Saat gerimis dibalik jendela mengetuk berulang
Kekosongan yang tiba meraja saat terbangun
Lalu diam-diam mencipta seekor kupu-kupu kertas yang jingga di kepala
Pagi yang luar biasa hampa penuh
Tak ada kenang yang menjejak di halamannya
Mungkin karena gerimis setengah-setengah datangnya
Atau aku yang berlari untuk melupakan
Kupu-kupu kertas jingga ditali oleh benang
Digantung berayun-ayun di beranda jiwa
Melayang-layang disentuh angin semilir
Udara terasa lembab sepagi itu
Tampak kupu-kupu kertas jingga melayu
Apakah angin membawa resah yang membekukan
Atau memang terlalu lama ia melayang-layang sendiri
Padahal dulu ia adalah sekuntum harap yang disemogakan terbang jauh
Tak terperangkap disana
Tapi mengapa pula kutali?
Hari-hari berlalu karena abaiku sangat
Menyentuh, membelai dan melambungkannya
Ketika sempat dan teringat, karena hari yang terbatas
Seekor kupu-kupu kertas jingga
Dingin gerimis telah merobek sayapmu
Kepala yang tunduk lunglai karena basah yang menikam
Kutemukan pagi ini, saat gerimis telah pulang
Apakah sebab gerimis pergi kau merapuh?
Lalu mempercayai akan usai segala ceritamu
Terpekur, tergugu
Kali ini kugunting ikatan benang yang menggantungnya
Kali ini aku sungguh rela melepasnya
Tak bisa memaksanya melayang seindah kemarin
Ia telah rapuh dan mungkin sarat lelah
Menjadi sepotong harap yang tak kunjung nyata
Menjadi hari-hari kosong yang berat didada
Kurelakan, kulipat ia sebaik mungkin
Kiranya aku hamparkan pemakaman yang jauh di kedalaman jiwa
Mungkin ia akan lebih rela daripada relaku