Mohon tunggu...
KOMENTAR
Sosok

Alhamdulillah, Jokowi Menjadi Presiden RI Lagi

21 Mei 2019   15:09 Diperbarui: 21 Mei 2019   17:54 114 8
Sejak Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) kalah telak di Pilgub DKI Jakarta tahun 2017 akibat manuver bernuansa SARA, saya mulai meragukan apakah rakyat Indonesia masih bisa objektif dalam memilih pemimpin. Kualitas pemimpin hasil proses demokrasi akhirnya ditentukan oleh kualitas rakyat yang menjadi pemilih.

Sebelum penetapan pasangan calon presiden dan wakil presiden untuk Pemilu 2019, saya sudah kurang berminat mengikuti pilpres. Nasib Jokowi saya ramalkan akan seperti nasib sahabatnya: kandas dilindas isu bohong dan isu agama. Nama-nama yang akan dipasangkan sebagai calon wakil presiden seperti Machfud M.D., Airlangga Hartarto, Romahurmuziy (Rommy) hingga Muhaimin Iskandar, tak akan bisa mengubah takdir.

Siapa pun di antara nama tersebut yang akan dijadikan pasangan Jokowi untuk kontes presiden tersebut, saya prediksikan, tidak akan sanggup melawan sentimen primordial yang secara vulgar digunakan oleh kelompok pendukung lawan Ahok. Mereka ini  telah bermetamorfosis menjadi pendukung lawan Jokowi dan pasti memainkan strategi yang sukses sebelumnya.

Pilgub DKI Jakarta 2017 membukakan mata saya bahwa isu agama memang sangat strategis untuk dijadikan senjata politik. Demonstrasi berseri oleh massa yang dimotori pemuka agama serta polarisasi masyarakat terkait kasus Ahok menjadi pertanda bahwa agama memiliki pengaruh yang sangat kuat pada mayoritas masyarakat Indonesia, termasuk dalam pilihan politik.

Di luar dugaan saya dan juga banyak orang, Jokowi dan koalisi partai pendukungnya memilih K.H. Ma'ruf Amin sebagai calon wakil presiden. Langkah 'out of the box' ini memercikkan harapan bahwa Jokowi masih berpeluang untuk memenangi pemilihan presiden.

Namun, berbagai manuver kubu lawan Jokowi yang memosisikan kelompoknya sebagai pihak yang di'endorse' oleh ulama, agama dan Tuhan membuat saya kembali pesimis. Penerimaan umat terhadap K.H. Ma'ruf Amin tidak seluas yang diperkirakan - orang-orang lebih percaya pada ujaran dan anjuran ulama yang bergabung dengan kelompok oposisi. Urusan politik nyata-nyata mendompleng pada urussan agama meskipun dikamuflasekan seperti tidak ada sangkut pautnya.

Berbagai hoax dan berita negatif yang dibingkai dalam sentimen agama ditelan bulat-bulat oleh banyak orang. Belum lagi sejumlah tokoh atau orang yang menokohkan diri secara aktif membangun narasi kegagalan pemerintahan Jokowi dengan data palsu atau analisis pelintiran.

Melihat teman-teman dekat saya yang berpendidikan tinggi juga sama saja mudahnya termakan oleh isu bohong atau sentimen agama, saya memperkirakan Pemilu 2019 akan berujung mirip dengan Pilkada DKI 2019. JKT 58 (persen pemilih lawan Ahok di Pilgub) saya ramalkan akan meluas menjadi INA 58 untuk mengganti presiden tahun 2019.

Tapi, Tuhan berkehendak lain.

Saya keliru. Indonesia, khususnya di wilayah tertentu, tidak sebodoh yang saya duga. Bahkan, penduduk Jakarta pun tak bodoh secara abadi.

Selasa 21 Mei 2019 dinihari pukul 01.46 Komisi Pemilihan Umum (KPU) resmi menetapkan hasil pemilihan umum presiden dan anggota legislatif. Pasangan Jokowi-Ma'ruf ditetapkan memenangi Pilpres 2019 dengan perolehan suara 85.607.302 atau 55,50% dari suara sah - unggul 16.957.123 suara atau 11% dari lawannya.

Alhamdulillah, Jokowi akan menjadi presiden Republik Indonesia tahun 2019-2024.

Jika pun para pecundang belum bisa menerima kehendak Tuhan dan mencoba menunda penetapan Jokowi-Ma'ruf sebagai presiden dan wakil presiden melalui gugatan ke Mahkamah Konstitusi, doa syukur sudah selayaknya kita panjatkan ke hadiratNya dan madah kemenangan sudah boleh kita kumandangkan.

Kemenangan Jokowi-Ma'ruf adalah kemenangan Indonesia.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun