Mohon tunggu...
KOMENTAR
Politik

Politik Kini Cerita Jenaka untuk Cucu

26 Juni 2013   13:24 Diperbarui: 24 Juni 2015   11:24 238 1
Setelah sekian lama mengistirahatkan pena, menutup mata terhadap politik dan sosial kemasyarakatan Indonesia akhirnya saya meluangkan menit untuk membuat kata. It takes a thought to make a word!

Pertama, pemilihan walikota dan wakil walikota Bandung yang dinilai berjalan dengan proses demokrasi dari tumbuhnya pendewasaan dalam diri para pemilih untuk menuju Bandung yang lebih baik. Proses hitung cepat memperlihatkan bagaimana persentase dari pasangan Ridwan Kamil dan Oded M. Danial telah melebihi dari para pasangan lainnya yang dalam arti lain pasangan tersebut memiliki peluang besar untuk menjadi pemimpin Bandung yang baru. Kualitas Ridwan Kamil dan pasangannya dinilai bersih dan dianggap mampu untuk menyelesaikan permasalahan kota Bandung yang sudah semakin majemuk. Korupsi sudah bukan menjadi satu permasalahan akut saja di Bandung, kemacetan dan kebersihan merupakan salah satu hal yang diidamkan warga untuk bisa diselesaikan oleh siapa pun walikota terpilih dalam proses waktu yang dinilai wajar.

Keberhasilan dari Ridwan dan Oded dalam pilkada ini tidak terlepas dari kualitas pengemasan Ridwan Kamil yang terbilang sederhana. Berasal dari dunia arsitek dengan spesialisasi urban city dan pemikiran-pemikirannya yang terbilang ramah lingkungan menjadi modal dasar dalam keikutsertaannya di pilkada 2013.

Kejenakaan dalam pilkada Bandung tahun ini adalah dengan keikutsertaannya incumbents yang secara tidak langsung memiliki prestasi tinta merah. Hal ini mengisyaratkan kelemahan proses penyaringan calon oleh partai politik. Hal ini merupakan hal yang tidak asing di Indonesia, dimana proses penyaringan calon pemimpin oleh partai politik hanya mengutamakan tingkat popularitas tanpa melihat faktor elektabilitas. Lembaga penyaringan dalam internal partai harus bisa memulai strategi baru yang mengutamakan proses reputasi, prestasi, dan citra. Publik sekarang mulai belajar untuk menjalankan proses demokrasi yang maksimal dengan hati dan mata terbuka. Hal ini merupakan sebuah proses yang dikarenakan faktor ketidakpercayaan publik terhadap calon-calon dari angkatan tua dengan motor partai politik.

Proses pendewasaan dan transisi ini merupakan hadiah buat cucu sebagai cerita pembelajaran betapa telatnya Indonesia dalam pendewasaan demokrasi meskipun negara ini merupakan salah satu negara yang sangat dipengaruhi oleh westernisasi dibandingkan negara-negara Asia lainnya.

Kedua, kebakaran hutan di musim kemarau yang mengakibatkan terkotorinya ruang udara negara tetangga oleh asap dari Sumatera. Kejadian ini bukan yang pertama dan kedua, bisa dikatakan sebuah bencana tahunan yang proses penyelesaiannya selalu membutuhkan waktu yang tidak sebentar.

Jenakanya, dua menteri dari Indonesia telah menyatakan secara formal untuk segera menyelesaikan masalah dan menegaskan tidak diperlukannya langkah diplomasi dengan negara tetangga. Salah satu menteri yang mengeluarkan pernyataan adalah Menteri Luar Negeri Marty Natalegawa yang memiliki porsi kredibilitas tinggi dalam memberikan pernyataan-pernyataan bersifat hubungan internasional jelas menyatakan tidak perlunya permintaan maaf kepada negara tetangga karena adanya kesepahaman bahwa hal ini merupakan suatu bencana dan Indonesia sudah lebih baik dalam mengatasinya dari waktu ke waktu.

Beberapa hari kemudian setelah pernyataan dari beberapa pembantu presiden tersebut, Presiden Indonesia memberikan pernyataan permintaan maaf kepada negara tetangga dan mengintruksikan para pembantunya untuk tidak memberikan pernyataan yang bersifat mengambangkan masalah atau tidak pro aktifnya pemerintah. Dalam konteks hubungan internal presiden dengan para pembantunya hal ini menunjukkan secara jelas kelemahan struktur komunikasi kepresidenan. Presiden seharusnya tidak menjatuhkan kredibilitas menteri karena publik nasional dan internasional akan memberikan penilaian yang sangat buruk terhadap manajemen komunikasi politik yang dipimpin oleh presiden.

Kesalahan fatal dalam kejadian ini adalah penyanggahan dari pernyataan menteri luar negeri oleh presiden. Menteri luar negeri menjalankan fungsinya untuk mensuarakan suara nasional kepada dunia namun dengan penyanggahan presiden tersebut maka reputasi dari lembaga departemen luar negeri Indonesia menjadi tercoreng. Citra dan kedudukan menteri luar negeri secara pribadi pun bisa mengalami pergesaran kredibilitas di hadapan rekan menteri luar negeri negara tetangga. Ini bukan prestasi buruk dari menteri luar negeri tetapi sebuah prestasi buruk dari presiden sendiri yang menunjukkan kelemahan beliau dalam manajemen dan komunikasi politik internasional.

Kejenakaan ini menjadi cerita menarik untuk cucu bahwa salah satu presiden Indonesia meminta maaf terhadap negara tetangga karena kiriman asap yang bisa dikatakan terjadi oleh proses alam dan didukung ulah manusia yang dimotori oleh beberapa perusahaan milik negara tetangga. Jenakanya lagi belum terdengar sejarah negara tetangga meminta maaf kepada Indonesia untuk kasus-kasus yang bisa dikatakan lebih signifikan.

Politik kini harusnya bercerita prestasi bukan cerita tawa atau sejarah parodi untuk cucu. Cetaklah prestasi dengan ikhlas dan tujuan yang murni untuk kerakyatan dan keadilan sosial. Apa jadinya apabila rakyat semakin pintar dan lebih pintar sehingga Indonesia dihadapkan oleh tidak adanya keterpihakan rakyat kepada pemerintah dan rasa nasionalis pun berkurang?

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun