dan mengundang dalang Ki Agung Nugraha Sukresna untuk menggelar pertunjukan wayang.

Ketika pertunjukan wayang sedang berlangsung, mendadak sekelompok pemuda melakukan serangan. Para penyerang itu melemparkan batu dan mengacung-acungkan pedang. Diberitakan, dua orang terluka dalam peristiwa itu.

Diduga kuat, para pemuda itu melakukan penyerangan karena melihat banyaknya penonton yang meminum minuman keras di area pertunjukan wayang yang sedianya akan berlangsung semalam suntuk.

Pihak kepolisian Sukoharjo menyatakan belum bisa memastikan siapa pelaku penyerangan itu dan apa motifnya. Mereka berjanji akan mengembangkan penyelidikan.

Sementara itu, dalang senior Ki Manteb Sudarsono mengutuk penyerangan itu dan menghimbau pelaku pewayangan untuk bersatu melawan kelompok penyerang. Dia pun mengultimatum pemerintah dan polisi untuk menuntaskan kasus ini.

***

Kemarin (16/10), kabar buruk dari Sukoharjo itu mulai jadi bahan pergunjingan. Ade Armando, misalnya, mengisi status Facebook-nya dengan berita tadi. Mantan anggota Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) itu menulis begini:

Ketika ada berita bahwa sekelompok pemuda yang menamakan laskar jihad menyerang pagelaran wayang, dan berita itu diwartakan secara terbuka oleh sebuah suratkabar, sebagian orang langsung bilang: 'Jangan langsung percaya dong. Tabayun!'. Tapi ketika ada kabar bahwa jemaat HKBP dilarang memiliki gereja karena orang2 Batak itu suka minum-min...um dan bernyanyi keras2, orang2 yang sama manggut2 takzim.

Sebelum itu, persoalan ini juga dibahas di forum detik.com. Yang dijadikan acuan adalah berita dari The Jakarta Globe tadi, tapi di-Indonesiakan judulnya menjadi lebih seram: Laskar Jihad Serbu Penampilan Wayang di Solo. Isinya tetap dipertahankan dalam versi Inggris.

Entah karena apa, berita penyerangan terhadap pagelaran wayang itu hanya dimunculkan sebuah website. Mungkin saja, ada koran lokal yang mewartawakannya, namun susah diakses oleh masyarakat di luar Sukoharjo atau Solo.

Jika kita simak dengan seksama berita di The Jakarta Globe itu, ada beberapa informasi yang tidak tersampaikan kepada publik. Prinsip cover all sides tidak diterapkan di sini. Sebagian besar narasumber yang dikutip pernyataannya adalah kalangan seniman wayang, ditambah seorang saksi dan polisi. The Jakarta Globe sama sekali tidak berusaha menampilkan suara pihak yang disangka sebagai pelaku penyerangan.

Jika memang kelompok muslim garis keras—meminjam bahasa The Jakarta Globe—itu berasal dari Laskar Jihad, mengapa tidak dilakukan upaya cross check? Walaupun, misalnya, pihak Laskar Jihad melakukan penyangkalan atau memilih tidak berkomentar, sangatlah penting suara mereka didengar.

Sebagai konsumen media, saya pribadi memerlukan berita yang berimbang. Saya tahu, setiap media mengusung ideologi tertentu atau punya kecenderungan politik tertentu, namun prinsip-prinsip dasar jurnalistik hendaknya tidak boleh dicampakkan.

Setelah membaca berita The Jakarta Globe tadi, saya bertanya-tanya: Apakah benar, Laskar Jihad anti pertunjukan wayang? Kalau iya, apa alasan mereka? Kalau tidak, mengapa mereka membubarkan pertunjukan seni tradisional itu? Mungkinkah ada hal lain yang luput dari amatan media massa atau mungkinkah ada upaya untuk menyudutkan kelompok tertentu melalui berita ini?

Sekian pertanyaan itu masih mengendap di batok kepala saya. Mungkin Anda bisa membantu menemukan jawabannya?

Menteng, 17 Oktober 2010

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun