Mohon tunggu...
KOMENTAR
Kurma Pilihan

Menjalani Ramadan dengan Cara Berbeda

14 April 2021   04:15 Diperbarui: 14 April 2021   04:18 543 14
Ramadan 2021 akhirnya dapat saya jumpai, dengan keadaan sehat. Suatu rasa syukur di balik banyak hal yang masih menjadi rintangan dalam hidup. Saya pikir, semua orang juga demikian.

Tidak ada kebahagiaan mutlak dalam hidup, tetapi kebahagiaan bisa dirasakan dan dicari. Itulah yang membuat saya masih mensyukuri kehidupan, termasuk ketika saya masih mendapatkan kesempatan bertemu dengan Ramadan.

Walaupun masih dalam keadaan pandemi Covid-19, saya tetap senang bahwa Ramadan 2021 terasa lebih baik daripada sebelumnya. Jika dibandingkan Ramadan 2020, kali ini lebih ramai.

Banyak wajah yang optimis menatap dan menjalani Ramadan 2021 dibanding tahun lalu yang penuh kekhawatiran. Meskipun sama-sama tetap bermasker, sorot mata orang-orang saat ini jauh lebih berseri daripada tahun sebelumnya yang sayu dan terlihat paranoid.

Itu juga yang sebenarnya saya alami. Tahun kemarin, saya cenderung sangat waspada, bahkan masih sangat berhati-hati saat keluar, khususnya mencari makanan selepas maghrib.

Saat itu, rasanya seperti sedang berada di tengah pertempuran. Sekalipun saya tidak tahu rasanya berperang, kecuali saat bermain Counter Strike. Namun, saya sangat merasakan ketakutan, bahwa nanti akan terkena virus dan harus dibawa ke rumah sakit.

Pikiran saya langsung begitu, karena saya tinggal di rumah yang padat orang. Saya juga khawatir dengan faktor penyakit bawaan yang saya miliki, karena itu sangat rentan dengan virus Corona.

Saya tidak bisa membayangkan jika hal itu mampir di tubuh saya. Apakah saya cepat tertolong atau tidak.

Soal usia, menurut saya itu adalah daya tawar terhadap potensi bertahan hidup. Tetapi, faktor ekonomi menurut saya berperan penting dalam upaya bertahan.

Mengingat perawatan bagi penyintas Covid-19 adalah suplemen vitamin dan makanan bergizi. Saya tidak bisa membayangkan siapa dan bagaimana membalas kebaikan orang kalau mereka membantu saya untuk sembuh dari Covid-19.

Itulah kenapa, ketika saya masih sehat hingga Ramadan kedua edisi pandemi datang, saya sangat bersyukur. Rasanya seperti saya diberi kesempatan untuk tetap hidup normal hingga kembali bertemu dengan momen yang indah ini.

Saya menganggap bulan Ramadan adalah momen indah, karena bulan ini justru sering menggiring saya untuk lebih produktif dibanding bulan-bulan lainnya. Kok bisa?

Pertama, karena faktor jadwal. Ramadan yang mempunyai jadwal berpuasa, berbuka, dan sahur, secara langsung sebenarnya juga mengajak saya untuk mempunyai jadwal untuk melakukan sesuatu dalam satu hari.

Saya menjadi lebih tahu kapan untuk tidur, kapan untuk menulis, dan kapan untuk bersantai. Ini yang berbeda dengan bulan biasa yang cenderung lebih bebas. Sekalipun ada jadwal, rasanya seperti bisa dikompromikan.

Kedua, karena momen puasa adalah momen untuk menjalani aktivitas yang dapat mengabaikan rasa-rasa lain. Seperti rasa ingin keluar tanpa maksud yang jelas, rasa ingin mencari hiburan sebanyak-banyaknya, dan hal-hal yang sebenarnya kurang bagus dilakukan orang muda yang seharusnya sangat produktif.

Lewat momen puasa, kemudian tubuh lebih terasa ingin melakukan hal-hal yang efektif dan efisien. Ini yang kemudian membuat kegiatan lain bisa cukup diabaikan.

Saya bilang cukup, karena dalam berpuasa pasti akan ada dua fase. Fase beradaptasi dan fase terbiasa. Kalau masih beradaptasi, tubuh perlu meminimalisir pengeluaran tenaga. Kalau sudah terbiasa, baru bisa melakukan kegiatan-kegiatan yang dianggap tambahan.

Ketiga, karena momen berpuasa pikiran lebih jernih. Faktor keberhasilan melakukan poin kedua, membuat saya memiliki energi yang cukup. Ketika energi cukup, konsentrasi selalu bagus.

Konsentrasi bagus inilah yang bisa membuat saya lebih produktif. Sekalipun ukurannya ada di dalam diri saya, bukan untuk membandingkan dengan orang lain.

Kemudian dari upaya untuk produktif ini, saya juga ingin menjalani Ramadan khususnya tahun ini dengan berbeda. Apa itu?

Berbeda yang saya khususkan pada Ramadan tahun ini adalah menghilangkan kekhawatiran berlebihan terhadap keadaan. Memang, pandemi membuat perekonomian sangat hancur, alias tidak lagi "sekadar" kacau sampai saat ini.

Tetapi, saya mulai melihat ada 'kebaikan' untuk Ramadan ini dibandingkan tahun lalu. Tahun ini sekalipun belum jelas kapan dapat bangkit perekonomian saya dan keluarga saya, 'kebaikan' terasa sudah muncul.

Hanya saja, entah kapan 'kebaikan' itu benar menjangkau saya dan keluarga saya. Itulah kenapa, akhirnya saya berusaha untuk tidak paranoid, dan lebih optimis dalam menjalani Ramadan ini.

Bertemu dengan orang lain dan terus melakukan apa yang bisa dilakukan adalah cara terbaik yang dapat diandalkan untuk tidak terlalu khawatir dengan kebobrokan akibat pandemi. Menurut saya, ini yang harus saya upayakan sampai nanti, dan semoga selalu ada hal-hal baik yang dapat saya peroleh, termasuk bagi semuanya yang sedang menyusuri jalan Ramadan 2021.

Selamat menikmati kehidupan di masa Ramadan! Semoga, kita dapat belajar dari Ramadan tahun lalu untuk lebih baik di Ramadan tahun ini.

Malang, 14 April 2021
Deddy Husein S.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun