Mohon tunggu...
KOMENTAR
Fiksiana

Ancaman Roh (PPP eps 16)

17 September 2019   05:07 Diperbarui: 17 September 2019   05:11 25 1
" Jangan kuatir, Tinh. Biayanya ditanggung, termasuk tiket pulang pergi. Kapan Pendeta Chacuk bisa ke Jakarta ?"
" Kapan kamu bisa memberi kami tiket, aku harus mengawalnya karena ia belum pernah ke Jakarta dan tak pandai bahasia Indonesia."
DC bertanya ke Andi kapan bisa membelikan tiket untuk dua orang dari Bangkok ke Jakarta. Andi menjawab sekarang juga. Online. DC meneruskan ke Tinh. Tinh minta waktu untuk persiapan. Dia minta tiketnya penerbangan besok. DC mengiyakan. Basa basi sejenak, DC memutuskan panggilan.
DC kembali ke kamar Parmita. Ia kembali duduk. Andi Tulani meminta istrinya keluar.
" Iwan, sebagai roh kamu bisa mengikuti nyonya Tulani kemari. Tapi, kalau kamu ingin membawa Parmita ke Jambi, hal itu tak mungkin dilakukan dalam keadaan Parmita kesurupan. Meskapai penerbangan takkan mengizinkan orang kesurupan naik pesawat. "
Diam. Andi Tulani terbengong. Tadi ia mengira bantuan sudah datang, ternyata DC ngomong lain.
" Nah, sebagai roh kamu tak tahu seluk beluk kehidupan manusia. Kamu butuh bantuanku, Iwan."
" Apa maksudmu?"
" Dalam keadaan begini tak mungkin Parmita naik pesawat ke Jambi. Bagaimana kalau aku yang membawanya ke Jambi ? "
Andi Tulani melotot. Ia menganggap DC gila. Omongan DC seakan ingin membawa Parmita ke Jambi agar dibuat gila oleh roh Iwan. DC memberi kode agar Andi Tulani diam.
" Kamu ingin menipuku."
" Negosiasi bukan menipu, Iwan. "
" Maumu apa ?"
" Mengawal kalian kembali ke Jambi, agar Parmita diizinkan naik ke pesawat. Setibanya di Jambi, aku akan berbaik hati mengunjungi mantan rumahmu, mantan rumah Parmita, sekolah kalian, tempat kalian mantenan, mengunjungi pohon nangka yang ada gambar love dan nama kalian. Kalau dibolehkan, aku akan minta kamu menemaniku mengunjung tempat tempat indah saat kalian pacaran dulu."
DC percaya roh Iwan pasti melayang-layang kembali ke masa lalu, terbuai oleh pesona ucapannya.
" Baik. Kapan berangkat ?"
" Lusa."
" Kuingatkan kamu, Jonatan Ferdi. Kalau kamu menipuku, akan kubuat kalian sama-sama gila !" suara Iwan terdengar mengancam.
" Aku masih ingin waras, Iwan. Aku takkan menipumu. Percayalah..." dalam hati ia menambahkan. Aku akan mengusahakan jalan tengah terbaik buatmu dan Parmita.

Andi Tulani memesan tiket keberangkatan jam 9 pagi untuk Nguyen Tinh dan Chacuk Chalongkorn. Artinya, pesawat Thai Airways akan mendarat jam 12.30 Siang. Andi mengajak DC berangkat barengan jam 11 ke bandara. Mereka mencari tempat yang asik buat makan siang.
" Dimana kamu mengenal ahli spiritual Thai ?" tanya Andi Tulani setelah duduk di caf Mentel.
" Di Taiwan. "
" Ngapain kamu ke Taiwan? Nyari jodoh? Setahuku malah pria Taiwan suka wanita single ke Indonesia."
" Aku mantan TKI." Aku Jonatan Ferdi.
" Sukar kupercaya."
" Tidak banyak orang bernasib sebaik kamu. Pengangguran di Indo masih 31 persen, kata istrimu."
" Itu penduduk yang tidak bekerja, bukan angka pengangguran."
" Istrimu yang ngomong. Bantahlah padanya. Ia merasa bangga menggaji satu pembantu untuk dua pekerjaan."
Andi Tulani terdiam.
" Apa rencana kalian untuk menyelamatkan anakku ?" tanya Andi setelah terdiam lima menit.
" Kita serahkan pada pendeta Chacuk."
" Kalau begitu, untuk apa kamu  menemani arwah Iwan membawa Parmita ke Jambi? "
" Iwan berasal dari sana, harus dikembalikan kesana. "
" Aku tak mengerti,"
" Begini. Kalau kamu ke Jerman, karena disana ada temanmu yang bernama Van Gogh. Demi penghematan kamu pasti tinggal di rumah Van Gogh. Betul, tidak ?"
" Ya, "
" Tak mungkin kamu tinggal di rumah Van Gagh atau Van Gigh. Betul tidak? "
" Betul."
" Kembali ke Indonesia, kamu punya banyak tempat tinggal untuk dipilih menumpang tinggal. Begitulah asumsiku terhadap roh Iwan. Mengerti?"
" Mengerti."
" Kalau mengerti, diamlah. Kita tunggu apa petunjuk yang akan diberikan pendeta Chacuk Chalongkorn."
Andi Tulani memonyongkan mulutnya.
Pesawat TA terlambat 15 menit akibat cuaca tidak bersahabat, pilot terpaksa menaikkan ketinggian jelajah untuk menghindari cumulus nimbus yang menumpuk di ketinggian 31.000 kaki.
Andi Tulani menunggu dengan penuh ketidaksabaran, sedangkan DC bersikap anteng menikmati orang yang lalu lalang. Akhirnya tampak Nguyen Tinh dan seorang pendeta berkepala botak berjalan keluar dari pintu kedatangan luar negeri.
" Hai, Jo. Maaf, membuatmu menunggu lama."
" Santai aja. Penerbangan kalian aman?"
" Aman. Agak terguncang, tapi aman."
" Tentu belum makan siang. Ayo, kita ke restoran sambil ngobrol." Ajak DC. Kini ia mengambil alih sebagai tuan rumah berhubung Andi Tulani tak paham bahasa Thai. DC menceritakan apa yang dialami Parmita serta omongan roh Iwan yang didengarnya. Mereka menjamu Nguyen Tinh dan Pendeta Chalongkorn di sebuah restoran Thai di Sudirman. Setelah makan, Andi  mengantar tamunyaa ke sebuah hotel yang berada tak jauh dari Komplek Mutiara Gadang City.  
Malam ini, semua berkumpul di rumah Andi Tulani. Pendeta Chalongkorn memutar tasbihnya sambil mulutnya komat kamit membaca doa. Mereka duduk di ruang tamu.
" Jadi, kamu akan mengawal pasien dan arwah itu ke kampung halamannya ?" tanya pendeta Chalongkorn dalam bahasa Thai, pada DC.
" Ya, itu kehendak arwah Iwan. Kurasa dengan memulangkannya ke Jambi, akan lebih gampang kita membujuknya melepaskan Parmita."
Pendeta Chalongkorn mengangguk 2 kali.  " Itu bagus. Besok, kalian berangkatla lebih dulu, kami menyusul dengan penerbangan berikutnya. Ini agar arwah itu tidak merasa kita bekerjasama untuk menekannya."
DC setuju. Ia menterjemahakan omongan mereka pada Andi Tulani. Andi Tulani mengatakan ia akan ikut, dan memilih ikut rombongan pendeta. Nyonya Tulani ingin ikut. Andi Tulani membentak istrinya supaya diam.
Rapat dibubarkan jam 9 malam. DC mengantar sahabatnya dan pendeta Chalongkorn ke Hotel Santika.

DC datang ke rumah Andi untuk menjemput Parmita. DC meminta roh Iwan melepaskan Parmita agar Parmita bisa diajak ke bandara. Roh Iwan mengancam, jika DC melarikan pengantinnya, ia akan  membuat DC gila seketika. DC mengatakan ia tak berniat melarikan Parmita. Ditawari menjadi suami Parmita saja ia menolak.
Iwan minta Parmita didandani ala pengantin wanita. Kalang kabut Andi Tulani memanggil perias pengantin ke rumahnya. Untunglah mereka memesan tiket jam 12 siang dan rombongan Tinh akan menyusul jam 3 sore.
DC jengkel saat ia memasuki bandara, banyak mata melotot karena ia berpakaian casual menuntun seorang pengantin wanita yang cantik berjalan kaku layaknya sang pengantin wanita dinikah paksa. Roh Iwan meski melepas Parmita dari kesurupan, tapi mengunci mulut Parmita agar tak bisa berteriak. Alhasil, Parmita berjalan bagai robot.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun