Arabicamu tinggal sisa dan moccaku masih seperdua, sementara arunika masih bersembunyi di lorong-lorong dini hari. Simpang siur manusia tersenyum-senyum pada kita sembari bersiap menunggu baskara.
Mendadak pagi kita menghilang, jingga di kaki langit kembali menghitam. Sedang di pendapa ini hanya menyisakan aroma arabicamu dengan sayup-sayup suaramu.
Padahal, pagi kita belum akan usai, atau bahkan sebenarnya belum dimulai--entahlah. Barangkali kita akan dipertemukan kembali di pagi esok hari. Sampai jumpa di pendapa kita sesungguhnya, dengan secangkir cappucino milik berdua.