Mohon tunggu...
KOMENTAR
Fiksiana

Agama Identitas

20 Juni 2020   09:03 Diperbarui: 20 Juni 2020   09:20 153 2
Penutup tubuh melekat kian indah. Harganya berkali-kali lipat dari uang receh yang biasa digunakan bersedekah. Kamera jernih dari spesifikasi gadget tinggi memotretnya menjadi semakin wah. Netizen lantas terkagum-kagum memujinya dengan komentar: Hijrah.

Pakaian dalam bentuk materi memberikan arti seseorang telah berubah. Menambah kemerosotan ibadah yang murah. Tuhan, sepele itukah bukti kami persembahkan ibadah kepada-Mu?

Pikiran terkurung musabab ayat-ayat sekadar dimaknai terjemah. Segala yang berbaur agama terlihat di layar berdiagonal inci dilihat sebagai pembenaran. Sesuatu yang final dan tak perlu kembali dipikirkan. Tidak boleh dirasionalkan. Membiarkan akal tertidur dan tak boleh dibangunkan. Barangsiapa yang menggunakan akal, dicap kafir disesat-sesatkan. Ohh ... Tuhan, lantas mengapa engkau ciptakan akal?

"Agama adalah candu," kata filsuf yang berjenggot tebal. Agama dalam pandangannya disejajarkan seperti obat yang memabukkan. Inilah sindiran. Orang-orang telah termabukkan. Cintanya kepada agama, melupakan dia seorang manusia. Manusia yang dianugerahkan Tuhan dalam keadaan berbeda-beda. Beda agama menurutnya dianggap calon neraka. Dan surga adalah milik golongannya. Ya ... Tuhan, pesankanlah kami hotel berbintang di surga nanti.

Kudus, 09 April 2019

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun