Mohon tunggu...
KOMENTAR
Cerpen

O Malam

13 Oktober 2019   00:12 Diperbarui: 13 Oktober 2019   00:20 18 3
Aku terbangun dalam kegelapan, berdiri disana. Kala itu sungguh sepi, tak kurasa ada kehidupan di dalamnya. Kucoba gerakkan kaki, namun sayang ia menolak tuk beranjak. Hanya badan dan tangan saja yang sanggup tuk bergerak.

Lantas kucoba meraba sekitar. Ada sebuah meja di sisi kanan, kutelusuri permukaanya, ada benda kecil lonjong disana yang teraba seperti lilin. Benar, ada serabut kecil di ujungnya. Di sampingnya kudapati korek api pula.

Perlahan kudengar banyak suara nafas berat di sekitar muncul setelah kupegang lilin itu. Suara yang begitu familiar di kepalaku. Tak lama segera kunyalakan lilin itu. Tak kusangka bila cahayanya teramat terang, nyalanya memukau bagai pendar mutiara berkilau indah.

Seketika ruang itu terang benderang. Dan mataku terpukau dengan apa yang terlihat di sekitar. Ini adalah istana dengan atap menjulang tinggi dan lantai kristal hijau di bawahnya. Di sekeliling ada banyak sosok rupawan yang belum pernah kulihat dalam hidup. Mereka memandangiku dengan pandangan tulus beriring senyuman hangat. Aku yang mematung di pelataran tengah, hanya terharu melihat itu semua.

Waktu kurasa berjalan pelan, namun entah mengapa lilin itu terbakar begitu cepat. Sesaat kulihat lilin di samping, hanya tinggal seruas jari saja.

Beberapa orang datang menghampiri. Tiga orang. Sungguh rupawan paras mereka, entahlah kukira mereka adalah malaikat. Mereka berdiri di depanku kemudian satu persatu mendakapku. Mencairkan bekunya hati dan pikiranku. Orang yang terakhir berbisik pelan ke telingaku.

"Dia akan segera datang, dia juga menunggumu selama ini"

Tak lama dari arah depan sana kulihat seseorang bermata indah tiada tara, berbalut keelokan firdaus berjalan ke arahku. Matanya teduh, mengharu ketika melihatku, dan senyumnya membuatku kehilangan daya. Aku hanya berharap agar ia segera sampai kepadaku. Ingin sekali kurengkuh ia, membenamkan diriku ke dalam dekapan hangat jubah emasnya.

Namun sayang, saat tersisa beberapa langkah saja, lilin itu mulai kehilangan cahayanya. perlahan keremangan gelap mulai menguasai istana itu. Aku ingin memberontak, berusaha mencari bila ada lilin lainnya. Namun tidak ada. Akupun berteriak sekencang kencangnya. Tak terima. Air matapun mengalir deras dari kedua mataku. Di detik terakhir sebelum habis, tanganku berhasil digenggamnya. Tangannya berkata "Segeralah kembali"

Semuanya pudar, gelap datang kembali menyelimuti.

Aku terbangun kembali, dengan mata layu.


KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun