Mohon tunggu...
KOMENTAR
Humaniora

Sholat, Aktifitas Ibadah Berorientasi Sosial (Bagian 1)

25 Maret 2012   18:32 Diperbarui: 25 Juni 2015   07:29 1347 0
"Tiap-tiap perintah baik dari Allah atau manusia senantiasa memiliki sasaran dan tujuan". Sebagai contoh: Orang tua yang memerintahkan anaknya sekolah pasti memiliki tujuan, diantaranya ialah agar mereka mejadi orang terpelajar, ilmuan, dan dengan keilmuannya itu kelak dapat menjadi orang yang mampu menghadapi problema kehidupan. Tujuan ini apabila tidak disadari anaknya, akan berakibat ia mengalihkan tujuan tersebut dan memandang sekolah hanya merupakan kegiatan refreshing atau memperbanyak teman atau juga bersenang-senang, sehingga ia akan menemui kesulitan dan berbahaya apabila ia melalaikan perintah tersebut. Seorang guru memerintah kepada siswanya agar mengikuti latihan bela diri, tujuannya disamping baik untuk kesehatan juga dapat digunakan pembelaan diri apabila dianiaya orang lain. Apabila siswa tidak menyadari tujuan tersebut, lalu ia bertujuan lain dan memandang latihan bela diri dapat menaklukkan rekan-rekannya dengan demikian ia dapat meningkatkan kewibawaannya. Akibatnya, bukan kebaikan yang didapatkannya melainkan kecelakaan meskipun ia tetap menjalankan latihan bela diri. Demikan juga Allah memerintahkan SHALAT kepada hamba-hambaNya, pasti memiliki tujuan. Seharusnya bagi orang-orang beriman yang diperintahkan menjalankan shalat harus menyadari tujuan-tujuan perintah shalat dan tidak merubah tujuan tersebut, agar dapat menjadi orang-orang yang baik sebagaimana yang diharapkan atau dibentuk Allah, bukan orang baik yang diharapkan manusia, sebab kekeliruan memahami tujuan perintah shalat akan membawa bencana. Pengetahuan tujuan shalat, berguna untuk mengontrol, melakukan evaluasi terhadap shalat kita, apabila mengalami pergeseran tujuan, atau tidak memberikan suatu arti kepada kita. Sekarang ini banyak sekali orang shalat tapi memiliki tujuan yang berbeda-beda. Bahkan ada yang memandang shalat itu seperti halnya islam itu sendiri, dengan berdasarkan pada teks hadits:”apabila baik shalatnya maka baik seluruh amalnya. Begitu pula sebaliknya, apabila jelek shalatnya maka jelek pada seluruh amalnya”. Kalau dalam islam cukup hanya menjalankan shalat saja, Allah tidak perlu menurunkan petunjuk sampai mencapai 6666 ayat dalam masa 23 tahun. Lebih EXTREM lagi ada yang menempatkan nilai shalat sebagai “barometer” menentukan kebaikan dan keburukan pribadi atau organisasi islam. Pribadi atau organisasi yang memperhatikan shalat, dan baik dalam pengerjaannya, dan sering melakukan shalat-shalat sunnah niscaya baiklah shalatnya. Sebaliknya bila tidak demikian maka buruklah mereka. Penulis pernah memberikan bahan pemikiran terhadap orang-orang yang berpaham seperti itu dengan mengemukakan ”Allah memerintahkan hamba-hambaNya memberikan hartanya kepada orang miskin dan membela agama Allah dengan apa yang dimiliki baik dengan pengetahuan ekonomi, keguruan, atau bahkan kesehatan atau keahlian membuat persenjataan. Apakah orang-orang yang baik shalatnya. Lalu dengan kebaikan shalatnya mampu menjalankan perintah-perintah tersebut? Apakah kebaikan shalatnya mampu mendatangkan harta benda, menembuhkan penyakit jantung ’coroner’. Memperbaikii inflasi dan mengusir musuh-musuh Allah”. Jadi shalat bukan barometer yang menentukan kebaikan dan keburukan pribadi seorang muslim. Kebaikan seorang muslim ditentukan kemampuan mereka dalam menentukan amal-amal yang dibutuhkan dirinya dan pada masyarakat masa itu. Untuk mengetahui tujuan shalat ada empat. yaitu: 1. Mengetahui perintah umum, perintah yang mendasari shalat. 2. Kondisi melatar belakangi diperintahkannya shalat. 3. Melihat informasi tertulis tentang tujuan shalat. 4. Memahami informasi tertulis tentang tujuan shalat-shalat dengan menghubungkan kepada perintah yang mendasari shalat. Perintah umum yang mendasari shalat Perintah-perintah profesional, yang berasal dari satu sumber, senantiasa menjadi satu kesatuan sistem, satu sama lain saling berhubungan dan menunjang, tidak berdiri sendiri-sendiri. Kita dapat menyaksikan peraturan-peraturan menteri pendidikan. Dengan didorong oleh keinginan mencerdaskan bangsa, disusunlah peraturan yang berhubungan dengan kurikulum pengajaran, pendidikan guru dan ketertiban-ketertiban di sekolah, mulai dari seragam, uang SPP, kegiatan organisasi, ekstra kurikuler, dll. Semua itu mengarah kepada peningkatan kecerdasan, setiap unsur dapat menghambat peningkatan kecerdasan senantiasa ditinggalkan. Demikian juga perintah shalat, sebenarnya merupakan subsitem dari semua perintah Allah, pada ujungnya memiliki dasar, merupakan landasan berdirinya semua sistem termasuk shalat. Kalau pada pendidikan, kehendak mencerdaskan bangsa merupakan landasan berdirinya semua peraturan pendidikan, maka perintah Allah yang paling mendasar ialah perintah menjalankan kehidupan KHALIFAH FIL ARDY. Mengurusi kehidupan di bumi hingga tersusunlah kehidupan THOYYIBAH. Untuk menjalankan misi Kholifah fil ardy, menciptakan masyarakat thoyyibah, tidak mudah. Tantangan pertama adalah ilmu pengetahuan, saat tertentu Allah memberi petunjuk pengetahuan (wahyu) bagaimana cara membangun masyarakat thoyyibah dan mengahadapi tantangannya. Kita dapat menyaksikan kisah-kisah kehidupan rasul dalam membangun masyarakat thoyyibah. Mereka banyak menemui penderitaan dan kesengsaraan. Terkadang hampir putus asa, seperti nabi yunus, yang meninggalkan kaumnya, sebelum Allah memerintahkannya. Perintah-perintah Allah dalam membangun kehidupan thoyyibah sangat banyak diantaranya seperti; perintah menuntut ilmu, menegakkan sholat, zakat. Puasa, haji, dakwah, tarbiyah bahkan berperang melawan musuh. Dari uraian diatas dapat kita ketahui bahwa: 1. Perintah kholifah fil ardy, mengurusi kehidupan thoyyibah merupakan landasan dasar berdirinya semua perintah Allah lainnya. 2. Shalat merupakan subsistem dari perintah kholifah fil ardy dan berhubungan dengan perintah-perintah Allah lainnya dalam membentuk keberhasilan tugas kholifah fil ardy. 3. Shalat berorientasi(betujuan) atau merupakan komponen(unsur) pembentuk masyarakat thoyyibah. Dengan kata lain, aktifitas IBADAH SHALAT BEORIENTASI SOSIAL, dalam bentuk pembangunan psikis baik secara pribadi dan sosial. Dengan demikian pribadi penegak kholifah fil ardy, tanggap, peka dan peduli terhadap keaadan sekitar, dimana tempat itu merupakan medan karir orang-orang islam. Sebailknya sholat yang buruk adalah sholat yang melahirkan pribadi-pribadi yang menjauhkan diri dari masyarakat, menjauhkan diri dari semangat dan usaha pembangunan masyarakat thoyyibah shalatnya dipandang sebagai tujuan bukan sebagai alat perjuangan membentuk masyarakat thoyyibah, mereka menyatukan diri, bermeditasi menumpahkan seluruh perhatian hidupnya hanya dalam shalat, akibatnya mereka ketinggalan dengan orang-orang kafir dalam berbagai bidang kehidupan, sehingga mereka senantiasa diatur dan ditentukan oleh orang-orang kafir yang maju dalam persenjataan. Kondisi Yang melatar belakangi perintah shalat Sebagaimana telah tertulis dalam sejarah bahwa perintah shalat, tidak melewati malaikat jibril melainkan langsung dari Allah sendiri lewat perjalanan isro’ mi’roj. Peristiwa itu terjadi setahun sebelum nabi Muhammad hijrah ke madinah Jadi selama 12 tahun setelah wahyu pertama diturunkan, nabi muhammad dan sahabat-sahabatnya tidak mengerjakan shalat. Beliau hanya menjalankan perintah Allah tentang membaca dan mengkaji lingkungan alam dan manusia, serta mendakwahkan wahyu Allah yang berhubungan dengan informasi realitas kehidupan, baik yang berhubungan dengan alam, kehidupan material maupun alam supranatural serta pemecahannya. Ketika beliau mendakwahkan konsep-konsep kemasyarakatan dari Allah, khususnya tentang keesaan Allah, sistem pemujaan, konsep kpribadian, dan hukum-hukum sosial, banyak menemui hambatan dan tantangan dari masyarakat jahiliyah. Mulai dari tantangan konsep pengetahuan, pemboikotan ekonomi, penyiksaan fisik bahkan pembunuhan. Untuk menghadapi tantangan tersebut banyak sekali Allah memberikan bimbingan diantaranya meningkatkan ukhuwah, saling menolong dengan memberikan harta yang dimilikinya, perintah untuk bersabar Dll. Sehingga pada suatu saat orang-orang yang banyak menolong diantaranya Khodijah, Abu Tho,ib meninggal dunia, sejarah memandang tahun tersebut sebagai tahun kesedihan. Nabi muhammad sangat sedih. kekuatan besar yang selama ini banyak membantu dan melindungi ancaman-ancaman orang-orang kafir telah tiada. Pada saat itu Allah memerintahkan Muhammad untuk SHALAT. Dilihat dari kronologinya, pristiwa-peristiwa yang melatar belakangi turunnya perintah shalat ada beberapa, diantaranya ialah: 1. Umat islam memperjuangkan islam saat itu mengalami puncak penderitaan kerasnya perlakuan orang kafir terhadap umat islam 2. Nabi Muhammad mengalami pukulan jiwa yang sangat hebat, akibat kematian dari pendukungnya yaitu khodijah dan Abu tholib. Dari fakta tersebut dapat dihubungkan bahwa shalat merupakan TERAPI, sarana pengobatan tehadap keaadaan jiwa umat islam yang mengalami kelumpuhan akibat tantangan menegakkan KHOLIFAH FIL ARDY, lebih konkretnya dapat dilihat pada praktek shalat. Dengan terapi itu diharapkan kejiwaan umat islam yang memperjuangkan islam agar kembali dengan memahami hukum-hukum sunnatullah perjuangan. Setelah umat islam menjalani shalat, kepercayaan mereka tumbuh kembali, mereka terus berdakwah dan tidak segan-segan meninggalkan tanah kelahirannya, berhijrah memelihara keimanan dari ancaman orang-orang kafir, di madinah mereka dengan giat membangun tanah baru, bekerja sama dengan orang-orang ahli kitab, lalu nabi dan sahabat-sahabatnya banyak terlibat dalam peperangan dengan orang-orang kafir, sampai mereka mendapatkan kemenangan besar dengan menaklukkan makkah. Itulah shalat yang baik, shalat yang benar, dengan shalat itu mampu menghapus penderitaan dan rongrongan kejiwaan yang dapat membawa kepada rasa keputus asaan, meninggalkan arena perjuangan, bahkan mampu melahirkan pribadi-pribadi kemsyarakatan, aktif dalam berbagai kegiatan sosial yang dipandang memberikan potensi terhadap kebesaran islam. Orang shalat yang tidak melahirkan pribadi seperti Rasul dan sahabat-sahabatnya, shalatnya perlu dipertanyakan, hampir dapat dipastikan kesesatannya.meskipun dia kelihatan khusyuk dan baik dalam menjalankan shalat-shalat sunnah. Karena kesesatan atau penyakit itu Banyak variabel, ada yang berhubungan dengankegiatan praktisnya dan ada yang berhubungan dengan menempatkan tujuan shalat. Tujuan sesat meskipun pelaksanaanya benar tidak akan sampai tujuan. Kesimpulan Ditinjau dari aspek kronologisnya tujuan shalat adalah menyembuhkan kejiwaan orang-orang beriman dari rasa kejenuhan, keputus asaan, kesedihan akibat lingkungan sekitarnya, dan beratnya menjalankan misi sebagai Khalifah Fil Ardy. By: Iskandar al-Warisy Buletin Ulul Albab No.09/Th.III/Desember 1992 Pemikiran Islam Ilmiah Menjawab Tantangan Zaman (Buku ke-2)

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun