Membawadatangkan kabar kematian
Dalam daftar yang terus memanjang
Memasuki lembar-lembar baru
Megatruh melewati lorong kota-kota yang ingin kembali riuh
Menyambang desa-desa yang senyap mengurung diri
"Ada kematian di ujung gang, mayatnya dibungkus plastik," kata seorang tetangga berbisik
"Teman kita juga mati akhir minggu lalu," begitu kabar dari kota jauh
Belalang menderikkan lagu di pohon mangga
Bersuara riang menyambut malam
"Belalang lebih beruntung," kata seorang yang lain
"Mereka bernyanyi sepanjang malam, lalu berlari sepanjang siang," lanjutnya
"Apakah mereka juga takut pada kematian?" tanya anaknya
Seekor belalang terbang menjauh
Hinggap di pelepah pisang
Di dekat daun yang bergulung dimakan ulat
Belalang itu bernyanyi lagi
Menyanyikan malam yang bertambah gelap
"Apa yang menjadi mimpi belalang di gelap malam?" tanya anaknya, pada kali yang kedua
"Kitalah yang memiliki banyak mimpi," kata seorang lain itu
"Kita membangun mimpi untuk melupakan ketakutan. Kita membangun mimpi untuk mengimajinasikan kekuatan," lanjutnya sambil menghitung kekhawatiran
Belalang pindah ke pohon sukun di belakang kantor kelurahan
Bernyanyi lagu yang sama, dengan nada yang sama
Mungkin belalang menyanyikan megatruh sepanjang hidupnya
Tidak hanya di bulan Mei
| Kalasan | 17 Mei 2020 | 20.59 |