Mohon tunggu...
KOMENTAR
Healthy

Mengulas Sederhana tentang Vaksin

25 Januari 2021   12:19 Diperbarui: 25 Januari 2021   12:49 106 3
Ketika Presiden RI, Joko Widodo menyampaikan kabar terkait vaksinasi Covid-19 gratis untuk seluruh rakyat Indonesia tentunya hal ini menjadi sesuatu yang baik dan dinantikan. Indonesia tidak ingin kalah dengan Singapura, nampaknya. Memang seharusnya begitu.

Jika mendengar adanya dua jalur vaksin yaitu secara gratis dan berbayar, terlintas dipikiran bahwa yang gratis untuk mereka yang kurang mampu dan yang mampu harus membeli sendiri. Jika yang gratis harus melewati BPJS, momentum ini bisa dimanfaatkan BPJS untuk memperkukuh diri.

BPJS ada baiknya untuk bekerja sama dengan Biofarma Bandung, sebagai perumpamaan produsennya. Jika BPJS semakin kuat maka untuk menangani sistem kesehatan nasional juga semakin kuat, benar kan? Berbeda halnya dengan yang bayar mandiri, bisa jadi diserahkan ke Kimia Farma maupun perusahaan farmasi swasta lainnya. Dalam hal ini, pemerintah hanya mengatur masalah impor dan harga jual tertinggi.

Jika di Tiongkok jalur berbayarnya sekitar Rp800.000 untuk dua kali suntik, di Indonesia jika harganya Rp1 juta kemungkinan bisa laris. Dapat dibayangkan, dari jumlah masyarakat Indonesia yang jumlahnya sekitar 300 juta jiwa, maka 50 juta jiwa bisa membayar Rp1 jutanya tersebut. Begitulah kira-kira perumpaan yang dilansir dalam Gelora.

Kembali lagi dengan kata gratis, pemerintah memiliki tantangannya sendiri bila vaksinasi Covid-19 gratis untuk seluruh rakyat Indonesia. Resikonya, mereka sibuk mengatur pengelompokkan masyarakat yang jumlahnya tidak sedikit. Selain itu, pemerintah juga harus yakin bahwa saat membeli vaksin tersebut jumlahnya benar-benar cukup.

Kapasitas pabrik terbatas dibandingkan kebutuhannya, yang belum lama mendapatkan izin baru yaitu vaksin Pfizer dari Amerika, mereka memiliki dua pabrik yang berlokasi di Michigan dan Belgia, sedangkan lainnya masih menyusul.

Berbeda dengan buatan Rusia yang diproduksi hanya untuk negaranya sendiri dan Australia yang justru vaksinnya sudah resmi namun tidak mendapatkan perizinan lantaran setelah melakukan uji coba, menimbulkan efek yang cukup berbahaya.

Melihat uji coba vaksin Sinovac, ternyata laporan saat uji cobanya tidak bisa diburu-buru. Laporan mengenai satu orang relawan membutuhkan 5-10 lembar sementara total relawan 1.600 orang. Belum sampai disitu, laporan tersebut harus dikirimkan ke BPOM sebelum mendapatkan izinnya. Membutuhkan waktu yang lama dibandingkan laporan hasil uji coba Pfizer dimasukkan di mana orang-orang FDA tidak libur. Dilansir dari Huffington Post, para pekerjanya makan daging kalkun sambil membaca laporan uji coba vaksin. Itulah mengapa membuat izin di Amerika lebih cepat dibandingkan di Indonesia.

Dengan begini, pelopor vaksinasi adalah Inggris dan Amerika, kan? Kurang dari setahun, vaksin mampu diciptakan. Jelas, dikarenakan wabah Covid-19 yang dahsyat dan memakan nyawa sangat banyak membuat tenaga yang dikerahkan pun tidak main-main. Saat itu mantan Presiden Amerika, Donald Trump juga memberikan hadiah uang sebesar Rp150 triliun kepada pabrik-pabrik obat bagi yang berhasil menemukan vaksin tersebut.

Kunci dari para ilmuwan hanya satu, yaitu tidak harus bekerja mulai dari nol. Maksudnya, saat wabah SARS dulu menyerang Tiongkok, para ilmuwan sudah melakukan berbagai macam penelitian dan menemukan kuncinya. Dengan adanya lockdown saat itu, wabah SARS dapat dibasmi secara cepat.

Begitu juga saat wabah MERS di Timur Tengah yang syukurnya dapat teratasi dengan cepat. Ilmuwan sudah jauh memetakan virus korona, ketika masalah ini muncul maka mereka sudah punya dasar untuk mengatasinya. Di zaman lalu, vaksin dibuat dari virus yang dilemahkan, sama seperti vaksin Sinovac. Dari kejadian wabah SARS dan MERS, vaksin Covid-19 sudah dipastikan bisa ditemukan dengan cepat juga.

Itulah mengenai vaksin. Bagaimana, apakah kamu sudah siap menjalani vaksinasi saat ini? Atau masih berpikir-pikir dahulu?

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun