Mohon tunggu...
KOMENTAR
Gadget Pilihan

Cybercrime Kian Meningkat, Puluhan Juta Data E-Commerce Bocor di Internet

11 Mei 2022   23:32 Diperbarui: 18 Mei 2022   09:07 2839 2
Cybercrime tentu bukan hal asing yang seringkali kita dengar pada era teknologi digital ini, tindakan ilegal tersebut dilakukan untuk mengambil transmisi data dengan menggunakan teknologi komputer dan jaringan internet.  

Kejahatan dalam lingkup dunia maya tidak terbatas jumlahnya, hal ini dinilai dapat merugikan dan mempengaruhi suatu kelompok, lembaga dan individu lainnya. Jika kita lihat lebih lanjut, angka pencurian data dari tindakan ilegal cybercrime terus meningkat per tahunnya.  

Keamanan data pada suatu platform maupun website pada saat ini kian meresahkan masyarakat, pasalnya hal tersebut berimbas langsung terhadap data pribadi pengguna. Salah satunya yaitu pada kasus kebocoran data E-Commerce Tokopedia pada Mei lalu sebanyak 91 juta data pengguna yang bocor dan dijual ke darkweb senilai US$ 5.000 yang bebas diunduh melalui internet.  

Data yang mengalami kebocoran tersebut mencakup nama, e-mail, nomor telepon, hingga alamat pengguna. Kementerian Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia (Kominfo) menyebutkan bahwa informasi data tersebut dijual dengan format .xls atau .txt di situs selly.gg.

Situs selly.gg menjual data dengan berbagai macam paketan dari mulai alamat email, nomor, serta alamat berkisar US$ 234 dan 300 ribu alamat e-mail dengan harga US$ 10. Tentunya kebocoran data pengguna Tokopedia ini membuat kepanikan di masyarakat akan kelalaian E-Commerce dalam keamanan data pengguna.  

Hal serupa juga pernah terjadi pada E-commerce lainnya seperti Lazada, Bukalapak, dan Bhinneka. Pihak Bukalapak menyatakan bahwa mereka mengakui adanya upaya hacker yang dilakukan oleh hacker asal pakistan, namun pada akhirnya tidak ada data yang berhasil dicuri.  

CEO Menara Digital, Anthony Leong, menyatakan bahwa Indonesia mengalami tindakan cybercrime terbanyak dengan Vietnam sebagai sasaran hacker dengan nama ShinyHunters yang mengkalim bahwa mereka memiliki 73,2 juta data pada 10 perusahaan digital. Peningkatan kejahatan siber di tanah air dinilai dapat meningkat seiring dengan transaksi online pada e-commerce yang terus naik selama pandemi.  

Berdasarkan data dari Global Cybersecurity Indeks (GCI) menyebutkan bahwa pada tahun 2018 lalu, Indonesia masuk dalam peringkat 9 tindakan kejahatan dunia maya secara regional. Keamanan data yang dimiliki oleh beberapa perusahaan e-commerce dan digital di Indonesia dinilai masih sangat minim sehingga dapat menyebabkan kebocoran data yang berulang.  

Kelompok hacker yang bernama "Gangster Crew" juga pernah melakukan upaya pencurian data pengguna di e-commerce Lazada. Dalam aksinya, Gangster Crew membuat halaman promo pada Lazada bertuliskan "Gangster Crew pwnz u". Kasus ini membuat tim Lazada meningkatkan keamanan e-commerce dengan lebih ketat.  

PasswordManagers.co. Melakukan sebuah studi dengan berdasarkan data pada International Telecommunication Union (ITU) dan didapatkan bahwa Indonesia memiliki tingkat cybercrime yang tergolong tinggi.  

Penigkatan cybercrime yang berulang dan terus meningkat setiap tahunnya masih menjadi evaluasi bagi beberapa perusahaan e-commerce di Indonesia. Selain itu, pengguna diharuskan lebih pintar dalam memasukkan data pribadi yang tidak sembarangan pada suatu situs. Kebocoran data e-commerce sebanyak puluhan juta dapat mempengaruhi pengguna yang dirugikan karena data pribadi mereka dapat dengan mudah disalahgunakan oleh oknum tidak bertanggung-jawab.  

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun