Mohon tunggu...
KOMENTAR
Humor

Si Pino Vs Pocong

19 September 2019   00:42 Diperbarui: 19 September 2019   00:49 26 0
#Si_Pino_dan_Vocong

Aku tak sanggup melihat fotoku sendiri, menyedihkan sodarah, pemirsah dan pembazah.

**

Aku sudah memakai atribut seperti biasa, mulai dari tudung, baju kusam bekas luluk, serta bedak beras yang dipupurkan ke wajah, putih, seperti vocong.

Pagi ini Aku harus segera ke sawah, di mana musim kemarau panjang membuat hamparan yang sekian hektar tersebut kering kerontang. Untung benih belum di semai, kalau sudah? Bisa menguning di tengah sawah.

Kakiku melangkah dan melompat dari satu pematang ke pematang lainnya, sesekali terhenti karena ada ular sawah yang mengejar kodok. Belum lagi belalang coklat yang hinggap di pelipis, karena terganggu oleh langkahku, makanya mereka terbang kian kemari.

Melihat tanah retak di depanku, hatiku perih. Kucoba menatap langit, menghilangkan sedikit gundah. Namun, udara dengan kadar spot 317 membuat dada terasa nyeri, mana mungkin kubisa  melihat langit biru, karena di angkasa sana berwarna  putih kelabu.

Ya, sudahlah. Lebih baik berdoa, semoga nanti sore atau malam hujan luruh, biar kodok bisa bernyanyi seperti biasa.

Ketika aku terpaku di pematang sawah, menatap hamparan kering dengan batang padi memerah. Kilatan cahaya membuat kuterkejut, hampir saja tubuhku terjungkal dan memupur ke tanah kering.

Bisa dibayangkan, bagaimana keadaanku setelah jatuh? Pasti luka sodarah.

Setelah berhasil menepatkan posisi kaki, kucari sumber cahaya berkilat tersebut. Ternyata si Pino asik mengutak-atik kamera yang tersangkut di lehernya.

"Mak, kamu cocok jadi model, liat ini," tunjuknya mengarahkan hasil jepretan.

"Cocok pala lu peyang, Aden hampir tajulangkang." sergahku dengan nada tinggi.

Kalian tahu sodarah, di gambar itu, sebelah kaki Mak terangkat ke atas, sedang tangan menunjuk langit. Kalian bayangkan saja sendiri.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun