Mohon tunggu...
KOMENTAR
Politik

Pesan Imajiner Munir: Belajarlah untuk lebih bermakna

7 September 2011   10:28 Diperbarui: 26 Juni 2015   02:10 258 0

Senang sekali mampir ke warung mas, suguhan tulisannya cukup tendensius cermin seorang aktifis muda, cukup galak dan bergolak.Maaf kata jika saya harus menyebut: telah membaca ’subyektifitas’ aktifis”, demikian tanggapan kompasianer atas komentar seorang yang mengaku aktifis .

Saya percaya Almarhum Munir telah membaca pula perjalanan perjuangan Tan Malaka, Soekarno, termasuk membaca jejak langkah tokoh dunia lain dalam memperjuangkan keyakinan di jaman mereka masing-masing. Mereka termasuk kita,bakal menjadi tumbal pemikiran kita masing-masing.Silakan saja hak 'kebebasan' sebagai aktifis dilakukan, namun saya percaya kebebasan ini pun dibelenggu 'tanggung jawab'. Tan Malaka saat itu 'bebas' menggelorakan ide negara Indonesia, begitu pula Sukarno. Pertarungan kebebasan ini tidak hanya dalam wacana dan debat di lingkungan termasuk, bahkan melibatkan dimensi lain.

Perjalanan awal aktifis kampus bagi seorang mahasiswa, biasanya muncul dari kesadaran ‘bebas’ dari budaya sekolah lanjutan, dominasi budaya teaching activity digantikan oleh student activity dalam mengeksplorasi, menemukan pilihan dan memecahkan masalah. Dipompa oleh masa orientasi awal sebagai mahasiswa yang melibatkan kakak angkatan, gelora jiwa muda pun tambah membara. Apalagi jika seorang calon aktifis kampus ini berasal dari keluarga menengah ke bawah. Biaya pendidikan tinggi dan biaya hidup sebagai mahasiswa mendekatkan calon ini pada figur pahlawan pembela kaum miskin. Dalam kejadian lain, masalah HAM bisa menjadi magnitude kuat memberikan alur dan menegaskan sasaran perjuangan.

Sejarah mencatat, kepedulian sosial tinggi pada diri mahasiswa dan generasi muda aktifis telah melahirkan angkatan 08, angkatan 28, hingga angkatan 45 yang banyak berperan menegakkan kemerdekaan. Semua angkatan di masa itu berhadapan dengan personifikasi penguasa yang harus dilawan yaitu penjajah dari luar, sebagian melihat lawan mereka adalah kebodohan tingkat pendidikan masyarakat pada umumnya. Setiap kubu memiliki dasar pijakan kuat untuk memilih sikap sebagai anti penjajah ataupun memilih sebagai kolaborator.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun