Mohon tunggu...
KOMENTAR
Lyfe Pilihan

Memulai Literasi Keuangan di Usia Dini, Kapan Anak Harus Mulai Belajar?

7 Oktober 2024   14:32 Diperbarui: 7 Oktober 2024   14:53 203 11

Seperti yang kita ketahui di era modern yang penuh tantangan keuangan, literasi keuangan menjadi salah satu keterampilan hidup yang sangat penting. Sayangnya, keterampilan ini sering kali baru dipelajari setelah seseorang menghadapi masalah keuangan, yang bisa jadi terlambat untuk memperbaiki pola buruk yang sudah terlanjur terbentuk. Untuk mencegah hal ini, pendidikan literasi keuangan sebaiknya diperkenalkan sejak dini, bahkan sejak usia balita. Lalu, kapan sebenarnya anak mulai siap belajar tentang uang, dan bagaimana cara yang tepat untuk mengajarkannya?

Mengapa Literasi Keuangan Perlu Dikenalkan Sejak Dini?

Pengetahuan keuangan yang sehat tidak datang secara alami. Seperti keterampilan lainnya, ini adalah keterampilan yang perlu dipelajari, dilatih, dan dipraktikkan. Memahami konsep dasar seperti menabung, membedakan kebutuhan dan keinginan, serta pentingnya mengelola uang, dapat membantu anak-anak mengembangkan sikap yang lebih bijaksana dalam menggunakan uang mereka di masa depan.

Mengutip dari data yang dirilis oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK), pada 2022 tingkat literasi keuangan Indonesia baru mencapai 49,68% dari populasi. Artinya, lebih dari separuh masyarakat masih belum memiliki pemahaman yang cukup mengenai keuangan. Jika edukasi finansial diberikan sejak dini, diharapkan tingkat literasi keuangan masyarakat Indonesia dapat meningkat secara bertahap.

Usia 3-5 Tahun: Saatnya Mengenal Konsep Sederhana tentang Uang

Pada usia 3 hingga 5 tahun, anak-anak sudah dapat memahami konsep-konsep dasar tentang uang. Di usia ini, pengenalan keuangan bisa dimulai dari hal-hal sederhana. Orang tua dapat mulai dengan memperkenalkan uang koin atau uang kertas, serta mengajarkan konsep menabung. Misalnya, anak bisa diajari untuk menabung uang saku dalam celengan, yang kemudian dapat mereka gunakan untuk membeli mainan yang diinginkan. Metode ini tidak hanya memperkenalkan konsep menabung, tapi juga mengajarkan anak pentingnya kesabaran dan usaha untuk mencapai sesuatu.

Sebuah studi menunjukkan bahwa kebiasaan keuangan seseorang sudah mulai terbentuk sejak usia 7 tahun. Oleh karena itu, memperkenalkan konsep dasar ini sebelum anak berusia 7 tahun dapat membantu mereka membentuk kebiasaan yang lebih baik.

Usia 6-8 Tahun: Belajar Membedakan Keinginan dan Kebutuhan

Pada usia sekolah dasar, anak mulai bisa membedakan antara apa yang mereka inginkan dan apa yang mereka butuhkan. Orang tua bisa mengajarkan bahwa tidak semua hal yang mereka inginkan harus dibeli, dan ada baiknya memprioritaskan kebutuhan dibandingkan keinginan.

Di usia ini, anak bisa diperkenalkan pada pengalaman praktis. Contohnya, ketika mereka ingin membeli sesuatu, ajak mereka untuk membuat daftar barang yang diinginkan dan dibutuhkan. Hal ini membantu anak memahami prioritas dan mempertimbangkan dengan lebih matang sebelum mengambil keputusan keuangan. Mengutip dari studi The Journal of Economic Psychology, anak yang diajari cara membedakan keinginan dan kebutuhan lebih cenderung tumbuh menjadi individu yang mampu mengontrol pengeluaran mereka.

Usia 9-12 Tahun: Memahami Konsep Budgeting Sederhana

Memasuki usia praremaja, anak-anak sudah dapat diajarkan mengenai anggaran atau budgeting sederhana. Mereka dapat dilibatkan dalam perencanaan anggaran untuk pembelian barang-barang yang mereka butuhkan dalam periode tertentu, seperti kebutuhan sekolah atau mainan. Dengan membimbing mereka dalam membuat anggaran, anak-anak akan belajar bahwa uang perlu dikelola dengan bijaksana dan tidak semuanya harus dihabiskan sekaligus.

Selain itu, orang tua dapat mengenalkan sistem pemberian uang saku mingguan atau bulanan. Dengan begitu, anak bisa belajar mengatur uang sakunya sendiri dan mempertimbangkan pengeluaran yang lebih bertanggung jawab.

Risiko Kebiasaan Doom Spending di Masa Depan

Mengajarkan literasi keuangan sejak dini juga bertujuan untuk membantu anak menghindari kebiasaan boros, atau yang saat ini dikenal dengan istilah "doom spending" --- kebiasaan belanja impulsif dan konsumtif yang pada akhirnya menimbulkan rasa penyesalan dan stres. Sebuah studi dari International Journal of Financial Studies pada tahun 2023 mengungkapkan bahwa kebiasaan doom spending banyak ditemukan pada individu yang tidak memiliki dasar literasi keuangan yang kuat, bahkan sejak masa kecil.

Dengan pemahaman keuangan yang sudah tertanam sejak kecil, diharapkan anak-anak akan memiliki kontrol diri yang lebih baik dalam menghadapi godaan pengeluaran yang tidak perlu di masa dewasa.

Tips Praktis bagi Orang Tua untuk Memulai Literasi Keuangan

1. Berikan Contoh Nyata: Anak-anak belajar dari apa yang mereka lihat. Jadilah teladan dengan menunjukkan kebiasaan keuangan yang baik, seperti membayar tagihan tepat waktu dan membelanjakan uang dengan bijaksana.
   
2. Gunakan Permainan Edukatif: Banyak permainan yang dirancang untuk mengenalkan konsep keuangan pada anak, seperti permainan papan atau aplikasi yang mengajarkan tentang investasi, pengeluaran, dan pemasukan.
   
3. Libatkan Anak dalam Keputusan Keuangan Kecil: Ajak anak untuk terlibat dalam keputusan sederhana, seperti memilih barang belanjaan sesuai anggaran. Ini memberikan pengalaman praktis tentang budgeting.

4. Beri Apresiasi pada Usaha Menabung: Berikan pujian atau apresiasi saat anak berhasil menabung untuk membeli sesuatu yang mereka inginkan. Penghargaan ini akan memberi mereka dorongan positif untuk terus melatih kebiasaan baik.

Mengajarkan literasi keuangan kepada anak sejak dini bukanlah hal yang sulit jika dilakukan secara bertahap dan konsisten. Anak-anak yang diperkenalkan dengan konsep keuangan sejak usia dini cenderung memiliki keterampilan mengelola uang yang lebih baik dan bisa menghindari kebiasaan buruk seperti doom spending di masa depan. 

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun