Mohon tunggu...
KOMENTAR
Bola Pilihan

Menyambut Kepulangan Gianluigi Buffon di Parma

25 Juni 2021   18:30 Diperbarui: 25 Juni 2021   18:51 631 2
Kompetisi Serie A pernah dibuat menganga dengan aksi seorang kiper muda berusia 17 tahun bernama Gianluigi Buffon. Tepat pada 19 November 1995, dia melakoni laga debut di Serie A bersama Parma. Lawannya tak bisa dianggap sembarangan. Buffon diminta untuk menjaga gawang Parma di tengah gempuran skuad luar biasa milik AC Milan. Hebatnya, dia berhasil tampil gemilang dan membuat gawangnya bersih tanpa kebobolan.

Bermain sebanyak sembilan kali di musim debutnya, tak butuh waktu lama bagi Buffon untuk berdiri di skuad utama. Benar saja, di musim 1996/97, dia tampil dalam 27 pertandingan dan hanya kebobolan sebanyak 17 kali. Lebih dari itu, dia resmi gantikan posisi Luca Bucci sebagai kiper utama.

Musim demi musim kemudian dia lewati dengan menjadi kiper utama. Lebih dari itu, Buffon berhasil persembahkan gelar untuk tim pertamanya. Tepat pada musim 1998/99, Buffon berhasil sumbangkan gelar Piala Europa dan juga Coppa Italia. Bahkan, dia juga sukses mengantar Parma meraih gelar Supercoppa Italia usai mengalahkan Milan dengan skor 2-1.

Menyusul penampilan gemilangnya bersama Parma, banyak klub besar Eropa yang datang untuk memberi tawaran. Pada akhirnya, Buffon yang tampak ingin melanjutkan karir di Italia lebih memilih untuk menandatangani kontrak dengan Juventus. Melalui dana senilai 51 juta euro, Buffon resmi bergabung dengan klub asal Turin, plus menjadi kiper termahal di dunia!

Tampil bersama Juventus mulai dari tahun 2001 membuatnya jadi kiper yang semakin akrab dengan gelar juara. Bahkan pada tahun 2003, dia nyaris mendapat status sebagai kiper terbaik Eropa setelah mampu antarkan Juve masuk ke final Liga Champions Eropa. Sayangnya, di partai final dia tak kuasa menahan tendangan Andriy Shevchenko dalam drama adu penalti.

Sempat terpuruk dengan terjun ke Serie B usai Juve mendapat hukuman karena kasus calciopoli, Buffon tetap bertahan. Atas dasar kecintaannya kepada Si Nyonya Tua, Buffon bersama dengan sejumlah pemain lainnya memilih untuk setia, ketimbang harus menerima tawaran dari tim yang coba manfaatkan keadaan.

Hanya semusim tampil di Serie B, Buffon lalu berhasil kembali ke kompetisi tertinggi Italia. Selanjutnya, melalui proses pembangunan ulang yang butuh waktu tak sebentar, Buffon berhasil mengembalikan reputasi Juventus sebagai salah satu klub besar di Eropa.

Pada akhirnya, Buffon yang sempat kembali mengantar Juve masuk ke partai final Liga Champions Eropa sebanyak dua kali, putuskan untuk hengkang. Paris Saint Germain yang sempat mendapatkan jasanya meski hanya semusim lantas menjadi bagian kecil dari perjalanan panjangnya di dunia si kulit bundar.

Kini, di usia 43 tahun, Buffon akhirnya resmi mengumumkan kepergiannya dari Juventus. Meski usia telah memaksanya untuk mengakhiri segalanya, Buffon masih belum mau menyerah.

Rambut yang mulai terlihat beruban dan energi yang tak lagi banyak tidak menjadi halangan bagi Buffon untuk kembali meraih harapan. Sempat kebingungan kemana harus tentukan pilihan, Buffon akhirnya pulang ke tempat yang sempat membuat namanya dipuja habis-habisan.

Parma! Klub yang selama kurang lebih enam tahun sempat ia bela, menjadi pilihan utama sang legenda. Datang bak pahlawan yang diharapkan, Buffon muncul sebagai sosok "superman" ketika resmi diperkenalkan.

Kedatangan Buffon memang seolah tepat dengan keadaan Parma yang membutuhkan bantuan. Seperti diketahui, mereka kembali terjerembab ke kompetisi kelas dua, dan tentu membutuhkan sosok yang bisa menaikkan moral para penggawanya.

Di tengah kabar kepulangannya ke Parma, Buffon sejatinya sempat ditawari untuk bergabung dengan Barcelona, tapi dia menolak. Alasannya? Dia tak ingin lagi jadi pilihan kedua. Dua musim terakhirnya bersama Juventus membuatnya merasa cukup untuk menghabiskan waktu di bangku cadangan.

Buffon lelah untuk terus menatap rekan-rekan setimnya dari pinggir lapangan. Dia ingin menjadi sosok utama dalam sebuah tim yang memang membutuhkan jasanya. Itu mengapa dia memilih Parma, yang sekali lagi, membutuhkan sosoknya lebih dari sekadar aksi di atas lapangan.

Selain tak ingin lagi jadi pilihan kedua, dipilihnya Parma juga karena keduanya punya hubungan emosional yang begitu luar biasa. Buffon merasa bahwa Parma datang dengan ribuan kasih sayang. Dia merasa bahwa Parma adalah rumah baginya, ketika tugas di luaran sana sudah banyak yang ia selesaikan.

Bentornato, Gigi!

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun