Mohon tunggu...
KOMENTAR
Kebijakan

Mas Mentri Nadiem Kayaknya Terlalu Milenial

6 Agustus 2020   10:56 Diperbarui: 6 Agustus 2020   11:02 62 0
Kebijakan Nadiem Makariam untuk membentuk badan pengawas Organisasi menuai kontrofersi dimasyarakat, hal ini adalah sesuatu yang sama sekali tidak diharapkan terjadi oleh banyak orang, termasuk kami anak-anak mileneal yang mengharapkan terobosan-terobosan menarik dari Mendikbud Mas Nadiem.

Pendidikan adalah proses memanusiakan manusia, itu artinya pemerintah punya kewajiban mendorong perkembangan manusia tersebut kearah yang lebih maju, masyarakat bukanlah mesin yang dioperasikan, jadi ketika ada kesalahan bisa dienter, atau direstart.

Pendidikan tentu saja, seperti menanam biji, apa yang ditanam hari ini akan kita panen juga hal yang sama, dan ketika Nadiem berusaha Menanam algoritme keotak anak-anak, maka suatu hari anak-anak ini hanya akan bermental robot, yang itu semua bertentangan dengan cita-cita pendidikan kita, yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa.

Pendidikan yang ditanam Nadiem Makariam hari ini adalah pendidikan gaya bank, dimana anak-anak diarahkan pada pemenuhan kepentingan perusahan-perusahan, dan mencetak anak-anak yang bermental budak, padahal kita butuh anak-anak tersebut memiliki mental Pencipta.

Pademi Covid-19 sangat berbahaya, itulah sebabnya kita tidak akan menolak sekolah dari sebagai solusi jangka pendek, atau solusi darurat, bukan solusi jangka panjang seperti yang disampaikan Nadiem tentang rencananya mempermanenkan pendidikan daring adalah sama sekali bukan solusi.

Kenapa Judul yang saya ajukan itu mas Nadiem terlalu mileneal, karna yang terjadi dengan kebijakannya saat ini adalah tindakan terburu-buru mengejar peradaban Revolusi industri 4.0, padaha sebenarnya perlu semacam pengetahuan obyektif maupun subyektif tentang kondisi Reel masyarakat indonesia.

Masyarakat indonesia masih terbagi dalam berbagai macam keadaan, kalau daratan jawa mungkin sudah bisa diterapkan daring karna infrastrukturnya sudah siap, pengetahuan teknologi anak-anak maupun guru juga mungkin sudah siap, anggap saja siaplah ya.

Meski faktanya mereka sama sekali belum siap, saya perna jalan-jalan kemalang selatan, daerah pedesaan kabuten malang, semuanya ternyata belum dijangkau jaringan internet yang memadai dan cukup.

Belum kita berbicara luar Jawa yang jauh dengan ibu kota, sebut saja papua, maluku, kalimantan, NTT, NTB, Sumatra dan lain sebagainya, apakah sudah ada kajian tentang kondisi obyektif mereka saat ini, atau mungkin hanya nafsu untuk kemudian menerapkan kulia Onlain segera secara permanen tanpa kajian.

Alangkah menariknya Pidayo hari pendidikan bung Nadiem pada saat tahun pertamanya, ajaklah anak-anak berdiskusi, saya pikir itu akan konsisten dengan pola seperti itu untuk diterapkan, sebab jika pola itu diterapkan maka sudah dipastikan pendidikan anak-anak akan mengalami kemajuan mental yang baik dan positif, untuk menjadi bangsa yang mampu untuk bersaing dengan bangsa-bangsa lain.

Kita semua sudah mengalami dengan jelas fase perkembangan pendidikan indonesia, diera penjajahan pendidikan kita diarahkan pada usaha merai kemerdekaan dari bangsa penjajah, semangat itu yang kemudian tertanam dalam benak setiap anak bahwa bangsa indonesia harus merdeka dengan selamat dan sentosa.

Ketika indonesia sudah merdeka, programnya adalah menuntaskan Revolusi serta, bagaimana pendidikan itu alat untuk menyelamatkan bangsa indonesia secara utuh, bangsa indonesia pada tahapan awal mengisi kemerdekaan, dengan segenap kekuatan.

Dierah Orde baru pendidikan diliberalisasi, pendidikan diarahkan pada pemenuhan kepentingan Resim yang berkuasa, terutama untuk menanam doktrin kekejamana PKI dengan Filmnya, kemudian juga mengaburkan sejara bangsa indonesia, termasuk program yang dikenal Desokarnolisasi, atau upaya pemusnahan ajaran Bung Karno dari sejarah bangsa indonesia.

Dierah Revormasi pendidikan bukan hanya diliberalisasi tetapi juga aburadul, mulai dari kurukulum yang tidak jelas, serta tujuan pendidikan yang tidak jelas, pendidikan hanya dijadikan komuditas untuk diperas oleh banyak individu, sekolah-sekolah swasta dikerahkan untuk mengejar siswa, maupun mahasiswa sebagai sumber uang, tidak perlu anda menjadi pintar.

Mas Nadiem sebagai Mentri sangat paham bahwa sejarah pendidikan adalah senjara pembebasan dari belenggu penjajah, itulah sebabnya bebaskan anak-anak itu dari penjajah yang namanya miskin, diskriminsi dan lain sebagainya yang itu semu tidak menghormati kemanusian sebagai obyek dari pada pembangun pendidikan yang dicanangkan.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun