Mohon tunggu...
KOMENTAR
Puisi

Catatan Kenangan di Bawah Purnama

28 Oktober 2013   04:43 Diperbarui: 24 Juni 2015   05:57 170 1
Bintang Jatuh di Mataku Aku selalu suka dengan bulan merayap dari balik bukit yang samar-samar cahayanya terhalang dedaunan Aku mengkhidmatinya; suara angin yang mencuri sedikit kehangatan di wajahku Aku menikmatinya; semburat serbuk emas yang mengambang di atas awan Berlarian, serupa kau yang jatuh tepat di mataku Lalu di seberang mataku ada bintang yang mekar sendirian membelah separuh mega yang mulai petang Sepanjang jalan yang muaranya adalah purnama melambai-lambai di jariku katanya, bahagia itu begitu sederhana Sepanjang jalan yang muaranya adalah kamu mengayun-ayun pada lembayung aku tahu, jawabku dalam hening yang berisik, diam yang berbisik Sebab bulan mengikutiku, membuat bola mataku balik mengikutinya Sebab bintang memperhatikan gerak tubuhku, menyambutku tersipu Sebab kau menjagaku; melekati seluruhmu. 18 Oktober 2013, menjelang petang, menuju poktunggal beach Dan aku belum pernah melakukan hal-hal yang lebih gila dari ini. Belum pernah selepas ini, seperti merpati yang keluar dari sangkarnya. Yang sudah pensiun mengirimkan surat cinta orang-orang zaman dulu. Bawalah pergi cintaku, ajak kemana kau mau ... jadikan temanmu, temanmu paling kau cinta~ *nyanyi dulu* Pernah merasa pekatnya penat menampar-nampar wajahmu? Merasa apapun yang kaulakukan adalah kehampaan yang hakiki, pernah? Dan aku tak pernah menemui jawaban atas kekosongan di dadaku. Yang tak pernah bertemu belahannya, separuhnya ... hanya kesalahan-kesalahan atas nama cinta, hanya percikan api sementara lalu habis begitu saja di makan waktu. Apa mungkin kamu ... bisa? Ah, nggak yakin, coba yakinkan!

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun