Mohon tunggu...
KOMENTAR
Humaniora Artikel Utama

Keribetan Mengajar Bahasa Indonesia pada Penutur Asing

27 Agustus 2012   11:00 Diperbarui: 4 April 2017   17:25 9981 17


Robert, soerang pria Amerika, jatuh cinta pada Shinta, perempuan Indonesia. Ia mengirimkan selarik sms pada Shinta yang bunyinya : “Saya panggilan saudara nama di saya tidur semua malam”. Shinta tak mengerti isi sms itu. Shinta tanya saya apa maksudnya. Saya terkekeh sebentar lalu saya bilang si Robert itu membuat kalimat hanya dengan cara lihat kamus. Sms itu maksudnya : “I call your name in my sleep all night”. Dua hari kemudian, Shinta mengajak Robert ke tempat kursus saya. Robert sangat ingin belajar bahasa Indonesia.

***

Profesi saya adalah guru bahasa Inggris dan bahasa Indonesia untuk penutur asing. Karir serius di bidang BIPA (Bahasa Indonesia untuk Penutur Asing) dimulai ketika saya mendapat undangan dari USIA (United States Information Agency) untuk mengajar bahasa Indonesia pada sebuah program tahunan yang disebut SEASSI (South East Asian Summer Studies Institutes). SEASSI diselenggarakan pada setiap musim panas dan tempatnya berpindah-pindah setiap tahun. MelaluiAMINEF (American-Indonesian Exchange Foundation) dan pendanaan dari program Fulbright Scholar-in-Residence, saya mendapatkan kesempatan untuk mengajar bahasa Indonesia pada SEASSI tahun 1992 yang diselenggarakan di University of Washington, Seattle, Amerika Serikat.

Saya bertugas mengajar kelas bahasa Indonesia intermediate, dengan enam siswa. Seusai program ini, dengan mencatat berbagai tantangan pengajaran bahasa Indonesia kepada penutur asing, saya juga menyediakan diri untuk mengajarkan bahasa Indonesia pada penutur asing di Surabaya. Sampai saat ini, tercatat sejumlah penutur asing dari Amerika, Inggris, Jepang, Cina, Thailand, Yunani, India, Korea pernah terdaftar sebagai siswa bahasa Indonesia.

Dari pengalaman 20 tahun mengajar bahasa Indonesia, berikut saya sampaikan sejumlah tantangan yang harus kita hadapi.

PRONOMINA ORANG KEDUA DALAM BAHASA INDONESIA

Penutur bahasa Inggris hanya punya satu kata, yakni ‘you’ untuk pronomina orang orang kedua tunggal dan jamak. Dalam bahasa Indonesia, kita punya ‘kamu’, ‘kau’, ‘Anda’. Masalahnya, ‘kamu/kau/Anda’ dalam bahasa Indonesia harus digunakan sesuai dengan kaidah-kaidah status sosial, dalam hal mana tidak semua orang bisa merasa nyaman mendengar kata ‘kamu’ yang ditujukan untuknya. Apakah Anda akan mengatakan ini kepada kakek Anda, “Kek, kamu sudah makan?”. Anda pasti dibilang tak punya sopan santun bila nekat pakai kata ‘kamu’ dalam kasus seperti ini.

Jadi, ketika mengajar bahasa Indonesia kepada penutur asing, saya bisa habiskan 3 jam penuh untuk membuat agar para siswa asing bisa menggunakan padanan ‘you’ dalam bahasa Indonesia. Agar nyaman didengar lawan bicara, ‘you’ bisa digantikan dengan nama sebutan : Bapak, Ibu, Mbak, Mas, Pak Budi, Bu Lisa dan sebagainya .

Have you contacted your friend in Solo? = Apakah Bapak sudah menelepon teman Bapak di Solo?

Can you help me? = Bu Lisa bisa bantu saya?/Lisa bisa bantu saya?

You must submit your application as soon as possible: Mbak harus menyerahkan lamaran Mbak segera

Jadi, bisa dikatakan bahwa ‘you’ dalam bahasa Indonesia itu sangat bergantung pada situasi, usia dan status sosial lawan bicara. Bila salah pilih pengganti ‘you’, penutur bisa dicap tak sopan.

Saya menggunakan berbagai strategi untuk membuat siswa bisa menggunakan ‘you’ dengan benar, yakni dengan memanfaatkan kartu-ukuran 8 x 5 cm yang saya tulisi nama orang plus usia dan status sosialnya. Jadi, ketika berlatih mengucapkan kalimat ‘Where do you live?’ misalnya, saya minta siswa membuat pertanyaan sesuai dengan kartunya. Bila siswa melihat kartu bertuliskan ‘TINA, 20 TAHUN, TEMAN SEKELAS”, maka ia bertanya ‘di mana kamu tinggal?’. Bila melihat kartu bertuliskan ‘BAMBANG, 50 TAHUN, PEGAWAI PEMERINTAH”, siswa akan bertanya : Di mana Bapak tinggal?

KATA KERJA

Dalam bahasa Inggris, misalnya, kata kerja berubah sesuai waktu dan pronomanya : write, writes, writing, wrote, written. Dalam bahasa Indonesia, keribetan kata kerja terletak pada imbuhan (awalan dan akhiran) seperti : memengaruhi, mendatangkan, menyandang, membelanjakan, mengunjungi, berbelanja, disiapkan dan sebagainya). Siswa penutur asing biasanya menemui kesulitan menggunakan awalan dan akhiran yang benar serta menemukan makna dari kata dasar yang bisa berbeda sesuai dengan awalan dan akhirannya, seperti : tinggal, meninggal, meninggalkan atautidur, meniduri, menidurkan.

Dalam hal ini siswa bisa salah pilih kata, misalnya: Ibu meninggal di mana?atauMbak meninggalkan di mana?Untuk kalimat‘Where do you live?”

VARIASI KALIMAT

Kerumitan lain mengajar bahasa Indonesia pada penutur asing adalah fakta bahwa sebuah kalimat dalam bahasa Inggris, misalnya disampaikan dengan cara tunggal, sementara dalam bahasa Indonesia, kalimat itu bica disampaikan dengan beberapa cara.

Ambil contoh pertanyaan “What’s your name?”. Dalam bahasa Indonesia, pertanyaan ini bisa menjadi : Siapa namamu? Siapa nama Anda? Siapa namanya? Siapa nama Ibu? Siapa nama Mbak? Namanya siapa? Namamu siapa? Nama Anda siapa? Nama Mas siapa?

Berapa cara dalam bahasa Indonesia untuk “Where do you live?”?. Silakan Anda buat daftarnya, pasti lebih dari lima cara.

Lalu, cara yang mana yang diajarkan? Saya lebih suka mengajarkan semua kemungkinan itu, karena, pernah suatu ketika saya mengajarkan “Di mana Anda tinggal?” pada penutur asing; giliran mereka praktek bicara dengan orang Indonesia di mal, mereka bingung ketika mendapatkan pertanyaan, “Tinggalnya di mana, Mister?”

PELAFALAN

Sudah pasti pelafalan menyisakan tantangan tersendiri, yang bervariasi sesuai dengan besaran perbedaan ciri pelafalan masing-masing penutur asing itu.  Penutur bahasa Inggris, sulit membunyikan ‘ng’ dan ‘ngg’ dalam kata ‘mengganggu’, ‘ny’ dalam kata ‘menyanyi’ dan ‘menyayangi’. Kesulitan jenis lain dialami juga oleh penutur asing lain. Saya pernah dibuat geli oleh soerang siswa Amerika yang bilang, : “saya suka jalan-jalan mencari anjing”, yang sebenarnya ia maksudkan adalah ‘jalan-jalan mencari angin”


Well, tantangan-tantangan itu justru membuat saya bersemangat. Sejumlah kiat dan jurus sudah saya catat dan kumpulkan dari pengalaman mengajar bahasa Indonesia pada penutur asing. Saya ingin bahasa Indonesia yang mereka pelajari menjadi bermanfaat. Manakala mereka kembali ke negerinya, saya senang mendapatkan e-mail dari mereka yang menggunakan bahasa Indonesia, dan mereka biasanya bangga balik ke negerinya dengan menguasai bahasa Indonesia yang menurut mereka adalah bahasa yang eksotis.

Seminggu lalu Shinta menunjukkan e-mail Robert pada saya; semuanya dalam bahasa Indonesia yang bagus, teratur, tepat kata dan tepat kalimat. Inilah penggalan terakhir isi e-mail Robert :

“…….saya sungguh beruntung bisa mengenalmu, Shinta. Tak sabar lagi saya mengajak kamu ke San Francisco dan mengenalkanmu pada kedua orangtuaku. Oh ya, sampaikan salam saya pada Pak Eddy. Saya sekarang mulai bisa membaca berita-berita online dalam bahasa Indonesia!”



KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun