Mohon tunggu...
KOMENTAR
Pendidikan

Penerapan Metode Belajar Calistung yang Tepat Sesuai Usia Anak

16 Mei 2024   11:43 Diperbarui: 9 Juli 2024   14:26 106 0

Sebagian dari orangtua pasti pernah menghadapi keadaan dilematis, antara dampak mengajarkan calitsung terlalu dini dengan tuntutan yang mengharuskan si kecil sudah bisa membaca saat masuk SD. Dikutip dari situs CNN Indonesia, Kemendikbudristek Nadiem Makarim menghapus Calistung dalam PPDB jenjang SD. Menurut Nadiem, persepsi mengenai Calistung adalah satu-satunya yang penting dalam pembelajaran PAUD memberikan sejumlah konsekuensi pada anak. Anak akan merasa bahwa belajar itu tidak menyenangkan sejak dini karena adanya tuntutan yang mengharuskan anak menguasai Calistung dalam waktu singkat. Namun meski aturan penghapusan Tes Calistung sudah diberlakukan, tetap tak bisa dipungkiri bahwa pelajaran di Sekolah Dasar membutuhkan kemampuan Anak untuk bisa membaca materi didalamnya. Jadi cepat atau lambat, si kecil tetap harus diajarkan membaca.

Lalu Bagaimana cara yang Tepat untuk mengajarkan Si Kecil membaca Sesuai Usianya?

Usia 3-4 Tahun : Pembelajaran untuk anak diusia tingkat PAUD masih sangat sederhana. Anak diusia ini tidak perlu diajarkan materi yang terlalu kompleks dengan konsistensi yang tepat, lakukan pembelajaran sesuai mood si kecil dan tidak perlu terburu-buru, karena pada dasarnya anak diusia ini masih sangat suka bermain. Jika pun ada diantara beberapa anak yang sudah bisa membaca di usia ini, Anda tidak perlu membandingkannya, karena setiap anak memiliki proses dan progress yang berbeda. Anak diusia ini lebih mudah memahami sesuatu melalui media Audio, Media Visual dan Media Audio Visual. Oleh karena itu pembelajaran bisa dilakukan sambil bercerita, bermain susun puzzle atau pengenalan huruf melalui lagu-lagu anak.

Usia 4-5 Tahun : Usia paling penting untuk mengenalkan konsep belajar pada anak, kesalahan persepsi tentang belajar harus "Diam, Fokus dan Duduk Tenang"  akan membuat anak merasa belajar adalah sesuatu yang tidak menyenangkan. Anak diusia ini cenderung sangat aktif dan tidak bisa diam, oleh karena itu metode pembelajaran pada anak diusia ini perlu dilakukan secara bertahap dengan menggunakan metode yang lebih FUN.  Anda bisa mulai mengenalkan huruf-huruf Kapital dan huruf kecil, membuat pola garis sederhana seperti garis lurus, garis lengkung dan garis putus-putus. Anda juga bisa mulai mengajarinya berhitung dengan menggunakan Alat Peraga Edukatif, seperti playdough, balok angka, kartu bergambar, buku cerita timbul dan lain-lain. Terapkan metode belajar dengan suasana bermain yang menyenangkan, sehingga anak akan merasa lebih excited saat belajar. Anak diusia ini sangat mudah sekali merasa bosan dan titik fokus serta konsentrasinya pun mudah buyar, sehingga penting untuk menciptakan suasana belajar yang membuatnya terasa seperti bermain.

Usia 5-6 Tahun : Pembelajaran bisa dimulai dengan pengenalan dua suku kata sederhana. Mulailah membacakan buku-buku cerita bergambar untuk menarik minatnya dalam membaca. Berikan beberapa challenge gabungan suku kata untuk dibacanya, Anda bisa menggunakan kartu baca atau membuat games interaktif online diaplikasi seperti Quizziz, Wordwall dan lain-lain. Biasanya anak diusia ini mulai tertarik dengan Games, maka menyisipkan pelajaran didalam Games akan menjadi cara yang efektif untuk membuatnya belajar sambil bermain. Namun anak tetap harus diawasi dan dibatasi durasi bermainnya, agar tidak menimbulkan kecanduan Games.

Usia 6-7 Tahun : Mulailah terapkan waktu belajar yang lebih konsisten. Kenalkan anak kalimat yang lebih panjang dengan perpaduan konsonan dan vokal. Anda juga bisa mulai melatihnya membaca buku cerita pendek serta mengajarinya penjumlahan dan pengurangan dengan metode bercerita. Anak diusia ini kreatifitas dan rasa ingin taunya sudah mulai banyak berkembang, oleh karena itu akan sangat baik jika Anda sering mengajaknya melakukan berbagai eksperimen sains, seperti berkreasi membuat oebleck, membuat eksperimen gunung meletus, membuat recylce dari sampah anorganik dan lain-lain. Segala aktivitas yang melibatkan anak untuk berinteraksi dua arah akan menstimulasi kreativitas dan kecerdasannya akan lebih berkembang dengan optimal.  


KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun