Mohon tunggu...
KOMENTAR
Filsafat

Tokoh dari Sudut Filsafat (41)

24 Januari 2021   13:09 Diperbarui: 24 Januari 2021   13:09 79 2
Tokoh sembahyang. Di mana-mana, kapan pun saja, tokoh itu sembahyang. Hebat? Tidak. Sembahyang itu hal biasa. Itu tugas pertama dan utama dari tokoh. Setiap tokoh itu sembahyang. Sembahyang itu tugas pertama dari lima tugas tokoh di dunia ini. Empat tugas yang lain: Sabda, Sujud, Belajar, Bekerja jadi hampa tanpa Sembahyang. Jadi lima tugas ini: Sembahyang + Sabda + Sujud + Belajar + Bekerja (3S + 2B) adalah lima tugas yang membuat tokoh bisa hidup dan untuk itulah tokoh itu hidup. Tiga tugas yang pertama, Sembahyang + Sadba + Sujud, (3S) diteruskan sesudah hidup di dunia ini. Dua tugas terakhir, Belajar + Bekerja (2B) berakhir di dunia ini. Hasil dari 3S, abadi, kekal, baka. Hasil dari 2B, sementara, fana. Hasil dari 3S dibawa ke seberang. Hasil dari 2B ditinggalkan sewaktu tokoh meninggal dunia. Hasil dari Belajar, misalnya gelar Sarjana, ditinggalkan dan hanya laku untuk dibacakan dalam daftar riwayat hidup tokoh waktu tokoh sudah berbaring kaku. Hasil dari bekerja, paling-paling jadi warisan atau hibah untuk panti asuhan sesudah tokoh berpulang. Dua tugas ini, Belajar, Bekerja, tidak dibawa, ditinggalkan jadi kenangan. Sewaktu masuk pintu surga, yang ditanya, bukan gelar dan harta, tapi hasil dari 3S: Sembahyang sungguh-sungguh? Sabda sungguh dihayati dan diamalkan? Sujud dalam bentuk ibadat, kebaktian, upacara pemujaan dilaksanakan dengan tulus ikhlas? Inilah yang ditanya. Dua yang lain, Belajar dan Bekerja, tidak ditanya lagi karena sudah terlebur dalam kegiatan Sembahyang, penghayatan Sabda dan pengungkapan Sujud-syukur. Jadi ijazah dan sertifikat keilmuan apa saja tidak perlu difoto-copy dan dilegalisir untuk berdiri di ambang pintu surga. Daftar harta kekayaan didiamkan saja karena tidak akan diminta pelaporannya pada saat itu kelak. 

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun