Mohon tunggu...
KOMENTAR
Humaniora Pilihan

Ketika Melepaskanmu adalah Anugerah Bagiku

18 Februari 2020   16:27 Diperbarui: 18 Februari 2020   16:50 897 30
Ketika Melepaskanmu Adalah Anugerah Bagiku

Terus melangkah melupakanmu
Lelah hati perhatikan sikapmu
Jalan pikiranmu buatku ragu
Tak mungkin ini tetap bertahan

Perlahan mimpi terasa mengganggu
Kucoba untuk terus menjauh
Perlahan hatiku terbelenggu
Kucoba untuk lanjutkan hidup

Engkau bukanlah segalaku
Bukan tempat tuk hentikan langkahku
Usai sudah semua berlalu
Biar hujan menghapus jejakmu

(lirik lagu : Menghapus Jejakmu)

Menghapus Jejakmu. Sebuah lagu lama yang dirilis kembali oleh duet BCL (Bunga Citra Lestari) - Ariel Noah dan diunggah di Youtube sejak tanggal 14 Februari 2020 yang lalu, bertepatan dengan momen Valentine.

Hanya dalam waktu 3 hari, tepatnya pada tanggal 17 Februari 2020,  lagu tersebut telah ditonton 3,9 juta kali dan mendapat dukungan like sebanyak 243 ribu. Bandingkan dengan lagu yang sama versi original. Lagu Menghapus Jejakmu yang dinyanyikan oleh Ariel Peterpan dan diunggah di Youtube sekitar 7,5 tahun yang lalu, atau tepatnya pada tanggal 11 Juli 2012 yang lalu. Lagu tersebut ditonton 20 juta kali dan mendapat dukungan like sebanyak 58 ribu.

Rupanya lagu Menghapus Jejakmu yang dibawakan duet BCL - Ariel Noah dengan iringan musik akustik ini memiliki tempat tersendiri di hati pendengarnya.

Jika menilik liriknya, lagu ini bisa diartikan dengan bermacam-macam persepsi. Dan menurut versi saya, lagu ini berkisah tentang seseorang yang patah hati, namun telah berhasil move on dari sang mantan kekasih. Ahaaay !!!

Membahas tentang mantan kekasih (untuk selanjutnya disebut "mantan") ada banyak pendapat yang bertebaran tentang "sosok yang tak diharapkan namun banyak memberi pelajaran" ini.

Di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), kata mantan didefinisikan sebagai bekas pemangku jabatan (kedudukan). Artinya, mantan itu pernah memangku jabatan / memiliki kedudukan yang khusus di hati kita. Pernah, artinya itu sudah terjadi di masa yang lalu. Kalau sekarang sih lain lagi, mantan bak sepucuk memori di saat ini. Singkatnya, mantan adalah sejarah, hehehe...

Ada yang mendefinisikan, mantan itu ibarat bola lampu, walaupun sudah putus, setidaknya ia pernah menerangi hidup kita. Atau secara guyonan (bercanda), ada yang mendefinisikan, mantan adalah jodoh yang masih dalam masa tenggang. Bila diisi ulang, bisa diaktifkan lagi. Hehehe...  Perbedaan persepsi masing-masing orang adalah hal yang wajar, tergantung pada pengalaman atau kisah hidup yang pernah dialami bersama sang mantan. Kalau menurut anda, definisi mantan itu apa, hayo... ?

Di era 2K plus plus alias tahun 2000 lebih, yang merupakan era modernitas, jarang sekali ditemui kisah cinta yang dilatarbelakangi perjodohan yang diatur oleh orang tua. Sudah bukan jamannya Siti Nurbaya lagi. Namun, masih ada juga yang mengalami hal itu.

Bukan perjodohan yg dimaksudkan untuk membayar hutang keluarga, seperti yang dikisahkan Marah Rusli dalam Novel Siti Nurbaya : Kasih Tak Sampai. Namun perjodohan ini tetap terjadi juga sebagai bentuk bakti seorang anak pada orang tuanya. Sebuah implementasi rasa hormat dan penghargaan seorang anak kepada orang tuanya yang telah banyak makan asam garam kehidupan.

Meskipun sebenarnya ada pergumulan batin tentang perjodohan ini, tetap dijalani juga prosesnya. Tentunya doa dan harapan orang tua adalah demi kebaikan anaknya.

Diawali dengan pertemuan antar orang tua, yang dilanjutkan dengan saling bertukar foto dan nomer HP (handphone) masing-masing anaknya, adalah perjodohan tradisional dengan rasa modern.

Bagaimana tidak, belum pernah bertatap muka secara langsung namun sudah menjalin relasi via HP. Jauh di mata namun dekat di hati adalah motto dalam LDR (Long Distance Relationship) alias hubungan cinta jarak jauh beda pulau. SMS menjadi pilihan yang lebih murah di kantong, diselingi dengan komunikasi via telfon yang menghabiskan pulsa isi ulang jatah sebulan dalam waktu 10 menit. Ahaaay... Cinta butuh pengorbanan, katanya begitu...

Setelah berelasi beberapa bulan, perjumpaan nyata akhirnya terjelma. Menghabiskan lebih banyak waktu bersama. Bercengkerama. Tentunya masih dalam koridor yang tak melanggar adat dan tata krama. Lalu memutuskan untuk meningkatkan jenjang relasi ke arah serius tak beberapa lama.

Hati mana tak berbunga-bunga. Mengukur cincin di jemari dan memilih modelnya. Membayangkan cincin bertukar melingkar sebagai tanda cinta. Janji kasih sehati selamanya.

Tak menduga sama sekali, bila akhirnya cerita harus usai. Ada orang ketiga yang lebih dipilihnya untuk mendampingi. Dengan sikap pengecut, dipilihnya melangkah pergi. Perpisahan tak terelakkan, untuk apa dipertahankan lagi. Bila itu sudah keputusan hati.

Untuk sampai di fase "ya... aku ikhlas melepasnya", ada beberapa fase yang harus dilalui. Dan setiap fase itu butuh perjuangan keras, doa serta dukungan dari orang terdekat, dalam hal ini bisa orang tua kita atau sahabat, orang yang kita percaya untuk berbagi kesedihan dan cerita.

Atau jika tidak, kita bisa menumpahkan segala beban rasa ke dalam lembar-lembar buku harian. Yang di satu sisi adalah yang paling setia dan bisa dipercaya menerima segala curhat kita. Seberapapun banyak kita menuliskan kesedihan, kekecewaan dan penyesalan kita. Namun di sisi lain, buku harian adalah yang paling jujur menceritakan  segala uneg-uneg kita. Tak ada yang dirahasiakannya, semua terbuka lebar dan jelas, ketika buku harian itu terbaca oleh orang lain.

Memang, buku harian adalah sahabat sekaligus pengkhianat yang hebat !

Gara-gara buku harian itulah, yang menjadi jembatan orang tua dan anak untuk saling belajar, saling memahami, dan saling menghargai. Anak tetap berbakti pada orang tua, menjadi anak yang patuh dalam rasa hormat, secara dewasa menempatkan orang tua sebagai sahabat. Selalu menjalin komunikasi dua arah. Dialogis. Tidak memaksakan kehendak pribadi, tidak menjadi diktator yang selalu mendikte.

Mantan oh... mantan.
Sosok yang tak diharapkan, namun hadirnya membawa banyak pelajaran.

Pada akhirnya, sekarang  terasa sebagai kisah happy ending. Cukup berhenti di saya. Adik-adik saya tak perlu mencicipi perjodohan oleh orang tua.

Kalau dulu menangis dengan hati teriris, seolah dunia kiamat. Sekarang bisa meringis dan ikut bersenandung saat mendengar lagu ini lamat-lamat :
" Engkau bukanlah segalaku
Bukan tempat tuk hentikan langkahku
Usai sudah semua berlalu
Biar hujan menghapus jejakmu"

Eh... siapa tahu, saya diajak menyanyi trio dengan Mbak BCL dan Mas Ariel. Hehehe.

Yang jelas, cerita kali ini saya dedikasikan untuk mbak Ari dan mbak Derby yang telah mengajak saya bergabung dalam Trio Mawar Berduri, untuk menjawab tantangan menulis di Kompasiana dalam Blog Competition Estafet Kompasiana.


# 18.02.2020
# written by Dewi Leyly
# Tulisan ini dibuat untuk diikutsertakan dalam event Sambung Menyambung Menjadi Konten.
# saya bagian dari Tim Trio Mawar Berduri yang terdiri dari :

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun