Mohon tunggu...
KOMENTAR
Pendidikan

Belajar Mencintai Bahasa Madura

31 Agustus 2021   13:46 Diperbarui: 31 Agustus 2021   14:07 494 9
Saat ini kita menyaksikan adanya trend penurunan dalam penggunaan bahasa Madura Suasana sudah cukup masif dan mewabah dimana - mana. Di kantor dan instansi pemerintah, bahkan di ruang publikpun, menunjukkan suasana itu. Area yang paling azasi seperti keluarga sebagai cikal bakal berkembangnya bahasa ibu, kini mulai tergerus dan tak terlalu setia dengan bahasa Madura. Bahasa ibu mulai tergantikan, dari bahasa lokal menjadi bahasa nasional.

Lumbung -- lumbung penggunaan bahasa Madura yang selama ini eksis, juga mulai mencair. Komunitas penutur bahasa Madura yang beberapa dekade bisa bertahan, kini juga mengalami penurunan. Beberapa pondok pesantren salaf dengan tradisi komunikasi menggunakan bahasa Madura, kini juga mengalami hal serupa. Literatur klasik dengan goresan huruf pegon berbahasa Madura, lambat laun tergeser dengan naskah literasi berbahasa Indonesia. Hal ini sebagai akibat membanjirnya karya -- karya terjemahan dari bahasa Arab ke bahasa Indonesia. Sementara karya -- karya literasi berbahasa Madura sangat jarang kita temukan di ruang perpustakaan. Untungnya para Kyai saat memberikan ceramah keliling daerah masih lebih banyak menggunakan bahasa Madura.

Pada saat yang sama pondok pesantren terus membuka diri terhadap kemajemukan dan multi kultur. Dampak dari keduanya, pondok pesantren harus menerima calon santri yang berasal dari beragam etnik dan lintas bahasa. Tak ada lagi pondok pesantren yang menutup diri dari kemajemukan. Tak ada lagi pondok pesantren yang hanya menerima santri dari etnis tententu saja. Dari kenyataan ini, mau tidak mau pondok pesantren harus mengubah pola pembelajaran, mengubah bahasa pengantar, bahkan bahasa pergaulan. Kegiatan pembelajaran klasik yang menggunakan bahasa Madura kini bergeser menggunakan bahasa Indonesia.

Dalam dunia pendidikan umum, persoalan yang sering muncul adalah sulitnya mencari guru bahasa Madura. Inilah negeri ironi. Terasing dalam keramaian. Kendati ada yang bersedia mengajar bahasa Madura hal itu hanya sekadar menggugurkan kewajiban, belum menjadi hobbi dan pilihan hati hurani. Muncul kegamangan dalam melakukan proses pembelajaran dikarenakan kurangnya penguasaan terhadap materi pembelajaran yang ada.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun