Mohon tunggu...
KOMENTAR
Cerpen

Percakapan Senja (Halalkan Aku 2)

14 Juli 2019   20:07 Diperbarui: 14 Juli 2019   20:16 73 11
Halalkan Aku (2)

Sebulan sudah Moridah dan tiga temannya menjalankan PKL, mengenal Pak Lurah yang rama, Pak Ustad yang bijaksana dan warga yang mempesona, aiihh ada aza.

"Mor, kemarin aku bertemu anak pak Ustad Ropingi di Junimart, sendirian."

"Terus kenapa?"

"Gak apa, cuma aku sapa hai saja."

"Owh."

"Mor."

"Hmmm."

"Kalau aku jatuh hati ke dia bagaimana menurutmu?"

"Haram, Des!"

"Eh kog haram se, aku najis kah?"

"Tanyakan mbak Anniz sana apa arti haram."

"Hla kamu gak tahu artinya ta?"

"Biar dijelenterehkan, dia kan guru agama."

"Hmmhh, gerah juga ngalami kek gini ya?"

"Apa?"

"Supalaor."

"Apa lagi tuh?"

"Suka pada laki orang."

"Edan emang kamu."

"Kalau anak Ustad mau sama aku bagaimana?"

"Sesaat itu, gak berkah."

"Sok tau kau Mor."

"Iya, hanya Tuhan dan kamu yang tahu maumu. Sudah ah ayo beresin cepet kerjanya keburu sore nanti, kata Pak Zaldy tadi mau ada breafing sebelum pulang."

"Mor, Des kog lama kalian?" Syahrul teman PKL mereka menegur

"Iya, sengaja, tapi gak apa kan?"

"Ya gak apa kamu ketinggalan gak dapat berkat."

"Ada selamatan kah?"

"Nggak cuma bagi-bagi makan siang saja, ada pegawai mutasi."

"Owh, breafing mau di mulai ayo masuk." Jagat yang dari tadi diam mengajak temannya ke ruang pertemuan.

______________

Menjelang senja ini paling enak buat jalan-jalan Moridah dan Desy tidak melewatkan kesempatan menikmati jingganya mentari sebelum terbenam.
Sambil duduk santai pada sebuah bangku kayu menghadap ke barat, mereka menikmati juice buah di kedai pinggir sawah.

"Mor, bener kan poligami itu boleh?"

"Eh ngomong itu lagi, kesengsem banget ya sama anak Ustad Ropingi?"

"Aku  hanya ingin tahu."

"Aku bukan ahlinya menerangkan hal itu, tapi aku punya jawaban menurut versiku bila ada pertanyaan tentang itu."

"Baiklah, apa jawabanmu?"

"Menyakitkan bagi yang pertama, menyenangkan bagi yang kedua, atau sama-sama menyakitkan dan menyenangkan bagi pria."

"Omonganmu kayak pernah mengalami saja Mor, ha ha."

"Desy, apapun alasannya berebut hati itu menyakitkan."

"Masak sih buk? Bagaimana kamu tahu itu?"

"Aku bukan anak kemarin sepertimu, mandiri harus aku lalui saat harus berebut hati."

"Hhmm?" Desy menoleh mencari kebenaran dari ucapan Moridah

"Bagaimana seorang akan melakukan apapun demi membahagiakan diri." Morida menjelaskan sambil menatap jauh pada cakrawala yang menjingga, matahari pun bersiap mengucapkan sayonara. 

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun