Mohon tunggu...
KOMENTAR
Sosbud

Di Luar Negeri, Lebaran Sejuta Rasanya

30 Agustus 2011   13:16 Diperbarui: 26 Juni 2015   02:21 522 0

BAGAIMANA suasana Idul Fitri masyarakat Indonesia di luar negeri?Di mana pun Muslim Indonesia yang berada di berbagai negara-rantau di muka bumi ini selalu ingat kampung halaman dan sanak keluarga pada saat membayangkan gema takbiran membahana di tanah air.Kenangan bersama orangtua, sanak saudara, teman-teman berkelebatan.Tidak jarang, momen gema takbiran turut menggenangkan airmata.

Di manapun orang-orang Melayu --kami menyebut diri kami seperti ini—menjunjung tradisi lebaran semeriah mungkin.Begitu pula di masyarakat Indonesia, mahasiswa, perantau, maupun pegawai pemerintah di berbagai perwakilan diplomatik dan konsuler di luar negeri.Ada sekitar 210 Perwakilan R.I. di luar negeri.Bila di suatu negara terdapat perwakilan R.I., maka tempat itu menjadi focal point dan meeting point bagi masyarakat kita.

***

PARA Kepala Perwakilan R.I., duta besar atau konsul jenderal menggunakan momentum lebaran atau hari-hari besar keagamaan lainnya sebagai medium untuk pembinaan masyarakat.Masyarakat Indonesia di luar negeri adakalanya datang dari kota yang jauh dari ibukota negara, bahkan orang asing yang pernah tinggal di Indonesia selalu memantau kapan lebaran dilaksanakan oleh dubes atau konjen.

Pada saat lebaran itu, kepala perwakilan R.I. di luar negeri mengadakan open-house di wisma duta, atau kediaman resmi mereka.Seluruh masyarakat Indonesia, termasuk keluarga KBRI atau KJRI, sahabat Indonesia warganegara setempat, di manapun mereka berada diundang pada hari berbahagia itu.

Sebagai catatan, hari-hari keagamaan lain, misalnya Natal atau bahkan Nyepi –bilamana banyak WNI yang berasal dari Bali—juga dirayakan oleh KBRI dan KJRI.Hari-hari istimewa ini juga dimanfaatkan untuk menjadi ajang kumpul, melepas rindu, tukar-menukar informasi sambil menikmati hidangan dengan menu Indonesia..

Sering juga terjadi, wisatawanatau orang Indonesia yang sedang berkunjung ke negara itu mampir di KBRI untuk turut berlebaran, sambil melepas rindu kepada sang ketupat lebaran.

Kegiatan selama bulan Ramadhan yang menggapai puncaknya pada Idul Fitri itu dilengkapi dengan shalat tarawih dan berbagai syiar agama lainnya, seperti belajar Al Quran atau tadarus (membaca kitab suci Al Quran).Tarawih dilaksanakan khususnya pada malam hari-hari libur, termasuk akhir pekan.Pada malam terakhir Ramadhan, masyarakat juga mengadakan takbiran.Ya, gema takbiran itu –sambil membayangkan tanah air dan kampung halaman--menjadi momen yang sangat khusus.

Pada perwakilan yang memiliki ‘ustad’ maka shalat bisa saja dipimpin oleh dubes, konjen atau bahkan adakalanya dipimpin oleh seorang staf lokal WNI atau masyarakat biasa.Sekiranya ada kesulitan mencari imam, jangan khawatir.Kita bisa mengontak otoritas Muslim yang ada di negara itu.Di seluruh negara Eropa dan Amerika di mana penganut agama Islam menjadi minoritas, atau bahkan di Afrika atau Asia sekalipun, terdapat otoritas Muslimyang dibentuk atau diakui oleh pemerintah negara setempat.Kita bisa meminta bantuan otoritas tersebut atau mesjid untuk menyediakan imam bagi masyarakat kita.

Open House

ACARA open-house, ini yang ditunggu-tunggu oleh masayarakat dan keluarga maupun undangan warganegara setempat.Dalam kesempatan open-house, kepala perwakilan selalu menyampaikan pesan untuk seluruh WNI di untuk menjadikan tradisi lebaran untuk merefleksikan harmoni di dalam keberagaman sebagai nilai-nilai yang dapat dicontoh dalam pergaulan antar-bangsa.

Terutama di pulau Jawa, bulan Ramadhan dan lebaran sudah melekat menjadi tradisi bagi seluruh warga masyarakat, termasuk non-Muslim.Jadi, idul fitri itu memiliki makna sosiologis bagi kita. Semangat kebersamaan ini justru sangat kuat dijiwai oleh WNI di luar negeri.

Open House dengan tuan-rumah dubes atau konsul jenderal tidak dapat terlaksana tanpa bantuan ibu-ibu para isteri staf KBRI dan unsur masyarakat.Apalagi menyangkut penyediaan menu makanan Indonesia yang bukanlah soal enteng.

Biasanya open-house dilaksanakan mulai jam 5 sore sampai jam 9 malam, adakalanya mulai siang hari sampai sore.

Pada acara seperti ini selalu muncul wajah-wajah baru. Tidak saja warganegara Indonesia yang baru datang atau sekadar wisatawan, keluarga perkawinan campuran, para ekspatriat yang kini mulai banyak terdapat dari kalangan warganegara Indonesia juga tampak hadir.

Di samping acara ramah-tamah sering pula ditampilkan acara hiburan band atau karaoke untuk memberi kesempatan bagi WNI dan tamu menikmati musik dangdut atau pekerja yang datang dari berbagai penjuru kota di Polandia, maupun masyarakat pencinta budaya Indonesia seperti pemain gamelan atau penari tradisional yang pernah belajar seni di Indonesia.Poco-poco menjadi ajang yang menyenangkan, ketika tamu-tamu asing dari warga setempat turut menjajal kemampuan mereka.

Makanan tradisional yang menjadi pengobat rindu turut menyemarakkan Idul Fitri. Banyak WNI dan bahkan orang asing yang pernah tinggal di Indonesia pun merindukan makanan khas tradisional kita.

Oleh karena itu, tidak hanya ketupat,lontong, rendang, opor, lodeh, bakso saja terhidang di meja.Nasi putih dan lontong, sup kimlo, kari kambing, tauco udang, semur Jakarta, dilengkapi dengan jajanan pasar seperti tape uli, lapis Surabaya, es teler, nastar, kastengels, putri salju dan kacang bawang juga tidak ketinggalan.

Darimana bahan-bahan diperoleh untuk menyiapkan menu Indonesia itu?Jangan khawatir, di berbagai kota di luar negeri juga tersedia berbagai bumbu Asia dan Indonesia meskipun jelas harganya jauh lebih mahal. Ibu-ibu kita selalu memiliki cadangan bumbu-bumbu masakan yang dibawa sendir dari Indonesia.

Suasana di kampung halaman di tanah air memang sengaja dihadirkan secara maksimal oleh para diplomat bersama masyarakat.Ada kebanggaan jika orang-orang asing dengan lahap menikmati hidangan kita.Memang, restoran Indonesia tidak begitu banyak terdapat di luar negeri.Para sahabat warganegara asing yang sangat menghargai orisinalitas makanan Indonesia tampak menikmati hidangan yang tersaji dan memujinya.“Ini restoran Indonesia yang terbaik di sini”, ujar para mantan ekspat di Indonesia itu.

Sering pula, momentum open house ini para dubes dan konjen mengundang pejabat kementerian luar negeri setempat, para usahawan maupun kolega mitra kerja mereka dari kalangan diplomatik.Ini merupakan kesempatan langka untuk promosi Indonesia.Para sahabat dan teman warga setempat ini ingin merasakan suasana kemasyarakatan yang akrab di antara orang-orang Indonesia yang dengan bangga memakai berbagai jenis pakaian Muslim maupun tenunan tradisionalterbaik yang mereka miliki. Dan, tentu saja menu khas lebaran itu sangat dinikmati mereka. Promosi Indonesia lah, kurang lebih begitu.

Bagi WNI yang ingin mengikuti kegiatan lebaran di mesjid di Eropa maupun Amerika, di sini juga berbagai aktifitas dilakukan.Mesjid dalam suasana Idul Fitri mengadakan berbagai acara, misalnya musabaqah, kuis cerdas cermat tentang Islam maupun pengetahuan umum tentang negeri itu, makan siang bersama, dan pertunjukan film-film Islami.

Banyak warga Muslim bersama keluarga mereka menghabiskan waktu seharian di mesjid.  Sering pula tampak para mualaf yang kini banyak ditemui adi Eropa atau di Amerika, sedang khusuk beribadah di mesjid.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun