Mohon tunggu...
KOMENTAR
Lyfe Pilihan

"Neraka-adalah Orang Lain" Mengguncang Bumi Lewat Taliban

4 Oktober 2022   09:05 Diperbarui: 7 Oktober 2022   15:47 234 4
"Hidup di bawah rezim Taliban seperti memiliki hubungan dengan kekerasan. Pada awalnya baik. Mereka mengumbar janji,  mereka melangkah dengan hati-hati, mereka bahkan menepati beberapa janji. Tapi ketika Anda dibuai rasa aman yang palsu, di situlah mereka membuat perencanaan."Kutipan cukup panjang di atas berasal dari salah seorang (nama dirahasiakan identitasnya) yang mengalami nelangsa di bawah kuasa Taliban selama lima tahun (1996-2001).

Kini, klaim Taliban menguasai seluruh Afganistan.

Ibukota Kabul dan Istana Kepresidenan menentukan nasib mereka. Seakan-akan kehadirannya menelan kejamnya malam.

Setahun pengambilalihan Afganistan ke tangan Taliban belum nampak tanda-tanda kehidupan yang lebih maju dan sejahtera.

Alasan mereka mungkin karena perlu pekerjaan rumah jangka panjang akibat kerusakan material dan non material yang parah.

Masih ada jatuh korban yang tewas dari kaum minoritas di pusat keramaian.

Peristiwa maut di Afganistan seakan-akan menjadi pemandangan sehari-hari.

Korban berjatuhan dari pihak anak-anak, wanita, dan sekolah dikabarkan menjadi sasaran penghancuran.

Tetapi, Hell is‒other people! (Neraka adalah Orang Lain!), kata Jean Paul Sartre dalam No Exit and Other Play (1976: 47). Sekian puluh tahun kemudian, “Taliban pernah bawa ‘Keping Neraka’ ke muka bumi,” kata Buya Syafii. (cnnindonesia.com, 03/09/2021)

Sartre, filsuf besar Perancis, Buya Syafii salah satu pemikir arus utama Indonesia. Keduanya, tidak pernah bertemu dengan Taliban dan apa pentingnya juga.

Sangat jelas, Sartre dan Taliban beda zaman dan bertentangan seratus delapan puluh persen corak pemikirannya.

Tetapi, Hell is‒other people masih relevan. Senada Keping Neraka, sabda Buya Syafii, yang dianugerahi umur panjang, sehingga masih hidup sezaman Taliban.

Sartre dan Buya Syafii, sosok berpikir bebas dan inklusif.

Taliban masih sebatas janji untuk membentuk pemerintahan inklusif. (aljazeera.com,  4/9/2021)

Menurut Request for Information (rfi) bermarkas di Perancis, dua dari lima janji Taliban, diantaranya:

Pertama, Perempuan akan memiliki hak, tetapi … Menempuh pendidikan dan bekerja di sektor non domestik itulah komitmennya.

Perempuan bersama hak-haknya akan ditentukan oleh hukum Islam.

Kewaspadaan atas pandangan inklusif menyamarkan kebebasan wanita.

Interpretasi terhadap pemerintahan inklusif merupakan janji yang telah dibebaskan dari sisi “Neraka adalah Orang Lain.”

Tujuannya? Satu diantaranya, supaya citra Taliban di mata dunia dinilai dan dideskripsikan telah mampu berubah.

Syarat pengakuan negara lain atas Taliban terbentuk, jika ia telah menghormati hak-hak perempuan dan anak-anak Afganistan dalam kehidupan dan pemikirannya. “Dia berjanji Taliban akan menghormati hak-hak perempuan dalam norma-norma hukum Islam, tanpa menjelaskan lebih lanjut."

Taliban telah mendorong perempuan untuk kembali bekerja dan mengizinkan anak perempuan kembali ke sekolah, membagikan jilbab di pintu.

Seorang pembawa berita wanita mewawancarai seorang pejabat Taliban pada hari Senin di sebuah studio TV.” (apnews.com, 2021/08/18)

Sejumlah negara memberi isyarat seperti Cina dan Rusia, tetapi bukan berarti keduanya tanpa syarat.

Setidak-tidaknya kepentingan ekonomi politik menyertainya.

Sama halnya Taliban, hak-hak perempuan Afganistan bukan berarti tanpa syarat.

Interpretasi melawan interpretasi. Zaman berubah mesti diiringi dengan interpretasi baru.

Pemikiran baru untuk mengatasi pemikiran lama dalam kehidupan perempuan dan anak-anak Afganistan.

Demikian pula interpretasi atas hukum. Adakah hal baru dari Taliban semenjak dua dekade? Ataukah Taliban berubah semenjak berkuasa sebelum 2001 untuk membuktikan janji melalui pemenuhan hak-hak perempuan?

Berharap, fantasi atau penanda kosong bagi hak-hak perempuan dan anak-anak Afganistan hilang di hadapan mata mereka.

Mewujudkan kesetaraan perempuan dan laki-laki dalam pendidikan itulah yang ditunggu-tunggu.

Taliban juga menjanjikan kaum perempuan Afganistan untuk bisa mengecap sekolah dan berkarir di bidang lain. Kata lain, perempuan tidak lagi “dirumahkan,” akan dipenuhi hak-haknya yang selama ini terbelenggu.

Kedua, Pengampunan untuk semua (Pardon for all)? Pengampunan terhadap lawan perang, pejabat pemerintah, militer, dan polisi yang bersekutu dengan Amerika merupakan jalan keluar dari “Neraka adalah Orang Lain.”

Kenyataannya, tidak sedikit pihak yang ragu terhadap Taliban saat ingin bermimpi untuk berubah. 

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun