Mohon tunggu...
KOMENTAR
Kebijakan Pilihan

Membayangkan Jokowi Terapkan Strategi Perang Sun-Tzu Lawan Virus Corona

7 Juni 2020   09:30 Diperbarui: 7 Juni 2020   09:27 306 19
lebih dari tiga bulan lamanya, pandemi virus corona atau covid-19 mewabah di tanah air. Kendati demikian, pemerintah pusat di bawah kendali Presiden Joko Widodo (Jokowi) masih belum benar-benar mampu mengendalikan penyebaran dan penularan virus asal Wuhan, China tersebut.

Padahal, sebagaimana kita ketahui, Presiden Jokowi boleh dibilang telah mengerahkan segala cara dan upaya guna memutus rantai penyebaran virus corona, salah satunya dengan memberlakukan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB). Namun, hasilnya masih jauh dari harapan.

Terbukti, jumlah kasus atau kurva angka kasus yang positif terinfeksi covid-19 serta jumlah kematian terus terjadi tiap harinya. Walau tak dipungkiri pula, jumlah angka kesembuhan pun menunjukkan progres positif.

Pertanyaannya, apakah strategi yang dilakukan Presiden Jokowi ini kurang mengenai sasaran atau kurang tepat? Sehingga dalam kurun waktu tiga bulan, virus corona masih saja menghantui dan mengancam kesehatan dan keselamatan warga masyarakat di nusantara. Jawabannya tentu bisa ya, bisa tidak.

Namun, melihat lambatnya penanganan wabah virus corona di tanah air, penulis jadi berpikir, andai saja Presiden Jokowi sejak awal menerapkan strategi perang ala Sun-Tzu dalam memerangi ganasnya pandemi covid-19 dimaksud. Tentu hasilnya mungkin jauh lebih baik.

Sun-Tzu adalah seorang maestro strategi perang yang hidup pada jaman peradaban China kuno.

Berkat kehandalannya dalam ilmu siasat perang, menjadikan pasukan perang China kala itu hampir selalu mampu memenangi pertempuran dan menaklukan para musuhnya.

Lalu apa strategi perang Sun-Tzu sehingga kemahirannya diakui hingga sekarang ahli strategi perang terbaik sepanjang masa?

Sebenarnya begitu banyak strategi perang mumpuni yang dimiliki Sun-Tzu hingga berhasil dibukukan. Namun, menurut beberapa sumber yang pernah penulis baca, ada empat langkah yang menjadi dasar kuat untuk memenangi perang.

Keempat strategi tersebut adalah memiliki mata-mata atau informan, mampu menilai dan mengukur kekuatan lawan (analisa), akurat merencanakan serangan, serta tepat melancarkan serangan.

Khusus langkah penilaian, strategi Sun-Tzu ini ada kembangannya. Yakni, sebelumnya harus dipastikan seragamnya jalan pikiran, iklim, medan, komando dan aturan.

Kembali. Andai Presiden Jokowi menerapkan strategi Sun-Tzu, penulis membayangkan, hal pertama yang dilakukannnya adalah menyebar dan mengirimkan mata-mata atau informan (intelejen) guna menggali informasi akurat tentang segala hal yang menyangkut serba-serbi virus corona.

Dalam hal ini, bisa saja informasi tersebut berupa cara penyebaran, wilayah sebaran, jumlah kasus dan bisa juga tentang karakteristik virus corona.

Setelah dapat mengumpulkan banyak informasi, penulis membayangkan bahwa Presiden Jokowi memanggil pihak-pihak terkait dan segenap jajaran yang ada di bawahnya untuk mengadakan rapat penting guna membahas dan menilai atau menganalisa kekuatan virus corona.

Dalam rapat dimaksud, Jokowi terlebih dahulu menegaskan pada para pembantunya untuk sama-sama menyeragamkan jalan pikiran atau sekarang istilahnya satu visi misi, agar kedepannya tidak terjadi silang pendapat dalam bertindak.

Langkah berikutnya, merundingkan tentang iklim dan medan. Dalam hal virus corona, boleh jadi hal ini adalah berupa wilayah sebaran dan karakteristik masyarakatnya serta bagaimana cara virus tersebut menyerang.

Kemudian, jika sudah dipastikan adanya keseragaman visi misi dan merumuskan hal yang hendak dilakukan. Jokowi kemudian meyakinkan jajarannya untuk tetap berada satu komando di bawah kendali dirinya dan segala titahnya harus benar-benar dipatuhi. Jika tidak, dia tidak akan segan menegakan aturan berupa penerapan sanksi bagi siapa saja yang tidak taat terhadap perintahnya.

Setelah mampu memastikan dan mengukur kekuatan virus, baik kelebihan dan kekurangannya. Langkah berikut yang dilakukan Jokowi dan jajarannya adalah mulai menyusun rencana serangan terhadap musuh. Dalam hal ini, mungkin bisa berupa perumusan regulasi atau kebijakan. Namun, kebijakan ini benar-benar diyakini bisa efektif dan akurat dalam pelaksanaannya.

Setelah matang dalam perumusan regulasi, barulah kemudian Jokowi melancarkan serangan atau dalam hal ini melemparkan segala kebijakan atau regulasinya ke publik. Kebijakan yang benar-benar sudah dirumuskan dengan matang dengan para jajarannya, sehingga dipastikan mampu mengalahkan musuh atau dalam konteks ini adalah memutus rantai penyebaran virus corona dengan waktu yang tidak lama.

Karena seperti strategi Sun-Tzu, peperangan yang berkepanjangan tidaklah akan menguntungkan. Justru hanya akan menguras biaya tinggi, membuat moral pasukan Anda merosot, dan memberi kesempatan pada musuh Anda yang lain untuk menyerang.

Itulah bayangan penulis, seandainya Jokowi menerapkan strategi perang Sun-Tzu dalam memerangi virus corona. Dan, hasilnya bisa sedikit berbeda dengan apa yang terjadi saat ini.

Tak dipungkiri, boleh jadi dalam beberapa aspek Jokowi telah menerapkan strategi Sun-Tzu, semisal menggunakan mata-mata. Dalam ini, penulis masih ingat bahwa dia pernah menggandeng Badan Intelejen Negara (BIN). Kemudian mengalisa, merencanakan atau merumuskan regulasi untuk kemudian menyerang lewat segala kebijakannya.

Hanya saja, dalam praktiknya masih sangat keteteran. Sebut saja, kerap terjadi silang pendapat tentang hal penanganan virus corona sehingga timbul kesan analisanya kurang matang atau koordinasinya lemah, sehingga dalam merumuskan atau merencanakan serangan berupa perumusan kebijakan pun hasilnya setengah jadi.

Tengok saja dalam beberapa kali kesempatan, pemerintah terkesan plin-plan dalam mengeluarkan aturan. Tidak ada ketegasan dalam penegakan aturan. Bahkan, ada beberapa daerah dan jajaran di bawahnya yang membuat aturan sendiri sehingga tongkat komando tidak benar-benar sepenuhnya dikendalikan Jokowi.

Hasilnya, ketika serangan dilancarakan lewat kebijakan atau regulasi, berupa Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) hasilnya bisa kita lihat sendiri. Virus corona masih saja merajalela.

Parahnya, pemerintah malah sudah menarik mundur serangan saat lawan (virus corona) belum bisa dikalahkan. Dalam hal ini, kebijakan PSBB dibekukan dan akhirnya hanya berusaha mengajak damai musuh, dengan menerapkan perjanjian-perjanjian tertentu (protokol kesehatan) dalam balutan "NEW NORMAL".

Salam

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun