Mohon tunggu...
KOMENTAR
Pendidikan Artikel Utama

Pembelajaran Kreatif dan Menyenangkan Lewat Cinema Edutainment Concept

10 Juni 2012   15:08 Diperbarui: 25 Juni 2015   04:09 1513 12

Dalam dunia pendidikan,kebanyakan sekolah-sekolah di Indonesia selalu berkiblat pada sistem pembelajaran yang hanya berkutat pada penggunaan teori dari pada praktek. Walhasil, jangan tanya kalau hanya dalam 10 menit pertama, ruang kelas sudah di jejali pemandangan banyak siswa yang tidak lagi fokus terhadap ceramah guru, dari yang sibuk garuk-garuk panu, menguap lebar seperti gerakan orang mau nelan sendal, sampai yang sekedar menekuri buku dengan pena ditangan, menggambar manga! Sebagai orang yang berkecimpung didunia mengajar, seringkali saya harus berganti peran menjadi pesulap, penyanyi, atau pelawak hebat demi membuat siswa kembali fokus dengan apa yang mau diajarkan. Inilah realita sekolah Indonesia.

Metode pembelajaran yang sering diterapkan di Indonesia sebatas metode tanya jawab, diskusi, pemberian tugas, eksprimen, bimbingan dan sebagainya yang kesemuannya sudah lumrah dimata siswa. Dus, kebosanan seringkali melanda, layaknya banjir bandang yang meluber meluas hingga akhirnya mereka jadi susah mencerna pengetahuan yang ditransferkan. Untuk mengatasi ini, revolusi metode pembelajaran dalam dunia mengajar adalah fardlu ain. Sehingga diharapkan mampu memudahkan anak didik untuk lebih cepat memahami isi dari apa yang diajarkan.

Seperti pengalaman saya tahun lalu saat mengawali menjadi pengajar bahasa Inggris di salah satu lembaga belajar bonafide di kota Malang. Sebagai pengajar newbie maka tugas pertama adalah melakukan observasi. Saat observasi berlangsung saya sempat heran terkagum-kagum ketika semua siswa begitu antusias mengikuti proses belajar-mengajar. Bagaimana tidak? Siswa begitu menikmati pelajaran yang disampaikan tanpa harus merasa diceramahi apalagi digurui. Mereka bebas aktif bergerak, bermain dan menonton movie yang kesemuanya itu adalah konsep dari pembelajaran. Saya sempat membuat note, saat mengajar guru tidak langsung memberikan materi pada lima belas menit pertama. Tetapi memberikan warmer activity atau semacam simultan untuk menarik perhatian siswa. Simultan dapat berupa games atau quiz macam bingo, monopoly, singing ball, whispering activity, mime game, boom game, words zap, short movie, dan sebagainya. Sehingga ketika dirasa mereka sudah menikmatinya dan merasa siap, guru dengan mudah mentransfer ilmunya.

Setelah observasi lebih lanjut, ternyata  lembaga tersebut menerapkan konsep cinema edutainment, dimana sistem pengajarannya disampaikan lewat movies yang diputar setiap kali pertemuan. Konsep ini merupakan konsep pembelajaran yang revolusioner dan menyenangkan dengan memanfaatkan teknologi multimedia, di mana ruangan kelas dibuat dengan suasana seperti di bioskop–bioskop yang memutar film pada umumnya. Suasana yang gelap dengan penampilan gambar dan film menarik mempermudah anak didik dalam mencerna pelajaran yang disampaikan dalam bentuk animasi kartun. Ternyata konsep ini diadopsi dari Singapura yang konon katanya dengan pembelajaran ini siswa mampu menyerap materi lima kali lebih cepat.

Takbisa disangkal, ternyata dengan menggabungkan antara hiburan dan pendidikan melalui pemutaran sinema dengan menggunakan proyektor digital mampu menarik minat dan perhatian anak sehingga memperkuat daya tangkap mereka. Mereka tak pernah merasa jemu karena setiap hari selalu ada pergantian movie sesuai dengan materi. Selain itu, ada banyak stok film yang mendidik yang juga disediakan di folder komputer untuk dimanfaatkan pengajar. Selalu ada diskusi ataupun tanya jawab setiap kali selesai sesi pemutaran movie yangbersubtitle full English. Dan mereka selalu berebut bergantian menjawab pertanyaan ataupun memecahkan teka-teki seputar movie yang baru dinikmati.

Selanjutnya, diakhir pembelajaran lima belas menit terakhir sebelum kelas usai. Anak dibiasakan bertanggung jawab dengan menuliskan agenda sehingga bisa menjadi evaluasi untuk pertemuan berikutnya. Dan yang tak kalah heboh adalah ketika pembagian reward berupa magic stamp bergambar hewan lucu-lucu yang nantinya bisa ditukarkan dengan beragam hadiah. Banyaknya magic stamp ditentukan oleh keaktifan siswa selama mengikuti kegiatan belajar. Mereka yang selalu bercakap full bahasa Inggris juga berhak mendulang banyak magic stamp. Jumlah minimum magic stamp yang dibagikan adalah dua sedang maksimalnya 7-8 tergantung kebijakan guru masing-masing kelas. Pengajar yang dermawan seperti saya misalnya heuheu, terkadang malah tak sungkan mengganjar mereka yang berprestasi disekolah dengan 15 magic stamp. Hahaha ada bakat folontropis nih... :)

Berkaca pada teknik tersebut, semoga kita bisa mengejar ketertinggalan dari negri Singa. Sehingga disekolah-sekolah formal baik itu tingkat SD, SMP, SMA maupun Universitas bisa menerapkan sistem cinema edutainment yang terkonsep dimana materi terangkum dalam buku pegangan siswa yang dalam setiap chapter maupun subject pelajaran selalu diformat dalam bentuk movie yang lebih mudah dicerna. Tentu saja butuh waktu yang panjang untuk mewujudnya, menimbang dan mengingat begitu timpangnya kemerataan pendidikan di Indonesia. Jangankan masuk kelas dengan fasilitas AC, LCD, projector dan seperangkat komputer, punya gedung sekolah untuk belajar pun sudah sangat untung. Yah.. setidaknya kita mulai bermimpi dari sekarang, semoga kedepannya menjadi sebuah keniscayaan! Amin.. Salam Persahabatan..SALAM KOMPASIANA :)

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun