Mohon tunggu...
KOMENTAR
Diary Pilihan

Satu Keluarga Satu Frekuensi

14 Mei 2021   09:02 Diperbarui: 14 Mei 2021   09:09 97 6
Sedari Rabu malam tanggal 12 Mei 2021, banyak foto keluarga bertebaran dalam bingkai ucapan Hari raya Iedul Ftri. Ada yang berseragam satu keluarga, Maya Allah kompak sekali. Ada yang mengenakan baju dengan model bebas tapi nuansa warna sama, Subhaanallah bahagia sekali nampaknya. Ada pula yang bernuansa batik, baju casual, atau baju bebas sebebas-bebasnya. Semua terlihat ceria, bahagia, dan penuh suka cita.

Sebagian foto juga berisi formasi rekan kerja. Ada yang kepala sekolah beserta dewan guru, jajaran pengurus masjid, rektor beserta civitas academica, sekelompok anak muda seperjuangan, satu gang, atau satu komunitas. Semua formasi ada. Namun, ada pula yang single actor.

Aku tersenyum memandang dan mengamati satu demi satu foto yang terbingkai dalam kartu ucapan yang berseliweran di grup WA atau media sosial. Lalu bagaimana dengan aku sendiri?

Dalam hati tergelitik juga untuk ikut meramaikan suasana lebaran dengan kartu-kartu semacam itu. Okeh, mari kita buat. Aku berlari ke galeri dan mulai mengembara mencari foto keluarga. Lama mondar-mandir dari satu folder ke folder lainnya di galeri ponselku.

Astagfirullaah! PLAK! Aku menepuk jidat sendiri. Aku kan tidak punya foto keluarga. Masa sih? Kok bisa? Mungkin itu pertanyaan yang spontan akan muncul di benak Anda. Aneh! Mungkin itu juga julukan yang secara tak sengaja keluar dari mulut Anda. Haha, apa pun komentar Anda, sah-sah saja. Pada kenyataannya kami memang tidak memiliki foto keluarga dengan formasi lengkap, menggunakan kostum yang "serius", dan pose yang "formal" pula. Swear! Kami tidak memiliki itu. Dan apa yang kami rasakan? Biasa-biasa saja. Tidak ada perasaan kurang dalam hidup kami.

Kami sering berkegiatan bersama di dalam atau di luar rumah. Namun, kami jarang dan tidak "terlalu" suka untuk mengabadikannya. Kalaupun kami berfoto, pasti tidak dalam formasi lengkap. Entahlah, kami (semuanya) tidak terlalu concern dalam hal itu. Semua foto kami hanya untuk koleksi dan konsumsi pribadi. Apa lagi ketiga anak lelakiku, Fauzan, Adnan, dan Shidqi. Mereka pasti akan menolak untuk difoto dan kalau pun mau gayanya tidak OK. Ada yang menunduk, ada yang sambil 'ngapain', ada yang sambil main ponsel, ah tidak ada yang serius merhatiin kamera. Bahkan dalam beberapa momen, mereka marah kalau aku atau suami mencuri-curi foto mereka.

Ah, aku pun tidak terlalu mempermasalahkan hal itu. Aku sendiri bukan tipe orang yang suka jeprat-jepret dalm setiap momen, kecuali untuk acara yang tidak bisa ditawar-tawar lagi. Hihihihi, kami memang satu frekwensi dalam soal foto-fotoan.

Mungkin kami beda, tapi kami tetap happy. Inilah gaya kami yang tanpa gaya apa pun.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun