Mohon tunggu...
KOMENTAR
Sosbud Pilihan

Lakukan 3 Hal Ini Agar Taubatmu Diterima

29 Mei 2019   14:09 Diperbarui: 29 Mei 2019   14:13 443 5
Bulan ramadhan sebagai bulan ampunan tersisa hanya beberapa hari lagi sebelum memasuki bulan syawal dan lebaran Idul fitri. Walaupun kira-kira lebaran akan jatuh pada seminggu kedepan namun aroma kue lebaran dan harumnya baju baru sudah mulai tercium.

Orang-orang pun terlihat ramai menyerbu pasar, berburu pakaian model terbaru dan aneka kue lezat yang ditawarkan para pedagang. Akibatnya dalam tiga hari kedepan pasar akan dipadati oleh calon pembeli.

Padahal 10 hari terakhir bulan ramadhan merupakan saat-saat penting bagi pemburu ampunan. Dan pastinya setiap orang yang bepuasa pasti mengharapkan ampunan Allah Subhanahu Wata'aala atas segala dosa-dosa yang pernah dilakukannya.

Menurut Tgk Tarmizi Daud, M.Ag, Kepala Dinas Pendidikan Dayah Kota Banda Aceh saat memberikan ceramah di Masjid Babul Maghfirah Gampong Tanjung Selamat, Darussalam, Kabupaten Aceh Besar, Senin (27/05/2019), mengatakan sekurang-kurangnya ada tiga syarat yang harus dilakukan oleh setiap orang yang ingin bertaubat agar dosanya diampuni.

Ketiga syarat tersebut yaitu; menyesali perbuatan yang telah dilakukan, berjanji tidak akan berbuat lagi atau kembali pada dosa dan maksiat, dan membayar kafarat. Ketiga hal tersebut bahkan menjadi rukun seseorang melakukan taubat.

Secara istilah artinya kembali kepada Allah yang Maha Pengampun dan Maha Penyayang. Menyerah diri pada-Nya dengan hati penuh penyesalan yang sungguh-sungguh. Artinya manusia kembali kepada keasliannya.

Apa keaslian manusia itu? Tgk Tarmizi Daud menjelaskan dalam suatu hadits riwayat Imam Bukhari dan Imam Muslim, Nabi Muhammad SAW bersabda, "Setiap manusia dilahirkan ibunya di atas fitrah. Kedua orang tuanya yang menjadikannya Yahudi, Nasrani, atau Majusi.

Jadi aslinya manusia dalam pandangan Islam adalah tidak memiliki dosa, ia dilahirkan dalam keadaan suci. Lalu kapan manusia itu berdosa? Ketika dalam perjalanan hidupnya mereka terpengaruh oleh berbagai godaan syaitan untuk bermaksiat kepada Allah Subhanahu Wata'aala.

Ibarat sebuah mobil, ketika kenderaan tersebut masih baru tentu semua komponennya masih bagus, remnya, bannya, dan jalannya pun masih dapat dikontrol dengan baik. Namun setelah pemakaian, lama kelamaan mobil tersebut mengalami berbagai kerusakan dan terjadi kemacetan.

Maka jika sudah demikian apa solusinya? Tentulah mobil tersebut harus dibawa ke bengkel untuk diperbaiki. Begitulah pula dengan manusia jika sudah berdosa maka solusinya adalah bertaubat. Demikian Tgk Tarmizi membuat tamsilan.

Contoh lain yaitu seperti orang yang setiap hari melekat kotoran ditubuhnya, dan seperti kita yang buang hajat tiap hari, lalu bagaimana kalau tidak dicuci atau dibersihkan? Tentu saja akan memberikan masalah. Sehingga taubat menjadi pencuci dosa-dosa kita agar bersih dan tidak menjadi masalah diakhirat nantinya.

Oleh karena itu hendaklah kita bersegeralah kepada pengampunan Allah agar tidak terlambat. Mumpung ada kesempatan, maka cepat-cepat melakukan taubat. Taubat tidak cukup dengan hanya mengucapkan istighfar di mulut, " Astaghrullahal adzim" saja namun perlu tindakan nyata dalam perbuatan.

Dalam Qs Ali Imran, Allah berfirman, "Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa," (Qs Ali Imran: 133).

Allah membuka surah Ali Imran ayat 133 ini dengan anjuran untuk 'bersegera'. Bersegera berarti menyegerakan hal-hal baik untuk segera dilaksanakan---yang dalam konteks di atas ialah menyegerakan diri meraih ampunan untuk memperoleh surgaNya Allah.

Menyesali perbuatan dosa

Sebagaimana telah dijelaskan diatas bahwa syarat pertama agar dosa dan taubat kita diterima, seseorang harus secara sadar menyesali segala perbuatan yang pernah ia langgar dari perintah Allah di masa sebelumnya. Seperti meninggalkan shalat.

Jika seseorang tidak pernah menyesali perbuatan maksiat yang pernah ia lakukan atau ada perintah Allah yang dulu pernah dilanggar namun tidak sedikit pun merasa berdosa maka taubatnya sudah pasti ditolak.

Misalnya seorang pelaku togel yang gemar beli nomor undian berhadiah uang, yang menurut ulama perbuatan ini termasuk judi dan judi hukumnya dosa besar. Lalu ia tiba-tiba berhenti dari maksiat tersebut tetapi karena kehabisan modal. Maka itu bukanlah taubat.

Sejalan dengan itu, perlu juga diingatkan kepada pengurus zakat fitrah agar tidak memberikan zakat kepada pelaku dosa dan maksiat kepada Allah. Apalagi bila diberikan pada pelaku togel, jangan-jangan nanti dipakai untuk modal beli togel lagi.

Dan tidak boleh diberikan zakat itu kepada orang-orang fasikh. Siapa orang fasik itu? Dalam agama Islam, pengertian dari fasik adalahorang yang keluar dari ketaatan kepada Allah dan rasul-Nya.

"Dan adapun orang-orang yang fasik (kafir) maka tempat mereka adalah jahannam. Setiap kali mereka hendak keluar daripadanya, mereka dikembalikan ke dalamnya dan dikatakan kepada mereka: "Rasakanlah siksa neraka yang dahulu kamu mendustakannya." (QS. As-Sajdah: 20).

Jadi orang fasik menurut ayat di atas adalah orang-orang kafir (non muslim). Kepada mereka tidak boleh diberikan zakat fitrah. Termasuk juga orang-orang Islam yang tidak menjalankan perintah Allah atau menjahui laranganNya.

Bertekad tidak kembali

Selain menyesali perbuatan dosa, kita juga harus berorientasi kedepan dalam hal ibadah dan ketaatan kita kepada Allah Subhanahu Wata'aala.

Jika sekali sudah berniat taubat maka itu bermakna bahwa kita tidak akan kembali kepada perbuatan yang sama di masa akan datang.

Kita harus menjadi pribadi yang baru dengan visi menjauhi segala perbuatan dosa, baik dosa kecil dan apalagi dosa besar dalam berbagai aspek kehidupan dengan cara lebih mendekatkan diri lagi kepada Allah Subhanahu Wata'aala.

Syarat ini bermakna kita betul-betul meninggalkan perbuatan dosa. Kita harus meneguhkan hati dan menguatkan jiwa untuk tidak akan pernah lagi mengulangi perbuatan dosa dalam berbagai kesempatan.

Yang penting dalam taubat adalah kesungguhan untuk tidak mengulangi kesalahan yang lalu dan tujuan taubat hanya semata-mata karena Allah, bukan karena ingin diperhatikan orang lain atau tujuan duniawi lainnya. Wallahua'alam. (*)

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun