Mohon tunggu...
KOMENTAR
Humaniora

Secuil Sejarah Kerajaan Oenam dan Mollo di Timor

23 Desember 2010   11:25 Diperbarui: 4 April 2017   17:36 3312 0
Leluhur orang TTS adalah merupakan hasil proses asimilasi antara penduduk asli (orang Melus dan Keunjamas atau Keunlaban atau disebut suku bangsa Kenurawan dan Tkesnai) dengan pendatang dari Malaka (Belu Selatan) atau tempat lainnya, misalnya leluhur Nope yang diperkirakan berasal dari Rote. Ada juga kelompok-kelompok masyarakat yang mendiami wilayah sekitar gunung Mutis yaitu ‘Nai Ke Kune’, Nai Jabi-Uf dan Nai Besi-Uf. Namun kemudian penduduk asli ini terdesak oleh para pendatang (Liurai Nai Laban atau Nai Dawan---dawan sendiri merupakan sebutan yang diberikan orang Belu-Malaka kepada orang-orang pegunungan) yang berasal dari Belu Selatan, Ola Kmali dari Rote dan leluhur Banunaek yang diperkirakan berasal dari Barat pulau Timor.
Mutis sendiri artinya:
a)Genapkan. Mempunyai makna semua marga yang datang ke Timor bagian barat berhimpun disana sebelum menyebar keseluruh wilayah Timor bagian barat.
b)Tetesan air atau sumber tetesan air. Maknanya bahwa gunung Mutis merupakan sumber aliran-aliran sungai besar di wilayah Timor bagian Barat.
Kedatangan suku bangsa dari Belu Selatan ke Mutis diawali dengan kedatangan Liurai Nai Dawan atau Nai Laban, yang merupakan putra kedua raja besar kerajaan Wehali di Belu Selatan. Nai Laban sendiri akhirnya dikenal sebagai Pahe-Nakan dalam bahasa Dawan artinya penguasa wilayah pegunungan. Penugasan Nai Laban untuk menguasai daerah pegunungan sendiri didasarkan alasan bahwa kerajaan Wehali berada dekat dengan pantai (muara sungai Benanain) sehingga sangat kekurangan sekali air tawar pada musim kemarau. Oleh sebab itu mereka perlu untuk menguasai, memelihara dan mengamankan daerah hulu sungai Benanain yaitu di kaki gunung Mutis. Selanjutnya Nai Laban akhirnya menurunkan luluhur bagi marga Sonba’i dan Nisnoni di Kupang.
Kemudian, datang gelombang kedua dari kerajaan Wehali menyusul Nai Dawan yaitu Fahik Bere dan Ifo Bere yang nantinya akan menjadi nama leluhur bagi marga Kono di Miomafo dan Oematan di Mollo (digantikan namanya oleh Nai Faluk). Sesuai dengan data yang ada Kono-Oematan baru mendirikan kerajaan sendiri setelah runtuhnya kerajaan Oenam yang menandai berakhirnya kekuasaan dinasti SONBA’I.
Lalu pendatang gelombang ketiga juga dari Belu Selatan, mereka kemudian yang menjadi leluhur dari kelompok yang mendiami wilaya Amfo’ang dan Am Benu. Kemudian Ola Kmali menjadi leluhur marga Nope di Amanuban dan Banunaek menjadi leluhur marga Banunaek di Amanatun.
Pemerintahan yang tertata secara teratur dengan wilayah kekuasaan yang jelas (kerajaan) baru dapat diwujudkan di wilayah gunung Mutis pada generasi ketiga dari Nai Dawan yakni Nai Lele Sonba’i (cicitnya Nai Dawan) kerajaan-kerajaan yang pernah berdiri dan berkuasa di wilayah TTS adalah kerajaan Oenam, kerajaan Amanatun (Onam), Kerajaan Anas, Kerajaan Nenometa, Kerajaan Amanuban (Banam), dan kerjaan Mollo.
Tentang orang pertama di Mollo sendiri (suku Molus atau Melus dan Keunjmana atau Kenurawan) diduga kuat adalah bagian dari ras Papua-Melanesia. Mereka digambarkan sebagai kelompok orang yg nomaden, bertubuh pendek, bermuka cekung berhidung pesek, berkulit hitam dan berambut keriting. Terutama pada suku Keunjaman terdapat ciri lainnya yakni berbulu dada dan berkaki jangkung. Dalam perkembangannya suku Molus dan Keunjaman terdesak oleh suku bangsa lain yg datang (orang-orang dari Malaka/Belu Selatan). Suku Molus yg terdesak kemudian menyebrang laut menuju kepulauan Alor (disebut sebagai ‘met-meni kiuftasi). Sedangkan Keunjaman berpindah ke bagian Barat pulau Timor.


  1. Kerajaan Oenam
KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun