Mohon tunggu...
KOMENTAR
Humaniora

Ada Apa di Glam: Kampong Muslim Singapura

23 Agustus 2011   17:09 Diperbarui: 26 Juni 2015   02:31 1845 1

TUJUAN saya dan istri keluar dari Bandara Changi Singapura dalam transit beberapa jam, selain bertemu dengan Yayan Mulyana, sahabat lama dulu di New York, ialah berziarah ke perkampungan Melayu dan Muslim yang kini dipelihara sebagai wilayah wisata.Di antara berbagai kawasan modern nan asri dan hijau atau pusat-pusat perbelanjaan di Singapura, bagi kami Kampong Glam [sering dibaca: Gelam] teramat istimewa.

Disebut Kampong Glam, karena di kawasan ini –sebelum reklamasi besar-besaran– merupakan kawasan pantai laut yang banyak tumbuh pohon kayu putih.Orang Melayu menyebut pohon yang menghasilkan minyak berkhasiat nan harum itu pohon gelam. Kawasan ini dulu berada di pinggir pantai.Strategis bagi para pedagang di Asia Tenggara, termasuk bagi para pelaut Bugis.Setelah reklamasi besar-besaran kampung itu kini menjauh dari pantai, bahkan seperti berada di tengah kota.

Karena rajin berdagang dengan orang-orang Arab dan Gujarat, maka di Kampong Glam berdiri pemukiman dan transit bagi bangsa-bangsa yang membawa Islam ke Asia Tenggara, termasuk Indonesia.Mereka bangsa pedagang, maka di tempat itu mulai subur menjadi pusat perdagangan.Dan, nama-nama jalan pun turut menyesuaikan: Arab Street, Busorrah Street, Baghdad Street, Muscat Street.Di negara kota ini sampai sekarang tetap terpelihara Kampung Jawa, Kampung Bugis dsb.

Berdasarkan sejarah, pada tahun 1822 Raffles membuat rencana kota Singapura yang dibagi berdasarkan etnis: Eropa, dan China di kawasan tersendiri.Sedangkan orang Melayu (dari Semenanjung, Sumatera dan Riau), Bugis dan Arab ditempatkan di Kampong Glam.Belakangan orang China maupun India, karena berdagang, tertarik tinggal di sana.

Gubernur Jenderal Stamford Raffles membangun kawasan ini untuk menjadi pusat perdagangan bagi kepentingan the British East India Company, dan sebagai hasil perjanjian dengan Sultan Hussein maka didirikanlah Kampong Glam sebagai pemukiman kaum Muslim Melayu.Sultan Hussein sendiri mendirikan istananya di sana pada tahun 1819, yang kini disebut Istana Kampong Glam.Istana ini, setelah dipugar berkali-kali, sekarang menjadi Pusat Warisan Budaya Melayu, atau Malay Heritage Centre.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun